Share

Bab 8 Mabuk

Setelah mendapat laporan kalau Bima Anggara sedang malam mingguan di sebuah club ternama ibu kota, Kanaya gegas bersiap. Ia akan mengunjungi club yang sama. Bagaimanapun Kanaya harus bisa berbicara langsung kepada Big boss yang arogan itu.

Detak jantung Kanaya tak biasa. Sebab, ini adalah pengalaman pertamanya memasuki tempat hiburan malam seperti club. Mungkin sebagian orang tidak percaya jika mengetahui salah satu konglemerat ibu kota masih asing dengan tempat seperti itu. Akan tetapi, inilah faktanya. Sewaktu muda, jiwanya sama dengan anak muda lainnya. Ingin bersenang-senang di tempat hiburan malam, tetapi sang ibu sambung tak pernah mengizinkan. Kanaya memilih patuh. Selepas menikah, suaminya pun tak pernah mengizinkan ia mengenal gemerlap malam dan Kanaya lagi-lagi memilih patuh.

“Mas, maafkan aku. Tapi aku harus menemui bosmu,” gumam Kanaya.

Begitu masuk ke dalam club, cahaya remang menyambutnya. Beberapa orang tengah asik dengan alunan musik yang Dj mainkan. Sebagian lainnya tengah tenggelam dengan minuman yang memabukkan. Tampaklah Bima di meja bar sedang menikmati segelas John Daly yang terbuat dari campuran vodka, es teh dan limun. Kanaya pelan-pelan menghampiri dan ambil posisi duduk tepat di sampingnya.

“Mau minum apa?” tanya bartender kepada Kanaya.

“Eumm ….”

Aduh, apa ya? Aku kan enggak tahu ada minuman apa saja di sini. Batin Kanaya.

Ia menoleh sekilas segelas minuman yang ada di hadapan Bima. Kanaya yang tak paham tentang minuman beralkohol hanya menyimpulkan kalau yang telah dipesan Bima hanyalah segelas es teh lemon.

“Jus jeruk,” lanjut Kanaya ragu. Ia asal sebut saja.

“Ok, wait.”

Si Bartender segera meracikan segelas minuman yang dipesan Kanaya. Tidak lama segelas vodka and orange telah tersaji. Irisan jeruknya membuat minuman yang sudah ada di hadapan Kanaya semakin menyegarkan. Apa lagi suasana ibu kota malam ini cukuplah panas.

“Thanks.”

“Mbak, baru ya ke sini?” tanya bartender.

Kanaya mengusap tengkuk. “Emang kenapa gitu?”

“Saya baru lihat soalnya. Mbak sendirian apa menunggu teman?”

“Sendiri.”

“Oh.” Si Bartender hanya tersenyum tipis.

Kemudian Kanaya sedikit menggeser kursinya agar lebih dekat dengan Big boss.

“Ekhm, maaf. Bukankah Anda Pak Bima?” Kanaya menyapa.

Bima menoleh sekilas. Kedua matanya terkejut melihat siapa yang duduk tak jauh darinya. Mau apa dia ada di sini? Apa dia mengikutiku? Tanyanya dalam hati.

“Anda kenal saya?”

“Saya Kanaya, istrinya Elang Sanjaya, sahabatnya Pak Bima.” Kanaya sedikit memberi penekanan pada kata sahabat.

“Oh.”

“Kebetulan sekali bertemu di sini. Apakah Anda sendiri? Saya juga sendiri. Boleh bergabung?”

“Ya.”

“Terima kasih.”

Hening.

“Pak, boleh saya bicara?”

“Ya.”

“Begini, soal tempo hari. Sebaiknya Bapak pertimbangkan kembali untuk memindahkan jabatan sekretaris. Karena jujur, itu semua kesalahan saya. Jadi rasanya tidak adil jika sekretaris kena imbas. Saya mohon. Saya juga sudah berjanji kepadanya akan mengembalikan posisi sekretarisnya. Waktu itu dia sudah berusaha menjalankan perintah Bapak semaksimal mungkin, tetapi saya-nya ngeyel,” cerocos Kanaya panjang.

“Oh.”

Tanggapannya yang begitu singkat sukses membuat Kanaya jengkel. Tangannya terkepal tanpa sadar.

“Jadi bagaimana Pak? Apakah Bapak mau memaafkan saya dan menerima kembali dia menjadi sekretaris?”

“Tidak.”

“Apa? Tolong Pak, saya mohon pertimbangkan kembali.”

“Anda sudah merusak suasana malam saya.”

“Maaf-maaf. Sungguh saya minta maaf. Saya tidak bermaksud melakukannya. Setelah Bapak berjanji akan mempertimbangkannya, saya akan langsung pergi.”

“Ok.”

“Jadi Bapak setuju akan mempertimbangkannya?”

“Ya.”

Sebenarnya Bima memindahkan jabatan sekretarisnya bukan karena Kanaya. Jauh-jauh hari ia memang berniat memindahkannya. Sebab, sekretaris tersebut dirasa kurang berkompeten. Big boss sebelumnya terus mempertahankan Si Sekretaris bukan karena hasil kerjanya yang bagus, melainkan karena servis plus-plusnya. Tentu saja ini adalah sebuah rahasia dan Bima mengetahuinya. Waktu itu kebetulan Kanaya bikin ribut sehingga kesalahan bisa dilimpahkan kepada Si Sekretaris. Jelas menjadi suatu kesempatan untuk mengambil keputusan.

“Terima kasih. Oh, ada satu lagi yang ingin saya sampaikan.”

“Anda berjanji akan pergi setelah saya setuju untuk mempertimbangkan. Lalu kenapa masih di sini?”

“Maaf, Pak. Tapi masih ada yang ingin saya sampaikan. Ini penting.”

“Ok.”

“Pak, bisakah Anda tidak menugaskan suami saya setiap bulannya ke kota Bandung?”

“Itu bagian dari pekerjaannya.”

“Tapi Pak, gara-gara Bapak menugaskan Elang ke Bandung, ia jadi se-”

“Se-?” Alis pekat Bima yang datar terangkat sebelah.

“Maksud saya … waktu bersama anak-anak jadi tersita.”

“Bukan urusan saya.”

“Saya mohon, Pak. Anda bisa menugaskan karyawan yang lain. Kalau perlu, gantikan saja jabatan suami saya.”

“Tidak bisa.”

“Pak, Saya mohon.” Kanaya menangkupkan kedua tangannya di dada. Ia benar-benar memohon dan memelas.

“Pergilah!” usir Bima yang merasa semakin terusik.

Bukannya pergi, Kanaya malah tampak putus asa. Kenapa begitu sulit membujuknya? Padahal aku sudah berlemah lembut. Batin Kanaya.

Dadanya bergemuruh menahan marah sebab saking kesalnya kepada big boss. Tangannya langsung menyambar segelas minuman segar yang telah dipesannya.

Glek, glek! Habis sampai tak bersisa.

“Ahh …,” desah Kanaya. Minumannya memang terasa menyegarkan, tetapi terasa ada yang aneh di lidah serta kerongkongannya. Ada sensasi lain.

Sebenarnya apa yang telah aku minum? Tanyanya dalam hati.

“Kenapa, Mbak?” tanya bartender yang melihat Kanaya seperti tidak nyaman.

“Oh, tidak apa-apa.”

Kanaya kembali membujuk Bima agar suaminya tidak ditugaskan lagi ke Bandung. Namun Bima sama sekali tidak menggubrisnya.

Beberapa saat kemudian kepalanya terasa keleyengan dan berat. Sepertinya Kanaya mulai mabuk. Ia yang tak pernah mencicipi minuman beralkohol, membuat tubuhnya bereaksi di luar dugaan.

“Sebaiknya Anda segera pulang.”

“Gue enggak mau pulang sebelum big bos yang menyebalkan dan arogan itu menarik Elang dari Bandung,” ucap Kanaya mendadak santai dan bahkan berani mengumpat.

“Ish,” desis Bima sebal. Rupanya di balik wajah memelas dan memohon tersimpan umpatan.

“Kenapa lu diam, hah? Gua udah ngomong panjang lebar, lu hanya bilang Ya, Oh, Ok. Apaan itu? Hahaha …,” racau Kanaya.

“Panggilkan taksi untuk dia!” titahnya kepada bartender.

“Sudah gua bilang, gua enggak mau pulang!” sentak Kanaya yang mendengar perintah Bima.

“Anda menyusahkan saja.”

“Apa lu bilang, menyusahkan? Semua ini gara-gara lu, tahu!” tunjuk Kanaya tepat ke muka Bima. “Andai saja lu tidak menugaskan Elang ke Bandung, ia tidak mungkin selingkuh.” Kemudian ia berdiri, jalannya yang sempoyongan menubruk kaki kursi dan jatuh tepat di pangkuan big boss.

“Hei, cepat bangun!”

Namun, kesadaran Kanaya malah hampir hilang. Niat Bima untuk memesankan taxi berubah pikiran. Ia cemas kalau terjadi sesuatu kepada Kanaya saat seperti ini. Bagaimana pun wanita yang menyebalkan ini adalah istri sahabatnya. Ia memutuskan untuk mengantarkannya pulang. Sebelum mengantar, Bima mencoba hubungi Elang. Akan tetapi sayang sekali nomernya sedang tidak aktif.

Antarkkan saja dulu kali ya, nanti aku coba hubungi Elang lagi. Ucap Bima dalam hati.

Bima memapah Kanaya ke mobilnya. Ia sudah terbiasa menyetir sendiri. Kehadiran sopir pribadi justru membuatnya merasa tidak nyaman. Begitulah Bima, ia memang terkesan menjaga jarak dengan siapa pun.

Mobil pun melaju meninggalkan club. Di tengah perjalanan, Kanaya tidak mau diam di bawah pengaruh minuman beralkohol.

“Aku mohon, jangan kirim lagi Elang ke Bandung,” ucap Kanaya dengan mata masih terpejam.

Kedua tangannya meraih pundak Bima, lalu menggoyang-goyangkan lengannya. Bima yang sedang memegang kemudi menjadi terganggu. Ia segera menepikan mobil untuk menghindari kecelakaan.

“Lepaskan tangan Anda!” titah Bima.

Tangan Kanaya malah menggantung di lehernya hingga kepala big boss tertarik. Wajah mereka kini dalam keadaan sangat dekat. Bahkan ujung hidung keduanya yang mancung telah beradu.

***

Mohon tinggalkan komentar ya 🙏🥰

Komen (7)
goodnovel comment avatar
Ana Widarti
keren ini bikin penasaran
goodnovel comment avatar
Sri Gati
jangan sampai elang selingkuh
goodnovel comment avatar
Jubaedah Endah
ya cerita bagus tapi bacanya tertunda
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status