Share

Bab 4 - Reputasi Lebih Penting!

Setelah menolak ide gila dari Rayyan membuat Anin merasa bimbang. Pasalnya, pria yang dicintainya itu tetap keukeh tidak mau bertanggung jawab dan terus memberikan usulan ide untuk menggugurkan kandungan.

Anin yang sudah merasa berdosa karena melakukan itu di luar ikatan suci pernikahan saja membuat hidupnya terasa tidak tenang. Dan, ini akan ditambah dengan menggugurkan janin yang tidak bersalah ini?

Mendengar suara ribut-ribut di luar kamarnya membuat Anin segera bergegas keluar dan ingin mengatakan hal jujur ini kepada Papa dan Mama-nya. Anin hanya butuh dukungan untuk mempertahankan janin dalam kandungannya meski Rayyan tidak menginginkan anak ini ada.

Ceklek.

Belum sempat keluar kamar Anin sudah disuguhkan pertengkaran kedua orangtuanya di sana. Papa-nya selalu marah jika sang mama tidak bisa mengurusi segala yang diinginkannya itu. Dari celah pintu, Anin melihat sang papa menampar mamanya dengan keras.

PLAK.

“Istri tidak tahu diri! Mengurus begitu saja tidak becus! Harusnya kamu lebih pintar dalam kampanye di depan warga. Lebih merakyat lagi!”

“Aku tidak bisa harus terjun ke gorong-gorong, Mas. Bau-nya aku tidak kuat.”

“Ck! Saya menyesal menikah dengan kamu. Apa susahnya membersihkan gorong-gorong sepuluh menit saja untuk diliput wartawan agar kita terlihat merakyat! Kalau kamu tetap berpenampilan seperti ini pasti tidak akan ada warga yang mau memilih kita nanti.”

“Kita bisa suap warga dengan uang. Kita suruh kader-kader kita untuk memberikan amplop kepada warga agar menoblos kita. Cara ini pasti berhasil dan sudah terbukti.”

“Tapi setidaknya warga harus tahu jika kita merakyat! Kita mau turun tangan dan berbaur dengan rakyat itu yang penting. Kita harus cari simpati dan empati hati warga. Besok pokoknya kamu harus mau terjun ke lapangan dan berbaur dengan warga. Aku tidak mau melihat ekspresi jijik di wajahmu. Kamu harus terus tersenyum di depan kamera. Setelah selesai pengambilan gambar baru terserah kamu mau ngapain.”

“I-i-iya, Mas, maaf,” lirihnya.

Melihat kedua orangtuanya yang selalu sibuk soal kampanye membuat Anin merasa hidup di neraka. Terlebih semenjak papanya terjun ke dunia politik, ia sudah tidak mendapatkan kasih sayang seperti dulu. Terkadang Anin merasakan rindu yang menyesakkan dada-nya. Kedua orangtuanya sama-sama sibuk cari muka di depan kamera agar terlihat oleh warga jika mereka pantas dipilih menjadi pemimpin rakyat.

Dengan sedikit keberanian, Anin mulai membuka pintu kamarnya lebih lebar. Kedua orang tuanya langsung menoleh ke arah dirinya yang masih berdiri di ambang pintu.

“Anin, kamu di rumah, Nak?” tanya Rosa—sang mama.

Anin tersenyum tipis mendapat pertanyaan sang mama. Pasalnya selama ini ia lebih memilih tinggal di apartemen dibanding rumahnya sendiri. “Iya, Ma.”

Melihat Budi—papanya yang masih marah membuat Anin merasa takut harus mengatakan berita jika dirinya hamil. Namun, lambat laun berita ini pasti akan segera diketahui oleh mereka berdua.

“Sebenarnya ada yang ingin Anin sampaikan sama kalian berdua,” cicit Anin. Kedua tangannya gemetar begitu hebat.

Rosa langsung mendekat dan memeluk anaknya. “Mau bicara apa, hm? Rayyan mau melamar kamu, ya?” goda Rosa, seakan-akan dia tidak pernah merasakan sakitnya ditampar sang papa barusan. Mamanya terus menampilkan senyum lembut kepada Anin.

Anin justru diam, ia tengah memilah-milah kata yang tepat untuk disampaikan kepada kedua orangtuanya ini. Apalagi melihat perdebatan barusan membuat Anin sedikit ciut.

“Anin, hamil Ma, Pa,” cicitnya lirih.

Berita itu langsung seperti halilintar yang menyambar ke depan wajah Budi. Pria paruh baya itu langsung berdiri dari sofa dan menatap nyalang ke arah anak semata wayangnya.

“Kamu bilang apa tadi?” tanya Budi, memastikan pendengarannya.

Anin merasa tercekat, ia menoleh ke samping untuk melihat ekspresi sang mama yang sama-sama terkejut. Namun, mamanya masih bisa mengendalikan sikapnya saat ini. Lain hal dengan papanya yang baru saja duduk langsung bangkit dan menghampirinya.

“Anin … ha-hamil,” ulangnya lagi dengan suara yang begitu sangat lirih.

PLAK.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status