Beranda / Thriller / Samaran Terakhir / BAYANGAN DARI LINTASAN WAKTU

Share

BAYANGAN DARI LINTASAN WAKTU

Penulis: InkRealm
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-18 19:49:40

LOKASI: LABIRIN BAWAH TANAH - KELAM TANPA PINTU KELUAR

STATUS WAKTU: WAKTU YANG TAK BERUJUNG, MENANTI UNTUK DILEWATI

JUDUL: BAYANGAN DARI LINTASAN WAKTU

Cahaya yang menyinari ruangan itu kini semakin redup, meninggalkan jejak-jejak bayangan yang membingungkan. Di depan mereka, lorong sempit mengarah ke kedalaman bumi yang lebih gelap dari malam. Kunci yang mereka pegang terasa semakin berat, seolah-olah menarik mereka ke dalam kegelapan yang tak terjamah. Setiap langkah mereka berdua menggelegar dalam keheningan, tetapi di kejauhan, terdengar suara seperti bisikan angin yang semakin mendekat.

Adrian dan Armand melangkah lebih jauh, namun rasanya mereka berada dalam dunia yang sangat asing, seperti dimensi yang terjauh dari kenyataan. Tidak ada lagi tanda-tanda dunia luar, hanya ada lorong-lorong yang semakin panjang dan semakin penuh dengan teka-teki yang menantang. Di dinding-dinding itu, ada tulisan-tulisan kuno yang seolah-olah hidup dan bergerak, menyatu dengan waktu yang mengalir
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Samaran Terakhir   KETIKA SEMUA BERHENTI

    LOKASI: LURUSAN WAKTU - KUBURAN YANG TERLUPAKANSTATUS WAKTU: DI ANTARA PILIHAN DAN TAKDIRLangit di atas mereka seakan menguning, tidak lagi biru atau gelap. Ia tampak terjebak di antara dua keadaan yang tidak bisa saling menyingkirkan. Cermin-cermin di sekitar mereka kini menghilang, meninggalkan ruang kosong yang hanya diisi oleh suara langkah mereka sendiri. Udara terasa semakin berat, setiap napas seperti mengikat mereka dengan waktu yang terus berdetak, memberi mereka sedikit harapan dan banyak ketakutan.Adrian dan Armand melangkah perlahan, tak tahu apa yang akan mereka temui selanjutnya. Setiap langkah mereka membawa mereka lebih jauh ke dalam misteri yang belum terpecahkan. Tak ada suara lain kecuali desah napas mereka, tak ada lagi bayangan atau refleksi yang mengganggu. Hanya ada hening yang mencekam, seolah-olah mereka telah melewati batas yang tak bisa kembali."Ini tidak berakhir begitu saja, bukan?" Armand bertanya, suaranya rendah, penuh keraguan.Adrian tidak menjawa

  • Samaran Terakhir   BAYANGAN DARI LINTASAN WAKTU

    LOKASI: LABIRIN BAWAH TANAH - KELAM TANPA PINTU KELUARSTATUS WAKTU: WAKTU YANG TAK BERUJUNG, MENANTI UNTUK DILEWATIJUDUL: BAYANGAN DARI LINTASAN WAKTUCahaya yang menyinari ruangan itu kini semakin redup, meninggalkan jejak-jejak bayangan yang membingungkan. Di depan mereka, lorong sempit mengarah ke kedalaman bumi yang lebih gelap dari malam. Kunci yang mereka pegang terasa semakin berat, seolah-olah menarik mereka ke dalam kegelapan yang tak terjamah. Setiap langkah mereka berdua menggelegar dalam keheningan, tetapi di kejauhan, terdengar suara seperti bisikan angin yang semakin mendekat.Adrian dan Armand melangkah lebih jauh, namun rasanya mereka berada dalam dunia yang sangat asing, seperti dimensi yang terjauh dari kenyataan. Tidak ada lagi tanda-tanda dunia luar, hanya ada lorong-lorong yang semakin panjang dan semakin penuh dengan teka-teki yang menantang. Di dinding-dinding itu, ada tulisan-tulisan kuno yang seolah-olah hidup dan bergerak, menyatu dengan waktu yang mengalir

  • Samaran Terakhir   JEJAK WAKTU YANG TERHAPUS

    LOKASI: PULAU TERSEMBUNYI - LANTAI BATU YANG BERGETARSTATUS WAKTU: PENGUNGKAPAN TAKDIR, TERJERAT DI ANTARA WAKTUCahaya biru kehijauan yang menyinari ruang tersebut semakin memudar, memberi jalan pada kegelapan yang mulai merayap kembali. Pintu besar yang terbuka kini tampak tertutup kembali, seolah-olah tidak pernah ada yang melaluinya. Di tengah ruangan yang mulai hening, suara langkah kaki mereka berdua bergema dalam keheningan yang semakin pekat. Adrian dan Armand menatap kunci hitam yang kini berada di tangan Adrian, gemerlapnya seolah berbicara dalam bahasa yang mereka belum mengerti sepenuhnya."Ini..." suara Armand terdengar tersekat, bibirnya sedikit kering. "Ini bukan sekadar kunci. Ini... sesuatu yang lebih besar. Sesuatu yang akan mengubah segalanya."Adrian menggenggam kunci itu erat, merasa beban yang tak terlihat menindih pundaknya. Ada sesuatu yang memburu mereka, suatu ancaman yang semakin nyata. Mereka tahu, semakin dalam mereka menyelami tempat ini, semakin besar p

  • Samaran Terakhir   BAYANGAN DALAM KETIDAKTENTUAN

    LOKASI: LABIRIN DI BAWAH GUA - MALAM PEKATSTATUS WAKTU: MENGHADAPI KENYATAAN, PENCARIAN YANG TAK BERKESUDAHANKeheningan itu hampir mencekam, seperti udara yang berhenti bergerak. Adrian dan Armand berdiri di depan simbol yang terus berkilauan, membakar mata mereka dengan kilat yang semakin terang. Di hadapan mereka, pintu besar yang terbuat dari batu purba terbuka sedikit, memberikan pandangan ke dalam sebuah labirin yang gelap dan penuh dengan bayangan yang tidak bisa mereka identifikasi.Langkah mereka terasa berat, setiap detik seakan semakin mempersempit ruang untuk mundur. Seperti yang sudah dikatakan pria misterius tadi"Tidak ada jalan kembali." Mereka tahu bahwa hanya ada satu arah yang bisa mereka pilih, menuju ke dalam kegelapan yang semakin dalam.Adrian menatap Armand, matanya penuh keraguan dan kebingungan. "Apakah kita benar-benar siap untuk ini?" tanyanya pelan. Suaranya hampir tertelan oleh gema keheningan yang mendalam. "Kita sudah begitu jauh, tapi apa yang sebenarn

  • Samaran Terakhir   KUNCI DARI KEBENARAN

    LOKASI: RUANGAN GELAP DI DALAM GUA - MALAM PEKATSTATUS WAKTU: PERTANYAAN TAK TERJAWAB, JAWABAN TIDAK TERDUGALangkah kaki Adrian terasa berat. Setiap jejak yang ia tinggalkan di lantai gua yang dingin seolah mengingatkannya akan waktu yang semakin sempit. Gema suara bisikan itu bergetar di sekelilingnya, merasuk ke dalam kepalanya seperti sebuah mantra yang tak bisa ia singkirkan.“Ini bukan sekadar pencarian, Adrian,” bisikan itu terdengar lebih dekat dari sebelumnya. “Ini adalah penghakiman. Setiap langkahmu akan semakin mendekatkanmu pada kebenaran, tapi setiap kebenaran yang kau temukan akan semakin membebani jiwamu. Apakah kau siap menghadapinya?”Adrian menggenggam erat kotak perak yang masih ada di sakunya. Kotak itu kini terasa lebih berat, seolah berisi lebih dari sekadar benda mati. Seperti ada sesuatu yang bergerak di dalamnya, menuntut perhatian, menunggu untuk dilepaskan.Di hadapannya, Armand tampak semakin tegang, matanya terfokus pada buku yang tergeletak di atas meja

  • Samaran Terakhir   PERSEMPITAN WAKTU

    LOKASI: GUA TERSEMBUNYI DI TEPI PANTAI - MALAM TANPA BULANSTATUS WAKTU: BAHAYA MENANTI DI SETIAP LANGKAHAdrian menggenggam kotak itu dengan gemetar. Di dalam gua yang semakin gelap, udara terasa semakin menekan. Setiap tarikan napas terasa lebih berat, seperti ada sesuatu yang mengikatnya di tempat ini, tidak membiarkannya pergi.Namun, yang lebih mengguncang pikiran Adrian adalah gambar di dalam kotak. Potret dirinya yang lebih muda, mengenakan pakaian yang sama sekali tidak ia kenal. Dan di belakangnya, pintu besar dengan simbol-simbol yang kini mulai tampak lebih familiar. Simbol-simbol itu, seolah memberikan tanda sebuah koneksi yang dalam, menghubungkannya dengan sesuatu yang tak terkatakan.“Adrian,” Armand berkata, suaranya terdengar khawatir. "Kau baik-baik saja?"Adrian tidak menjawab segera. Ia terjebak dalam pikirannya, mencoba memahami apa yang telah ia temukan. Suara itu kembali bergema di dalam kepalanya, seolah semakin mendekat: "Apa yang kau sembunyikan? Apa yang kau

  • Samaran Terakhir   BUKTI YANG TERSISA

    Bab 28:LOKASI: GUA TERSEMBUNYI DI TEPI PANTAI - MALAM GELAP TANPA BINTANGSTATUS WAKTU: PENCARIAN YANG TERHAMBAT OLEH KERAGUANAdrian dan Armand berlari menuju tebing, kaki mereka menapaki jalan sempit yang terjal, di antara batu-batu tajam yang menonjol dari tanah. Setiap langkah mereka berat, napas mereka terengah, namun tekad di dalam hati mereka tak tergoyahkan. Di balik keringat dan darah yang membasahi tubuh mereka, ada satu tujuan: menemukan jalan keluar dari pulau yang terperangkap ini.Namun, bayangan suara itu terus mengganggu pikiran Adrian. Suara wanita yang memanggil namanya, suara yang terasa seperti kenangan dan sekaligus ancaman. Siapa dia? Apa yang sebenarnya tersembunyi di balik suara itu?"Adrian, cepat!" Armand berteriak, menariknya keluar dari lamunannya. "Mereka semakin dekat, kita tidak punya banyak waktu!"Adrian menatap Armand, wajahnya penuh keraguan. "Aku mendengar suara... suara seorang wanita."Armand meliriknya sekilas. "Jangan pedulikan itu sekarang, Ad

  • Samaran Terakhir   BAYANGAN YANG BERBISIK

    LOKASI: PANTAI DI UJUNG HUTAN PULAU TERPENCIL - MALAM TANPA BULANSTATUS WAKTU: DI AMBANG KEPUTUSANAngin malam membawa aroma garam laut yang dingin, menggantikan bau mesiu yang masih terasa di udara. Ombak memecah karang, memercikkan busa putih ke udara sebelum menghilang kembali ke laut yang gelap. Cahaya senter musuh mulai mendekat, berkilauan di antara dedaunan basah yang meneteskan sisa hujan sore.Adrian dan Armand bersembunyi di balik formasi batu karang besar, napas mereka berat, dada terasa sesak. Darah masih mengalir dari luka di bahu Adrian, tapi ia tak punya waktu untuk mengeluh. Matanya menyapu sekeliling, mencari jalan keluar dari pengepungan yang semakin rapat."Kau dengar itu?" bisik Armand, matanya menyipit, telinganya bergetar mengikuti irama langkah-langkah berat yang semakin dekat. "Mereka datang dari tiga arah. Kalau kita tetap di sini, kita mati."Adrian mengangguk, menggigit bibirnya. Namun, sebelum ia bisa merespon, suara lain bergema di kepalanya. Suara yang t

  • Samaran Terakhir   JEJAK DI TANAH MERAH

    LOKASI: JALUR TERSEMBUNYI DI HUTAN PULAU TERPENCIL - SENJA BERDARAHSTATUS WAKTU: ANTARA HARAPAN DAN KEPUTUSASAANAsap hitam mulai mengepul dari balik pepohonan, membentuk garis-garis kelam yang merambat ke langit jingga. Aroma mesiu bercampur darah memenuhi udara, membuat paru-paru terasa berat dengan setiap tarikan napas. Cahaya senja yang biasanya indah kini berubah menjadi bayangan kematian yang menghantui setiap langkah.Adrian merunduk di balik batang pohon besar, napasnya terengah, wajahnya dipenuhi keringat bercampur darah. Bahunya terasa semakin berat, setiap denyutnya seolah memanggil kematian. Namun, di tengah rasa sakit yang menggigit, ia masih bisa mendengar suara Armand yang bergema di belakangnya, senyumnya tetap liar meski perang semakin menggila."Mereka tak akan berhenti sampai kita mati!" teriak Armand sambil menembakkan senapannya ke arah kerumunan musuh yang mulai mengepung dari berbagai arah. Pelurunya menembus dada seorang pria bertopeng hitam, meledakkan darah

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status