Karina masih merasa sangat marah dan tidak terima dengan perlakuan Langit tadi. Ia tadi melihat Langit memasuki toilet. Maka setelah menidurkan Tania, ia bergegas menyusul Langit ke toilet.Ia merasa curiga dengan Langit. Pasti Langit sudah berbuat hal macam-macam kepada Karina mengenai cincin Agatha yang hilang. Karina pun membawa ponselnya dalam saku dan menyalakan perekam suara untuk merekam percakapannya dengan Langit nanti.Karina berdiri di depan Karina dengan bersedekap dada. Beberapa detik kemudian, Langit keluar dari salah satu bilik toilet. Karina langsung berbalik badan dan menatap Langit tajam.Langit tersenyum melihat Karina. "Nungguin aku? Mau gak melakukan hal 'enak enak' di sini? Mumpung sepi."Karina melempar botol sabun tepat ke muka Langit. "Omongan lo kayak omongan orang gak waras. Udah gila lo?!"Langit terkekeh. "Aku memang gak waras… karena kamu.""Lo gak waras karena otak lo udah geser. Jangan bawa-bawa gue."Langit melangkah perlahan mendekati Karina. "Kalau k
Karina menaruh Tania yang sudah tertidur di keranjang bayi. Bertepatan dengan itu, terdengar mobil Andrew memasuki pekarangan rumah. Karina pun segera membereskan barang-barangnya dan keluar dari ruangan.Ia sempat berpapasan dengan Veti di depan dapur. "Tunggu!" Veti berucap sambil menghampiri Karina. "Aku mau tanya sesuatu ke kamu.""Tanya apa?""Tuan Davin tadi ngomong apa sebelum ngacak rambut kamu?""Hah?""Tadi 'kan Tuan Davin ngacak ngacak rambut kamu, dan sebelumnya dia bilang sesuatu. Tuan Davin bilang apa?"Karina terdiam sejenak lalu menjawab, "Untuk apa aku memberitahumu?""Karena aku mencintai Tuan Davin.""Kenapa kamu tidak tanya langsung ke Davin?""Ya jelas aku malu lah.""Ya itu urusanmu. Aku tidak ingin memberitahumu. Tanyalah sendiri!" Karina melanjutkan langkahnya yang membuat Veti berdecak kesal."Sampai kapanpun kamu gak akan bisa bersatu dengan Tuan Davin. Hanya aku yang boleh bersama dengan Tuan Davin," ucap Veti dalam hati.•••Setelah menidurkan Tania, Karina
"Saya ingin berhenti menjadi baby sitter," ucap Karina kepada Agatha dan Aurel."Gak, kamu gak bisa asal keluar dari sini," sambar Agatha."Tapi karena satu dan lain hal, saya memutuskan untuk berhenti dari pekerjaan ini. Ada beberapa hal yang membuat saya tidak nyaman bekerja di sini.""Apa alasanmu? Tidak mungkin karena gajinya kurang 'kan? Gaji sepuluh juta sebulan bagi baby sitter itu sudah sangat cukup," ujar Aurel."Bukan karena itu. Saya tidak nyaman aja meneruskan pekerjaan saya."Agatha melambaikan tangan kepada Santi yang melewati ruang tamu. "Santi, ambilkan kertas kontrak kerja atas nama Karina Faradina di laci lemariku," titah Agatha.Sinta mengangguk dan bergegas menuruti perintah Agatha. Karina menunduk sambil meremas-remas tangannya. Ia merasa tidak nyaman.Sedangkan Agatha melipat tangannya di depan dada sambil menatap tajam Karina. Bertepatan dengan itu, Andrew datang sambil menggendong Tania. "Sayang, aku mau berangkat kerja dulu. Ini Tania mau kamu gendong atau Kari
Di ruang tamu, Davin dan Agatha sedang bercengkrama. Mereka menjadi diam dan mengalihkan pandangan ketika Karina melewati mereka. "Permisi, saya pamit pulang," ucap Karina yang hanya diangguki oleh Agatha."Sebentar, buket yang aku kasih mana?" tanya Davin."Diminta sama Veti," jawab Karina singkat."Karina yang kasih ke aku," sambar Veti yang tiba-tiba muncul di ruang tamu.Davin menatap Karina dengan tatapan menuntut penjelasan. Karina menghela nafas keras lalu berkata, "Ngaku aja, Vet. Kamu yang duluan minta ke aku. Cuma perkara seperti ini saja kamu harus berbohong?"Ucapan Karina sungguh menusuk hati Veti. Veti pun hanya menunduk dan salah tingkah. Davin mematap Veti tajam. "Kenapa kamu minta? Itu aku berikan kepada Karina berarti itu memang untuk Karina. Untuk apa kamu memintanya?""A-aku… aku hanya ingin merasakan rasanya diberi hadiah oleh laki-laki.""Tapi bukan berarti kamu meminta milik orang yang berasal dari pemberian orang lain. Bukankah di dapur ada banyak sekali makana
Setelah beberapa menit perjalanan, Karina dan Elard sampai di rumah Suri. Mereka lalu keluar dari mobil. "Bibi Suri! Ini Karina," seru Karina sambil mengetuk pintu beberapa kali.Beberapa menit kemudian, pintu dibuka oleh Suri. Ia tersenyum kepada Karina dan Elard. Sejenak ia terpaku melihat penampilan Karina yang berbeda dari biasanya. "Sudah rapi dan cantik, mau kemana?""Kami mau bakar-bakar di butik, Bi. Bibi ikut tidak?" sahut Elard."Oh, tidak perlu. Bersenang-senanglah kalian.""Ibu Kasih dimana? Kami ingin mengajaknya sekalian.""Tidak perlu. Kalian berdua saja yang pergi." Kasih muncul di balik pintu."Iya, biar Bibi Suri yang jaga Ibu. Kalian habiskan waktu untuk bersenang-senang."Karina dan Elard saling pandang. "Baiklah, kalau begitu. Kami pamit dulu." Elard dan Karina menyalami tangan Suri dan Kasih.Mereka lalu memasuki mobil. Saat mobil melaju, mereka melambaikan tangan kepada Suri dan Kasih yang dibalas lambaian tangan pula oleh mereka. Suri tak henti-hentinya merekah
"Pak, apakah anda sudah tahu mengenai butik Agatha yang meniru model gaun yang saya rancang?" tanya Karina."Sudah, itu sudah saya laporkan. Saat gaun tersebut launching, saya sudah mendaftarkannya di Pangkalan Data Kekayaan Intelektual dan kantor kementerian hukum," jawab Aland.Karina merasa sangat amat lega mendengar kabar itu. Ia sampai menitik air mata. Akhirnya Tuhan memberi keadilan dan keadilan."Saya awalnya sudah sangat kecewa saat mengetahui butik Agatha meniru model rancangan saya. Saya sangat sakit hati," tutur Karina."Kamu tenang saja, saya sudah mengurus semuanya. Kamu tunggu saja."Tiba-tiba ada yang menyodorkan tisu dari arah belakang. Karina menoleh ke belakang dan mendapati Elard membungkuk dan menyodorkannya selembar tisu. Elard tersenyum lembut.Karina menjadi malu saat terlihat wajahnya basah karena air mata. Ia pun segera menerima tisu tersebut dan mengusap air matanya. Tiba-tiba datang Zaiz yang langsung menyerocos, "Parah lo, El. Lo apain bidadari gue?""Lo
Agatha berteriak dan menghancurkan barang-barang di sekitarnya ketika melihat surat yang ia terima dari kantor hukum. Ia telah ditetapkan sebagai tersangka atas kasus plagiat desain gaun yang telah didaftarkan oleh Zair butik ke Pangkalan Data Kekayaan Intelektual. Agatha hampir pingsan setelah membaca kabar tersebut.Davin menahan ibunya yang hendak jatuh pingsan. Ia pun membopong ibunya ke dalam kamar dan menidurkannya. Veti datang ke kamar membawa secangkir teh hangat.Davin pun membantu meminumkan teh hangat tersebut kepada Agatha. Agatha meneguknya lalu ia terbatuk-batuk karena belum siapa menelan minuman setelah mendapat kabar yang membuatnya syok. Agatha sampai menangis memikirkannya.Tentu Davin tidak tega melihat ibunya menangis. Ia menggenggam tangan Agatha untuk menenangkannya. "Mami tenang aja. Semuanya pasti bisa ditangani. Sekarang Mami istirahat dulu, ya. Kita bicarakan ini nanti. Jangan terlalu dipikirkan, aku tidak mau Mami drop."Agatha mengangguk lalu memejamkan mat
Setelah selesai kelas, Karina menghubungi Davin dan menanyakan keberadaannya. "Elard, kamu dimana?""Di perpustakaan.""Aku nyusul, ya. Sekalian aku mau cari buku buat referensi tugas aku.""Oke. Aku ada di pojok utara. Nanti langsung samperin aja.""Siap, aku ttup ya teleponnya. Bye.""Bye."Setelah mematikan telepon, Karina mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan Davin. Hingga akhirnya ia melihat Davin sedang mengobrol dengan seorang wanita. Karina pun mendatangi Davin."Davin, aku ke perpustakaan dulu cari buku buat referensi tugasku. Kamu tunggu sebentar gak apa-apa, ya?" ucap Karina.Davin mengangguk. "Iya, aku juga mau ngobrolin tentang seminar nanti sama temanku, paling agak lama. Sepuluh menit lagi.""Ya udah, aku ke perpustakaan dulu."Davin mengangguk.Sebelum berbalik badan, ekor mata Karina melihat Jessica menghampiri wanita yang sedang bersama Davin. Sepertinya Jessica sempat melihat Karina yang tadi mengobrol dengan Davin. Raut wajahnya terlihat sinis.Namun Ka