Share

Bab 4

Karina merasa malu saat mendapat berbagai tatapan dari para pekerja di rumah keluarga Adam. Bagaimana dia tidak menjadi pusat perhatian jika dia yang baru saja bekerja selama satu hari pulangnya diantar oleh putra penerus Adam's property. Karina memilih menunduk dan mengabaikan tatapan para pekerja.

Namun sebuah suara mampu membuat tubuh Karina membeku. "Gatal sekali jadi wanita. Baru juga kerja sehari udah deketin Tuan Davin. Pasti dia ngincar hartanya Tuan Davin. Menjijikkan."

Dengan tubuh bergetar, Karina menyahut, "Kalian jangan ngomong sembarangan! Bukan kemauanku melainkan kemauan Davin untuk mengantarku pulang. Daripada dituduh, aku mending pulang sendiri."

Davin yang hendak memasuki mobil pun mengurungkan niatnya. Ia berjalan menghampiri Karina. Ia memegang tangan Karina dengan lembut lalu berucap, "Apa yang dikatakan Karina benar. Aku sendirilah yang berniat mengantarkannya pulang. Kalian jangan bicara macam-macam atau aku akan memecat kalian!"

Para pekerja pun menjadi takut dan terdiam. Mereka menunduk karena tidak berani melihat tatapan Davin yang menatap mereka tajam. Davin pun segera menarik tangan Marissa menuju mobil lalu mereka pun memasuki mobil dan melaju meninggalkan rumah keluarga Adam.

•••

Di dalam mobil terasa hening. Karina sibuk menatap jalanan sementara Davin sibuk menyetir. Belum ada percakapan di antara mereka.

"Rumahmu daerah mana?" tanya Davin memulai percakapan.

"Aku tidak langsung pulang. Aku mau ke rumah bibiku dulu untuk menjemput ibuku. Nanti biar aku pulang ke rumah sendiri saja. Kebetulan motorku ada di bengkel, jadi kamu antarkan aku ke bengkel saja," sahut Karina yang diangguki Davin.

Mobil pun kembali hening. Tiba-tiba ponsel Davin berdering. Davin pun memasang earphone ke telinganya dan mengangkat telepon.

"Iya, Ma. Ada apa?" Rupanya yang meneleponnya adalah Agatha.

"Kamu serius mengantarkan Karina?"

"Iya, ini aku sama Karina lagi di jalan."

"Bisa-bisanya kamu membuat keputusan seperti itu. Di sini ada Felliska yang nunggu kamu. Mending kamu turunin Karina di jalan aja terus segera pulang. Kasihan Felliska nunggu kamu."

"Ya gak bisa gitu, Ma. Aku harus mengantarkan Karina dengan selamat sampai rumah. Lagi pula ngapain Felliska datang ke rumah? Aku sama dia 'kan sudah putus."

"Kalian gak boleh putus. Kamu harus ingat kalau Pak Prapto memiliki lima puluh persen saham properti kita." 

Prapto adalah ayah Felliska yang merupakan seorang pebisnis.

Davin menghela nafas lelah. "Aku bosan dengar alasan itu."

"Davin-"

Tut

Davin memutus sambungan telepon. Ia mengusap wajahnya gusar. Ia benar-benar capek dengan keadaannya.

Davin pun menghentikan mobilnya ketika lampu merah menyala. Ia menatap Karina yang fokus melihat jalanan dari balik jendela. Untuk kesekian kalinya, ia terpana dengan paras ayu Karina.

Bahkan Karina adalah wanita tercantik yang pernah ia temui secara langsung. Davin jadi semakin semangat untuk melakukan pendekatan dengan Karina. Pikirannya mulai melebar kemana-mana saat ia membayangkan akan menikah dengan Karina dan memiliki anak yang good loking seperti mereka.

Davin tersentak dari lamunannya ketika beberapa pengendara memberi klakson kepada dirinya. Rupanya lampu hijau sudah menyala. Davin pun kembali melajukan mobilnya.

"Nanti ada belokan ke kiri terus lewat sana. Beberapa meter setelahnya ada bengkel di depan supermarket, kita berhenti disana," ujar Karina.

"Siap, cantik."

Karina terkejut mendengar sahutan Davin. Saat ia menoleh, Davin tersenyum sambil mengedipkan mata. Ya Tuhan, apakah Karina tidak salah dengar?

Seorang Davin Adam mengatakan ia cantik dan mengedipkan mata kepadanya? Karina sungguh sangat syok.

Ia baru tahu kalau Davin senang menggoda wanita. Untungnya Karina bukanlah orang yang mudah terbawa perasaan. Ia pun hanya diam dan meluruskan pandangan.

"Kebal juga ini cewek. Kenapa ia terlihat biasa aja? Seluruh wanita yang aku dekati pasti akan langsung menaruh perasaan saat ku puji dan ku goda. Benar-benar wanita yang menarik," ucap Davin dalam hati.

Mereka pun sampai di depan supermarket dan bengkel yang saling berhadapan. Davin memarkirkan mobilnya di depan supermarket. "Terima kasih," ucap Karina yang lalu menyeberang jalan menuju bengkel.

Davin lalu memasuki supermarket. Ia segera mengambil keranjang belanja dan mengambil beberapa barang yang niatnya akan ia berikan kepada Karina. Ia mengambil snack, coklat, susu, bahan makanan, dan skincare. 

Ia pun cepat-cepat ke kasir dan membayarnya. Ia lalu menyeberang jalan dan menghentikan Karina yang akan melajukan motornya. "Ini buat kamu," ucap Davin sambil menyerahkan satu kantong kresek besar berisi belanjaannya dari supermarket.

Karina terdiam sebentar lalu menerimanya. "Terima kasih. Namun besok-besok kamu tidak perlu repot-repot membelikan aku barang."

"Kenapa?"

"Aku rasa kamu harusnya tahu apa alasannya. Bahkan kita baru berkenalan tadi tapi kamu sudah memberikanku banyak barang-barang."

"Anggap saja itu sebagai tanda perkenalan kita. Jika kamu butuh apa-apa kamu bisa hubungi aku." Davin mengambil sebuah kertas dari sakunya lalu memberikannya kepada Karina. "Ini nomor telepon aku. Aku tunggu pesan darimu."

Karina terlihat ragu untuk menerimanya. Namun karena melihat wajah Davin yang bersemangat, ia jadi tak enak menolaknya. Ia pun menerimanya dan mengangguk.

"Aku pergi dulu," ucap Karina singkat yang lalu melajukan motornya.

Davin tersenyum sambil memperhatikan motor Karina menjauh sampai tidak terlihat lagi. Tiba-tiba ponselnya berdering. Wajah Davin yang semula tersenyum menjadi masam ketika melihat nama kontak yang meneleponnya.

Rupanya itu adalah telepon dari Felliska, mantan pacarnya. Mereka baru putus seminggu yang lalu karena Felliska ketahuan jalan-jalan di mall dengan seorang pria. Davin pun memilih mengabaikan telepon itu dengan mematikan daya agar tidak ada yang meneleponnya lagi.

•••

Setelah beberapa menit perjalanan, Karina pun akhirnya sampai di rumah Suri. Ia mengambil tas kain dari dalam tasnya lalu mengambil beberapa bahan makanan dari kantong kresek berisi belanjaan dari Davin lalu memasukkannya ke dalam tas kain tersebut.

Karina lalu turun dari motornya dan mengetuk pintu. Shru pun membukanya dan tersenyum ramah kepada Karina. Karina lalu menyerahkan tas kain berisi bahan makanan kepada Suri. "Ini untuk Bibi, mohon diterima."

"Wah, terima kasih, ya. Besok-besok kamu gak usah repot-repot."

"Sama sekali tidak merepotkan, Bi. Justru Karina lah yang selama ini banyak merepotkan Bibi."

"Bibi sama sekali tidak merasa direpotkan. Bibi ikhlas merawat Kak Kasih karena dia adalah kakak Bibi."

Mata Karina berkaca-kaca karena terharu. "Terima kasih banyak, Bi. Semoga Tuhan membalas kebaikan Bibi."

Suri tersenyum lalu mengusap punggung Karina. Tiba-tiba datang Kasih yang berjalan tertatih-tatih. "Terima kasih banyak karena telah menjagaku seharian, Suri. Kakak pamit pulang dulu."

"Harusnya Kakak memanggil Suri jika ingin pergi kemana-mana. Kasihan Kakak kesusahan jalan," ucap Suri khawatir.

"Kamu tidak perlu khawatir. Kakak baik-baik saja kok."

Karina dan Kasih pun berpamitan kepada Suri. Kasih lalu duduk di boncengan motor dengan susah payah. Karina merasa bersalah karena membuat ibunya bersusah payah menaiki motor dengan kondisinya yang sedang sakit. "Maafkan aku karena belum bisa membahagiakan Ibu. Semoga nanti Karina bisa sukses dan membeli mobil agar Ibu tidak perlu bersusah payah menaiki motor kalau berpergian," tutur Karina.

"Tidak masalah, Na. Ibu bersyukur mempunyai anak yang berbakti seperti kamu. Itu sudah lebih dari cukup."

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Shahada Mat Nawi
kejap Karina kejap Marissa asal jdi xseronok
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status