"Karina, buatkan temanmu minum!" titah Kasih.
"Tidak perlu repot-repot. Saya hanya sebentar kok," tolak Elard secara halus."Ini saya bawakan kue, keripik, snack, dan beberapa bahan makanan. Saya juga membelikan pakaian untuk Ibu dan Karina. Mohon diterima," lanjut Elard sambil menaruh kantong belanjaan di atas meja."Kenapa harus repot-repot? Terima kasih banyak, Nak. Kamu sungguh orang yang baik. Semoga kamu selalu dalam lindungan Tuhan," tutur Kasih sambil menggenggam tangan Elard."Sama-sama, Bu. Saya permisi dulu, ya. Ada urusan.""Iya, hati-hati di jalan ya, Nak.""Terima kasih banyak sudah mampir di gubuk kami, Elard. Aku harap kamu masih sudi datang ke gubuk kami lagi," cetus Karina."Kok ngomongnya gitu? Tentu aku maulah ke sini lagi. Walaupun sederhana tapi rumah ini terasa sangat nyaman. Udaranya sejuk gak kayak di rumahku yang penuh polusi karena dekat jalan raya dan pabrik. Kalau ada kesempatan pasti aku akan kesini lagi," sahut Elard.Karina tersenyum dan mengangguk. Setelah berpamitan, Elard pun pergi.•••Setelah jadi baby sitter, Karina mengambil jadwal kuliah pagi. Setelah kuliah, ia pergi ke kediaman keluarga Adam untuk bekerja menjadi baby sitter. Ini adalah hari pertamanya bekerja.Selama kuliah dan kerja, ia menitipkan Kasih di rumah bibinya yang merupakan adik Kasih bernama Suri. Setelah satpam membukakan gerbang, Karina memarkirkan motornya di antara mobil-mobil mewah. Mau bagaimana lagi? Hanya itu tempat yang tersisa.Ia pun dihampiri oleh seorang pelayan. "Kamu baby sitter baru, ya? Kenalin aku Dira, salah satu pelayan di sini." Dira mengulurkan tangannya yang langsung dijabat oleh Karina."Aku Karina.""Mari masuk! Nyonya Agatha dan Nona Aurel sudah menunggu."Karina mengangguk dan mengikuti langkah Dira memasuki rumah. Di ruang tamu terdapat Agatha dan seorang perempuan yang sedang menggendong bayi. "Akhirnya datang juga. Lama amat, aku sampai mau lumutan nungguin kamu. Nih, asuh anak aku. Aku mau syuting," ceplos seorang perempuan bergaun mewah yang bernama Aurel, dia adalah anak Agatha yang baru melahirkan beberapa hari yang lalu.Karina mengangguk patuh dan mengambil alih bayi dari gendongan Aurel. Aurel pun berlalu meninggalkan Karina, Agatha, dan Dira. "Namanya Tania," ucap Agatha sambil melirik bayi di gendongan Karina."Baik, Bu. Kamar Tania ada dimana ya, Bu?""Di lantai dua, kamar nomor tiga. Ada tulisan 'baby Tania'. Tugas kamu adalah memandikannya, menjaganya sampai jam kerja kamu habis, memberinya susu, menenangkannya jika dia menangis, dan yang lainnya. Aku rasa kamu seharusnya sudah paham tugas seorang baby sitter.""Baik, Bu. Saya mengerti.""Bagus. Cepat tidurkan Tania di kamarnya."•••Karina ikut tertidur setelah menidurkan Tania. Ia tertidur dalam posisi duduk dengan kepala yang menyender ke ranjang bayi. Ia terbangun setelah tidur selama dua jam.Ia pun meregangkan otot-ototnya dan berdiri. Ia tersenyum saat melihat baby Tania tertidur pulas dengan wajah damai. Karina merasa seperti menjadi seorang ibu.Karina mengedarkan pandangannya. Ia melihat kantong sampah sudah penuh oleh pempers. Keranjang pakaian pun juga sudah penuh dengan pakaian Tania. Ia pun berinisiatif untuk membuang sampah terlebih dahulu mumpung Tania sedang tidur.Ia pun mengikat kantong sampah dan mengambilnya. Saat keluar ruangan dengan wajah tertunduk, Karina malah menabrak seseorang."Aduh," ringis Karina ketika perutnya kepentok ujung keranjang baju yang dibawa Davin.Karina menegakkan wajahnya. Ia terpaku saat melihat siapa orang yang ia tabrak. Rupanya itu adalah Davin yang juga terpaku saat menatapnya.Davin adalah mahasiswa di kampus yang sama tempat Karina menuntut ilmu. Davin adalah mahasiswa jurusan bisnis semeter tujuh yang berarti sebentar lagi ia akan lulus. Karina mengenal Davin karena selalu bertemu dengannya saat seminar atau acara kampus.Davin adalah mahasiswa yang sangat aktif. Dia mengikuti banyak kegiatan, organisasi, dan seminar. Maka tak heran jika ia dikenal banyak orang.Apalagi stutusnya yang menyandang marga 'Adam' membuatnya semakin dikenal dan disegani. Davin memang tidak tahu nama Karina, tapi ia hafal wajah gadis itu karena sering ketemu di acara seminar atau acara kampus."Kamu? Namamu itu … Arina?" tebak Davin."Karina," koreksi Karina."Oh, ngapain kamu di sini?" Sedetik kemudian wajah Davin tampak terkejut. "Kamu baby sitter baru?""Iya," jawab Karina singkat."Astaga." Davin terlihat syok."Biasa aja reaksinya. Minggir, aku mau buang sampah." Karina sedikit mendorong Davin.Namun Davin malah mencekal tangan Karina. "Tunggu, ini ada pakaian Tania yang harus kamu lipat dan masukkan ke lamari." Davin menyodorkan keranjang baju di tangannya.Karina menghela nafas lalu menaruh plastik sampah di lantai. Ia mengambil alih keranjang baju di tangan Davin lalu meletakkannya di samping lemari. Karina hampir saja refleks menyuruh Davin untuk menaruhnya sendiri, tapi ia segera sadar bahwa dia tidak bisa menyuruh majikannya. Bagaimanapun Davin juga merupakan majikan Karina karena Karina bekerja kepada keluarga Davin. Karina lalu kembali memungut kantong sampah dan berlalu meninggalkan Davin. Davin masih terpaku sambil mengamati punggung Karina yang menjauh.Ini pertama kalinya ia mengobrol dengan Karina. Dari dulu ia memang penasaran dengan Karina karena Karina adalah gadis yang sangat cantik dan cukup berprestasi. Memang Karina memiliki wajah yang sangat cantik yang membuat orang-orang akan terpana ketika melihatnya.Davin lalu menarik salah satu sudut bibirnya. "Menarik," gumamnya.•••Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Karina kembali ke kamar Tania sambil mengusap keringat yang bercucuran di dahi. Ia mengatue nafasnya. Rupanya lelah juga bekerja menjadi baby sitter.Namun rasa lelahnya berangsur sirna ketika melihat wajah baby Tania yang baru bangun tidur. Karina pun menyanyikan sebuah lagu sambil menggendong Tania. Bayi itu nampak tenang dan tidak rewel sama sekali.Karina menguatkan dirinya sendiri. Ia masih harus memandikan Tania dan memberinya susu baru dia bisa pulang. Ia pun segera memandikan Tania. Sebenarnya ini pertama kalinya ia memandikan bayi, tapi untungnya kegiatannya berjalan lancar.Setelah memandikannya, Karina pun memakaikan pakaian tidur di tubuh Tania. Ia lalu mengambil sebotol dot susu dan memberikannya kepada Tania. Tania pun menyesap susu tersebut sambil berkedip lucu.Setelah baby Tania tertidur, Karina pun kembali menidurkannya ke keranjang bayi. Bertepatan dengan itu, Aurel pulang ke rumah. Karina segera menyambar tasnya dan menuruni tangga."Tania sudah tertidur pulas. Dia sudah saya mandikan dan minum susu. Saya pamit pulang dulu," ucap Karina sopan.Aurel hanya meliriknya sekilas. "Hm, sana pergi!""Tunggu, aku antar," sambar Davin yang berdiri sambil memasukkan kedua tangannya di saku celananya.Agatha dan Aurel kompak menoleh dan melotot. "Jangan bercanda, Davin," ucap Agatha tegas."Aku gak bercanda." Davin lalu menarik tangan Karina yang kebingungan. Mereka pergi meninggalkan Agatha dan Aurel yang menatap mereka cengo.Karina merasa malu saat mendapat berbagai tatapan dari para pekerja di rumah keluarga Adam. Bagaimana dia tidak menjadi pusat perhatian jika dia yang baru saja bekerja selama satu hari pulangnya diantar oleh putra penerus Adam's property. Karina memilih menunduk dan mengabaikan tatapan para pekerja.Namun sebuah suara mampu membuat tubuh Karina membeku. "Gatal sekali jadi wanita. Baru juga kerja sehari udah deketin Tuan Davin. Pasti dia ngincar hartanya Tuan Davin. Menjijikkan."Dengan tubuh bergetar, Karina menyahut, "Kalian jangan ngomong sembarangan! Bukan kemauanku melainkan kemauan Davin untuk mengantarku pulang. Daripada dituduh, aku mending pulang sendiri."Davin yang hendak memasuki mobil pun mengurungkan niatnya. Ia berjalan menghampiri Karina. Ia memegang tangan Karina dengan lembut lalu berucap, "Apa yang dikatakan Karina benar. Aku sendirilah yang berniat mengantarkannya pulang. Kalian jangan bicara macam-macam atau aku akan memecat kalian!"Para pekerja pun menjadi takut
Karina terdiam menatap secarik kertas ditangannya yang tertulis nomor ponsel Davin. Ia pun menyalakan ponselnya dan menambahkan nomor ponsel Davin ke kontak barunya. Kontak tersebut hanya ia namai 'Davin'.Lalu Karina beralih menatap kantong kresek berisi belanjaan pemberian yang terletak di depannya. Ia mengambil sekotak susu lalu meminumnya. Ini bukan pertama kalinya Karina mendapat barang atau makanan dari laki-laki.Di karenakan paras Karina yang sangat cantik, berbondong-bondong pria mendekati Karina. Bahkan ada yang tidak rela hubungannya berakhir dengan Karina, contohnya Langit. Bahkan Langit berulang kali ingin melecehkan Karina.Hal itu membuat Karina sedikit trauma dengan laki-laki. Ia bertekad tidak akan pacaran lagi sampai ia menikah. Jika memang ada laki-laki baik-baik yang serius dengannya, maka Karina akan minta langsung dinikahi tanpa pacaran. Namun tentunya harus melewati masa perkenalan.Selama ini Karina memendam semua itu sendiri. Ia tidak pernah memberitahu Kasih t
Setelah menempuh perjalanan selama beberapa menit, Karina pun sampai di kediaman Adam. Di depan rumah, ada Agatha yang sedang menggendong Tania. "Selamat pagi, aku harap aku tidak terlambat," ucap Karina tersenyum manis.Agatha hanya memandangnya sinis dan menyerahkan Tania. Karina pun mengambil alih Tania dari gendongan Agatha. Agatha lalu berbalik badan dan berlalu.Karina menghela nafas pelan. Ia bisa menebak sepertinya Agatha benci atau tidak suka kepadanya karena kemarin Davin mendekati Karina. Sudah pasti Karina yang akan dituduh mendekati Davin.Saat memasuki rumah dan melalui ruang tamu, Karina melihat seorang wanita berpakaian modis dan seksi. Tiba-tiba Agatha menunjuk Karina dan membisikkan sesuatu kepada gadis itu. Wanita berpakaian seksi itu lalu berdiri dan menghampiri Karina."Perkenalkan aku Felliska, pacarnya Davin." Felliska mengulurkan tangannya.Karina menjabat tangannya meski agak kesusahan karena menggendong Tania. "Aku Karina.""Kamu baby sitter di sini, ya?""Iy
Elard membantu Karina berdiri dan memapahnya. Elard lalu membukakan pintu mobil dan membantu Karina masuk ke dalam. Setelah itu, Elard menghampiri beberapa pengendara dan mengobrol dengan mereka.Elard meminta tolong kepada mereka untuk membawa motor Karina ke bengkel. Untungnya masih ada orang-orang baik yang dengan senang hati membantu Karina. Setelah itu, Elard memasuki mobil dan melajukan mobilnya menuju rumah sakit.Karina menggigit bibirnya saat rasa sakit datang bertubi-tubi. Di tubuhnya banyak luka gores dan kulit yang sobek sampai terlihat dagingnya. Karina merasa sakit, nyeri, dan panas secara bersamaan.Elard yang sedang menyetir sesekali melirik Karina dengan raut wajah khawatir. Ia sedikit mempercepat laju mobilnya agar segera sampai di rumah sakit. Karina meneteskan air mata ketika ia tidak mampu lagi menahan sakit."Kamu boleh remas tangan aku untuk melampiaskan rasa sakit kamu," celetuk Elard.Karena sudah tak tahan, akhirnya Karina mengangguk dan mencengkram lengan El
Karina syok melihat tawaran Elard. Ia senang sekaligus kaget. Ia sampai membeku sesaat.Ia pun memekik tertahan dan mengetikkan balasan kepada Elard.Karina: Iya, aku mauElard: Pilihan yang bagus, besok kamu aku jemput untuk bertemu dengan ayahkuKarina: Tapi aku setiap hari kerja dan baru pulang jam empat soreElard: Gak apa-apa, aku akan jemput kamu habis kerjaKarina: Oke, terima kasih tawarannya, ElardElard: Sama-samaKarina mematikan ponselnya lalu ia mengusap wajahnya. Ia terus mengucap kata syukur. Ia pun melanjutkan kembali pekerjaannya. Ia berniat membuat beberapa rancangan baru untuk dijadikan pilihan saat bekerja sama dengan butik ayah Elard nanti.•••Karina bangun saat sinar matahari menyapa dirinya dari lubang ventilasi. Karina menguap lalu membuka matanya lebar-lebar. Ia meregangkan otot-ototnya yang kaku.Ia lalu menghidupkan ponselnya untuk mengecek jam. Rupanya saat ini sudah jam lima pagi. Karina pun bangkit dari duduknya dan membuka jendela.Ia tersenyum saat sin
Elard menghentikan mobilnya di sebrang jalan yang sedikit jauh dari kediaman Adam. Karina melepas sabuk pengamannya dan berkata, "Terima kasih banyak atas semua bantuanmu, Elard. Aku tidak tahu bagaimana nasibku tanpa semua bantuanmu. Maaf aku tidak bisa membalas semua kebaikanmu.""Sesama manusia memang seharusnya tolong menolong, Karina. Aku ikhlas membantu kamu," sahut Elard.Karina tersenyum dan berucap, "Aku kerja dulu, terima kasih tumpangannya.""Sama-sama. Semangat kerjanya."Mood Karina langsung naik saat Elard menyemangatinya. Ia tanpa sadar merekahkan senyumnya. Karina sampai lupa dengan semua masalahnya.Setelah satpam membukakan gerbang, Karina pun melangkah memasuki rumah mewah milik keluarga Adam. Mood Karina seketika turun ketika melihat Felliska ada di ruang tamu. Karina merapalkan doa dalam hati agar Felliska tidak berbuat atau berkata buruk kepadanya.Karina merasa sakit hati sekaligus trauma dengan sikap Felliska. Ia berharap hal itu tidak terulangi lagi. Karina pu
Karina menjadi lesu. Ia tahu pasti Felliska sudah memotong bagian rekaman CCTV itu. Agatha berucap, "Rekaman CCTV itu hilang bukan berarti Felliska salah dan kamu benar. Bisa saja CCTV-nya memang sedang eror. Sudahlah, kamu kembali bekerja!" Agatha lalu berlalu meninggalkan ruangan itu yang hanya menyisakan Karina dan Sinta. Saat Karina hendak pergi, tangannya dicekal oleh Sinta. "Tunggu, aku mau bilang sesuatu sama kamu," ucap Sinta."Apa?""Tapi jangan di sini."Saat Karina hendak bertanya, Sinta langsung menarik tangannya keluar dari ruangan. Saat berada di luar ruangan, Sinta celingak-celinguk untuk memastikan agar tidak ada yang melihat mereka. Karina hendak kembali bertanya, tapi Sinta langsung menarik tangannya.Sinta membawa Karina ke dalam lorong toilet. Mereka lalu memasuki sebuah bilik toilet dan mengunci pintunya. Karina yang hendak bersuara langsung ditahan oleh Sinta yang menempelkan jari telunjuknya ke bibir Karina."Dengarkan aku." Sinta setengah berbisik. "Kemarin, Fe
Karina menyodorkan buku rancangannya. Ia menunjukkan beberapa rancangan terbarunya. Aland menerimanya dan melihat nya dengan seksama.Ia lalu mengangguk-anggukkan kepalanya. "Rancangan kamu sangat bagus. Kamu memang luar biasa. Mau kah kamu bekerja sama dengan butik saya? Kamu jadi desainer dan pemantau proses pembuatan pakaian."Mata Karina berbinar-binar. "Tentu saya mau, Pak. Terima kasih banyak tawarannya.""Sama-sama." Aland menjabat tangan Karina.•••Kini Karina dan Elard sedang dalam perjalanan pulang dari butik. Wajah Karina nampak sumringah. Ia sangat bahagia karena kini ia sudah dikontrak dengan butik milik Aland. Elard pun ikut senang melihat Karina senang.Tiba-tiba, Karina menyodorkan sesuatu di genggaman tangannya kepada Elard. "Untuk kamu."Elard menoleh dan terkejut melihat gelang dengan manik-manik berwarna hitam. Karina berucap, "Ini aku membuatnya sendiri. Terimalah."Elard pun menyodorkan tangan kirinya. "Pakaikan."Karina mengangguk lalu memasang gelang itu di pe