Share

Bab 3

"Karina, buatkan temanmu minum!" titah Kasih.

"Tidak perlu repot-repot. Saya hanya sebentar kok," tolak Elard secara halus.

"Ini saya bawakan kue, keripik, snack, dan beberapa bahan makanan. Saya juga membelikan pakaian untuk Ibu dan Karina. Mohon diterima," lanjut Elard sambil menaruh kantong belanjaan di atas meja.

"Kenapa harus repot-repot? Terima kasih banyak, Nak. Kamu sungguh orang yang baik. Semoga kamu selalu dalam lindungan Tuhan," tutur Kasih sambil menggenggam tangan Elard.

"Sama-sama, Bu. Saya permisi dulu, ya. Ada urusan."

"Iya, hati-hati di jalan ya, Nak."

"Terima kasih banyak sudah mampir di gubuk kami, Elard. Aku harap kamu masih sudi datang ke gubuk kami lagi," cetus Karina.

"Kok ngomongnya gitu? Tentu aku maulah ke sini lagi. Walaupun sederhana tapi rumah ini terasa sangat nyaman. Udaranya sejuk gak kayak di rumahku yang penuh polusi karena dekat jalan raya dan pabrik. Kalau ada kesempatan pasti aku akan kesini lagi," sahut Elard.

Karina tersenyum dan mengangguk. Setelah berpamitan, Elard pun pergi.

•••

Setelah jadi baby sitter, Karina mengambil jadwal kuliah pagi. Setelah kuliah, ia pergi ke kediaman keluarga Adam untuk bekerja menjadi baby sitter. Ini adalah hari pertamanya bekerja.

Selama kuliah dan kerja, ia menitipkan Kasih di rumah bibinya yang merupakan adik Kasih bernama Suri. Setelah satpam membukakan gerbang, Karina memarkirkan motornya di antara mobil-mobil mewah. Mau bagaimana lagi? Hanya itu tempat yang tersisa.

Ia pun dihampiri oleh seorang pelayan. "Kamu baby sitter baru, ya? Kenalin aku Dira, salah satu pelayan di sini." Dira mengulurkan tangannya yang langsung dijabat oleh Karina.

"Aku Karina."

"Mari masuk! Nyonya Agatha dan Nona Aurel sudah menunggu."

Karina mengangguk dan mengikuti langkah Dira memasuki rumah. Di ruang tamu terdapat Agatha dan seorang perempuan yang sedang menggendong bayi. "Akhirnya datang juga. Lama amat, aku sampai mau lumutan nungguin kamu. Nih, asuh anak aku. Aku mau syuting," ceplos seorang perempuan bergaun mewah yang bernama Aurel, dia adalah anak Agatha yang baru melahirkan beberapa hari yang lalu.

Karina mengangguk patuh dan mengambil alih bayi dari gendongan Aurel. Aurel pun berlalu meninggalkan Karina, Agatha, dan Dira. "Namanya Tania," ucap Agatha sambil melirik bayi di gendongan Karina.

"Baik, Bu. Kamar Tania ada dimana ya, Bu?"

"Di lantai dua, kamar nomor tiga. Ada tulisan 'baby Tania'. Tugas kamu adalah memandikannya, menjaganya sampai jam kerja kamu habis, memberinya susu, menenangkannya jika dia menangis, dan yang lainnya. Aku rasa kamu seharusnya sudah paham tugas seorang baby sitter."

"Baik, Bu. Saya mengerti."

"Bagus. Cepat tidurkan Tania di kamarnya."

•••

Karina ikut tertidur setelah menidurkan Tania. Ia tertidur dalam posisi duduk dengan kepala yang menyender ke ranjang bayi. Ia terbangun setelah tidur selama dua jam.

Ia pun meregangkan otot-ototnya dan berdiri. Ia tersenyum saat melihat baby Tania tertidur pulas dengan wajah damai. Karina merasa seperti menjadi seorang ibu.

Karina mengedarkan pandangannya. Ia melihat kantong sampah sudah penuh oleh pempers. Keranjang pakaian pun juga sudah penuh dengan pakaian Tania. Ia pun berinisiatif untuk membuang sampah terlebih dahulu mumpung Tania sedang tidur.

Ia pun mengikat kantong sampah dan mengambilnya. Saat keluar ruangan dengan wajah tertunduk, Karina malah menabrak seseorang.

"Aduh," ringis Karina ketika perutnya kepentok ujung keranjang baju yang dibawa Davin.

Karina menegakkan wajahnya. Ia terpaku saat melihat siapa orang yang ia tabrak. Rupanya itu adalah Davin yang juga terpaku saat menatapnya.

Davin adalah mahasiswa di kampus yang sama tempat Karina menuntut ilmu. Davin adalah mahasiswa jurusan bisnis semeter tujuh yang berarti sebentar lagi ia akan lulus. Karina mengenal Davin karena selalu bertemu dengannya saat seminar atau acara kampus.

Davin adalah mahasiswa yang sangat aktif. Dia mengikuti banyak kegiatan, organisasi, dan seminar. Maka tak heran jika ia dikenal banyak orang.

Apalagi stutusnya yang menyandang marga 'Adam' membuatnya semakin dikenal dan disegani. Davin memang tidak tahu nama Karina, tapi ia hafal wajah gadis itu karena sering ketemu di acara seminar atau acara kampus.

"Kamu? Namamu itu … Arina?" tebak Davin.

"Karina," koreksi Karina.

"Oh, ngapain kamu di sini?" Sedetik kemudian wajah Davin tampak terkejut. "Kamu baby sitter baru?"

"Iya," jawab Karina singkat.

"Astaga." Davin terlihat syok.

"Biasa aja reaksinya. Minggir, aku mau buang sampah." Karina sedikit mendorong Davin.

Namun Davin malah mencekal tangan Karina. "Tunggu, ini ada pakaian Tania yang harus kamu lipat dan masukkan ke lamari." Davin menyodorkan keranjang baju di tangannya.

Karina menghela nafas lalu menaruh plastik sampah di lantai. Ia mengambil alih keranjang baju di tangan Davin lalu meletakkannya di samping lemari. Karina hampir saja refleks menyuruh Davin untuk menaruhnya sendiri, tapi ia segera sadar bahwa dia tidak bisa menyuruh majikannya. 

Bagaimanapun Davin juga merupakan majikan Karina karena Karina bekerja kepada keluarga Davin. Karina lalu kembali memungut kantong sampah dan berlalu meninggalkan Davin. Davin masih terpaku sambil mengamati punggung Karina yang menjauh.

Ini pertama kalinya ia mengobrol dengan Karina. Dari dulu ia memang penasaran dengan Karina karena Karina adalah gadis yang sangat cantik dan cukup berprestasi. Memang Karina memiliki wajah yang sangat cantik yang membuat orang-orang akan terpana ketika melihatnya.

Davin lalu menarik salah satu sudut bibirnya. "Menarik," gumamnya.

•••

Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Karina kembali ke kamar Tania sambil mengusap keringat yang bercucuran di dahi. Ia mengatue nafasnya. Rupanya lelah juga bekerja menjadi baby sitter.

Namun rasa lelahnya berangsur sirna ketika melihat wajah baby Tania yang baru bangun tidur. Karina pun menyanyikan sebuah lagu sambil menggendong Tania. Bayi itu nampak tenang dan tidak rewel sama sekali.

Karina menguatkan dirinya sendiri. Ia masih harus memandikan Tania dan memberinya susu baru dia bisa pulang. Ia pun segera memandikan Tania. Sebenarnya ini pertama kalinya ia memandikan bayi, tapi untungnya kegiatannya berjalan lancar.

Setelah memandikannya, Karina pun memakaikan pakaian tidur di tubuh Tania. Ia lalu mengambil sebotol dot susu dan memberikannya kepada Tania. Tania pun menyesap susu tersebut sambil berkedip lucu.

Setelah baby Tania tertidur, Karina pun kembali menidurkannya ke keranjang bayi. Bertepatan dengan itu, Aurel pulang ke rumah. Karina segera menyambar tasnya dan menuruni tangga.

"Tania sudah tertidur pulas. Dia sudah saya mandikan dan minum susu. Saya pamit pulang dulu," ucap Karina sopan.

Aurel hanya meliriknya sekilas. "Hm, sana pergi!"

"Tunggu, aku antar," sambar Davin yang berdiri sambil memasukkan kedua tangannya di saku celananya.

Agatha dan Aurel kompak menoleh dan melotot. "Jangan bercanda, Davin," ucap Agatha tegas.

"Aku gak bercanda." Davin lalu menarik tangan Karina yang kebingungan. Mereka pergi meninggalkan Agatha dan Aurel yang menatap mereka cengo.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status