Share

Bab 7

Penulis: Jimmy Nugroho
Di ujung telepon, deretan pesan yang terus berdering tiba-tiba berhenti. Kemudian, orang itu langsung mengirim panggilan video.

Kelvin menolak panggilan. Sebelum orang itu sempat menelepon lagi, dia membuka kontaknya dan memblokirnya.

Setelah beres, Kelvin baru pergi mandi.

Begitu selesai, Kelvin berganti pakaian bersih. Saat keluar, dia mendengar teriakan dari bawah.

"Kalian mau apa? Lepaskan!" Dari bawah, tiba-tiba terdengar teriakan Kristin.

Ekspresi Kelvin berubah seketika. Dia membuka pintu kamar dan berjalan turun.

Sesampai di bawah, Kelvin melihat seorang pria menahan Kristin di konter wisma, sedangkan pria lain sibuk mengobrak-abrik meja konter.

Di depan pintu wisma, terparkir mobil Merceders hitam.

"Hentikan!" bentak Kelvin sambil mengernyit. Lalu, dia maju untuk menyingkirkan orang yang menahan Kristin, dan menarik Kristin ke belakangnya. Dia berseru, "Kalian sedang apa?"

Orang itu mundur beberapa langkah karena ditarik Kelvin. Setelah berdiri mantap, dia mengangkat alis begitu melihat Kelvin yang berpakaian bahan kain. Dia bertanya balik, "Apa urusannya denganmu?"

Pria yang sedang mengobrak-abrik laci juga mendongak. Dia memakai kaus tanpa lengan, memperlihatkan lengan gemuk bertatonya. Dia jelas seorang preman!

"Bocah, jangan ikut campur urusan yang bukan urusanmu!" tegur pria itu dengan wajah garang. "Kamu juga nggak bisa mengatasinya!"

"Kalau aku mau ikut campur?" tantang Kelvin sambil mengerutkan alis.

Pada saat yang sama, Kelvin menghela napas panjang dan bergumam dalam hati, 'Kakek, mungkin ... aku harus melanggar keinginanmu.'

Kelvin telah berjanji pada kakeknya untuk tidak berkelahi dengan orang awam.

Akan tetapi ... Kristin adalah gadis baik. Selama tinggal di wisma, Kristin juga banyak membantunya. Mustahil dia berpangku tangan membiarkan Kristin dianiaya.

"Mau ikut campur?" Pria kekar itu tertawa dan berkata meledek, "Boleh, kamu bayar saja!"

"Hah?" Alis Kelvin berkerut.

"Orang tuanya utang dua miliar ke kami. Ditambah dengan bunga, sekarang utangnya sudah lebih dari delapan miliar. Kamu bayar saja. Aku langsung pergi setelah kamu bayar," ejek pria kekar itu.

Alis Kelvin makin berkerut. Bunganya ... terlalu tinggi.

"Kelvin?" Tepat saat itu, terdengar suara yang memanggilnya dengan ragu.

Kelvin menoleh ke arah pintu. Dari pintu mobil Mercedes yang terbuka, turun seorang pria muda berusia 20-30an tahun. Pria itu berdasi rapi, sedang menyalakan sebatang rokok.

"Cih, musuh memang jodoh!" Pria itu mengisap rokok kuat-kuat sebelum masuk ke dalam wisma. Dia memandang sekeliling dan bertanya, "Kamu ke Kota Jingawan, tinggal di wisma terburuk ini?"

Pria itu ... tak lain adalah Karlo.

Kelvin memicingkan matanya.

Terhadap Keluarga Limanta, Kelvin sebenarnya tidak punya perasaan suka. Shintia hanya teman bermain dalam ingatan masa kecilnya!

Kelvin pun datang memenuhi janji pernikahan hanya karena itu pesan kakeknya.

Kelvin juga tidak keberatan jika Keluarga Limanta ingin membatalkan janji pernikahan.

Akan tetapi, Keluarga Limanta seharusnya tidak bertindak sekejam itu.

Kelvin tahu, kemarin dirinya dilempar di pinggir jalan merupakan perbuatan anak buah Karlo. Jika bukan karena Niveria menemukannya, dalam keadaan tanpa tongkat penuntun, Kelvin sendiri tidak tahu apa yang akan terjadi.

Oleh sebab itu, mata Kelvin berubah dingin dalam sekejap. Dia menoleh pada Karlo dan berujar, "Ternyata kamu?"

"Eh?" Karlo terkejut oleh tatapan mata Kelvin. Dia meledeknya, "Bukannya kamu buta? Ternyata pura-pura? Kenapa? Mau bikin Tia iba?"

"Kak Karlo, siapa dia?" tanya anak buah Karlo yang bergegas mendekat.

"Dia?" Karlo tertawa sebelum menjawab, "Dia itu si pungguk merindukan bulan yang kuceritakan, yang mau nikahi Tia, lalu kuperdaya kemarin."

"Hahaha!" Anak buah itu menunjuk sekeliling dan menghina Kelvin, "Tinggal di tempat kumuh seperti ini, tapi mau nikahi Nona Shintia? Apa dia gila?"

Terdengar suara tawa keras.

Ekspresi Kelvin sangat tenang. Dia menatap Karlo seraya bertanya, "Bukannya kamu kerja di bidang e-commerce?"

"Ada banyak cara untuk cari uang banyak, dijelaskan ke kampungan sepertimu juga nggak ngerti!" Karlo tersenyum sinis, lalu melanjutkan, "Kemarin Kakek Charles sudah pingsan karenamu, dan aku dimarahi Tia. Aku pun mau perhitungkan denganmu, nggak nyangka kamu malah datang sendiri."

Setelah itu, Karlo melempar puntung rokok ke arah Kelvin. "Sobat sekalian, pukul dia lagi, pukul sampai mati. Aku yang tanggung jawab!"

Usai membuang puntung rokok, Karlo melipat tangan seperti menunggu tontontan seru.

Yang lain tertawa gembira dan mendekati Kelvin.

Mata Kelvin memancarkan kebencian saat melihat Karlo.

"Cih, congkak sekali Pak Karlo!"

Tepat ketika mereka hendak beraksi, suara yang merdu tiba-tiba terdengar dari luar.

Kelvin melihat ke pintu.

Tampak seorang wanita sangat cantik dengan rambut hitam panjang, tubuh ramping, dan memakai gaun ketat yang menampakkan bentuk tubuhnya yang sempurna!

Wanita itu juga memiliki sepasang kaki yang putih dan panjang.

Wanita itu berdiri di pintu. Di belakangnya berdiri seorang pria kekar berewok.

"Bu ... Bu Niveria!" Ekspresi Karlo berubah seketika karena melihat wanita itu.

Ya, orang yang datang adalah Niveria. Dia datang mencari Kelvin, tetapi tak disangka ... malah memergoki kejadian seperti itu.

"Cih, seingatku saat datang negosiasi bisnis denganku beberapa hari lalu, Pak Karlo bilang kerja di e-commerce." Niveria tersenyum sinis seraya berkata, "Kenapa sekarang jadi rentenir? Hal ilegal kayak begini nggak akan berani Keluarga Sunardi lakukan!"

Wajah Karlo langsung berubah. Dia menjelaskan, "Bu Niveria, ini semua salah paham. Keluarga ini berutang dua miliar sama aku, tapi nggak sanggup bayar, jadi aku minta orang-orang ini untuk bantu tagih."

"Dua miliar jadi delapan miliar?" Niveria tersenyum sinis saat menyindirnya, "Ini memang nggak termasuk rentenir, tapi sudah termasuk pemerasan, 'kan? Ternyata Pak Karlo juga preman berpengaruh di Kota Jingawan!"

Ekspresi Karlo berubah drastis. Keringat dingin mengucur.

Beberapa miliar itu bukan apa-apa bagi Karlo, yang dia inginkan adalah investasi Niveria. Itu peluang besar baginya.

Karlo ingin menjelaskan lagi.

Mata Niveria menyapu ke Kelvin, yang lain, lalu Karlo. Dia bertanya, "Dilihat dari keadaan di sini, Pak Karlo sepertinya mau main tangan terhadap temanku?"

"Hah?" Karlo berseru dengan kaget, "Siapa teman Bu Niveria ...."

"Pak Kelvin!" Niveria tersenyum pada Kelvin.

Melihat itu, Karlo membeku di tempatnya.

Kelvin dan Niveria ... berteman? Siapa Niveria? Putri sulung dari Keluarga Sunardi di Kota Yanir yang kaya raya!

Sementara Karlo terbengong, Niveria memberi perintah dengan nada tenang, "Beraninya macam-macam dengan temanku ... tampar!"

Pria kekar berewok itu berjalan menuju Karlo dan mencekiknya dengan tangan kiri. Lalu, dia mengangkat tangan kanan tinggi-tinggi untuk menampar dengan keras.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Sang Dewa Pengobatan Sakti   Bab 50

    Kelvin terkejut dan bertanya, "Berapa harga satuan Pil Pelarut Mayat ini katamu?"Namun, wanita bergaun putih memandangi Kelvin dari atas ke bawah. Lama kemudian, dia menarik napas dalam-dalam dan bertanya, "Kamu ahli alkimia?""Aku seorang ahli pengobatan." Kelvin menggeleng, tidak mengakui status sebagai ahli alkimia.Mendengarnya, wanita itu tampak sedikit kecewa."Tapi aku juga bisa racik pil. Terkadang diperlukan untuk mengobati pasien," ujar Kelvin sambil memandangi mayat di depannya.Tak lama kemudian, dua mayat itu sepenuhnya berubah menjadi genangan air, tak bersisakan tulang, dan meresap ke dalam tanah.Wanita bergaun putih tampak girang mendengar perkataan Kelvin. Dia buru-buru bertanya, "Kalau begitu ... apa kamu bisa racik Pil Sari Pati?""Pil Sari Pati?" Alis Kelvin berkerut.Melihat ekspresi Kelvin, wanita bergaun putih tersenyum getir dan berkata lesu, "Iya juga, Pil Sari Pati itu pil level dua. Kamu cuma seorang dokter, wajar kalau nggak bisa racik.""Aku nggak bilang

  • Sang Dewa Pengobatan Sakti   Bab 49

    Sebagai seorang ahli pengobatan, Kelvin sudah terbiasa melihat kematian. Jadi, saat dua mayat terbaring di depannya, dia tidak merasa takut sedikit pun.Beban psikologis pun tidak ada sama sekali.Kelvin bisa berhati lembut sebagai dokter, tetapi menghadapi orang yang berniat jahat terhadapnya, dia tidak perlu membalas keburukan dengan kebaikan.Hanya saja, menangani kedua mayat ini agak merepotkan.Saat itu, wanita bergaun putih berkata dengan nada datar, "Mereka itu pembunuh bayaran, kemungkinan besar adalah buronan terdaftar. KTP yang mereka pakai pasti palsu.""Jadi?" tanya Kelvin sambil menoleh pada wanita bergaun putih.Wanita bergaun putih menatapi Kelvin seperti melihat orang bodoh. Dia menyarankan, "Jadi, kamu tinggal masukkan mereka ke karung, bawa ke luar kota, dan buang di alam liar."Ekspresi Kelvin berubah. Dia memandangi wanita bergaun putih seraya mengajak, "Kamu juga bunuh satu, ayo kita bawa bersama-sama."Wanita bergaun putih melemparkan tatapan cuek pada Kelvin dan

  • Sang Dewa Pengobatan Sakti   Bab 48

    Kelvin menunduk dan terkaget-kaget.Pria yang terbaring di depannya muntah darah keras sampai seluruh wajahnya terciprat.Wanita itu melongo melihatnya.Siapa mereka? Mereka berdua adalah pembunuh bayaran paling top di dalam negeri. Mereka tidak pernah gagal saat bekerja sama!Namun, kali ini, dia dikalahkan Kelvin dalam sekejap, sedangkan pria ini tampaknya sudah tidak bisa diselamatkan.Mereka jelas menghadapi lawan tangguh dan dikalahkan seketika.Kelvin juga sedikit terperanjat. Dia menoleh pada wanita bergaun putih.Dengan sekilas pandang ini, Kelvin sendiri sedikit terpana.Wanita itu termasuk wanita cantik, tetapi jelas masih kalah dibanding Niveria, bahkan kalah dengan Shintia.Ekspresinya juga agak dingin.Akan tetapi ... ada daya tarik yang aneh pada wanita itu."Selesaikan urusanmu sendiri, jangan menyusahkan orang lain!" tegur wanita itu dengan nada datar. Dia memalingkan muka, berdiri di balkon dan terus melihat ke luar.Seolah-olah urusan Kelvin di sana tidak ada hubungan

  • Sang Dewa Pengobatan Sakti   Bab 47

    Di balkon lantai dua wisma, Kelvin berdiri di depan sebuah kamar dan menatap tajam pada dua orang itu. Ekspresinya dingin.Sebenarnya, Kelvin bisa menebak dari pembicaraan telepon wanita tadi.Kedua orang ini sepertinya adalah pembunuh bayaran yang dikirim oleh Arvin.Kelvin sudah punya antisipasi bahwa Arvin mengincarnya. Hanya saja, dia tidak menyangka Arvin akan bertindak secepat ini.Bagaimanapun juga, Keluarga Jahan adalah yang terkuat dari enam keluarga besar Kota Yanir. Dengan sumber daya yang mereka kuasai, tidak sulit menyelidiki dirinya.Niveria telah bertemu dengannya beberapa kali dalam dua hari ini. Arvin pasti akan mengincarnya.Namun, Kelvin tidak menyangka tindakan mereka akan begitu cepat. Malam ini sudah ada dua orang yang datang ke wisma, dan mengutak-atik tas ranselnya.Kakek pernah memberitahunya, sebagai kultivator, dia tidak boleh bertarung melawan orang biasa. Akan tetapi ... apakah pembunuh bayaran termasuk orang biasa?Jawabannya adalah tidak.Kedua pembunuh

  • Sang Dewa Pengobatan Sakti   Bab 46

    Lalu, Charles menatap mereka dan berujar, "Kelvin ada di wisma, kalian pergi mohon dia saja. Dia sudah bilang, 'kan? Asal ... kalian berlutut dan mohon dia, biar Tia mohon dia, mungkin masih ada harapan!""Mohon kampungan itu?" Sherline menggertakkan gigi dengan kuat."Memangnya kalian mau lihat Tia mati?" tukas Charles sambil memelotot.Tepat saat itu, terdengar suara langkah kaki dari pintu. Seorang pelayan masuk ke ruangan untuk melaporkan, "Tuan, di luar ada Karlo Zulkarnain, minta ketemu!""Karlo?" Sorot mata Charles berubah dingin. Dia memaki, "Dia yang beri ide rekam video, dia yang bikin Tia jadi begini. Masih berani datang? Kalau akhirnya Tia mati, sekalipun ada Keluarga Lorenz di belakangnya, aku akan bunuh dia."Daniel ikut membentak, "Suruh dia pergi!""Dia ...." Saat itu, pelayan tadi menambahkan, "Dia bilang dia bawa solusi untuk menyelamatkan Nona. Dia datang bersama seseorang bernama Adrian Lorenz!" "Hah?" Charles terkejut dan bertanya, "Serius?""Ya, orang itu bilang

  • Sang Dewa Pengobatan Sakti   Bab 45

    Hasan adalah seorang pengusaha, dia tidak bodoh!Meski tadi mereka bertiga tidak saling menyebut identitas masing-masing, Kelvin tahu bahwa pria berkacamata hitam itu adalah seorang kultivator, dan kekuatannya mungkin sekitar Tahap Pemurnian Energi.Menurut perkataan Kelvin, pria berkacamata hitam dan Hasan juga menduga Kelvin adalah seorang kultivator, hanya saja tingkat kultivasinya tidak diketahui.Kultivator yang memasuki Tahap Pemurnian Energi adalah orang paling top di dunia biasa. Jika Hasan berteman baik dengan Kelvin, itu dapat membuat bisnisnya lebih stabil.Yang paling penting, Kelvin adalah seorang dokter hebat. Sekarang tampaknya dia juga seorang ahli alkimia!Ahli alkimia sangat langka, bahkan di dunia kultivasi sekali pun.Jika bisa membuat Kelvin menikahi Irene, itu jelas hal yang sangat baik.Kelvin berdeham canggung dan menjelaskan, "Pak Hasan, aku benaran buta sebelum ini, dan mataku baru sembuh. Tanya Niveria saja kalau nggak percaya!""Selain itu ...." Kelvin berde

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status