Share

5. Serangan

Author: Zila Aicha
last update Last Updated: 2023-04-11 13:03:26

Bill berjalan menuju rumah keluarga Wood dengan penuh kebingungan. Ia ingin membantu istrinya tapi ia masih belum tahu apa yang harus ia lakukan. 

Di tengah-tengah kebingungan yang menderanya, Andrew Reece yang merupakan anak buah kepercayaannya itu pun datang kembali.

"Jangan, Jenderal!" ucap Andrew.

"Istriku di dalam. Aku harus membantunya."

"Jenderal, bagaimana jika kita membuat kesepakatan?" tanya Andrew.

Bill mengerutkan kening, "Kesepakatan apa?"

"Jika Anda bersedia kembali, kami akan membantu Anda, Jenderal."

Bill membuang napas dengan kasar, sadar jika di dunia ini tidak ada yang gratis. Dengan sangat terpaksa, Bill berkata, "Baiklah, aku akan kembali."

Andrew tersenyum senang.

***

"Selamat pagi, Jenderal!" sapa Andrew di hari kembalinya Bill.

"Bagaimana kabar Anda hari ini, Jenderal?" tanya pria muda itu dengan senyum cerah.

"Tak usah berbasa-basi. Langsung saja, Reece."

Andrew bahkan tersenyum gugup akibat terlalu senang, "Siap, Jenderal."

"Tapi sebelum itu, aku akan bicara terlebih dulu dengan Raja Keannu."

"Baik, Jenderal. Beliau pasti dengan senang hati menemui Anda."

"Aku akan berpamitan dulu," ujar Bill.

Andrew hampir saja akan berlutut karena terlalu gembira tapi tidak jadi lantaran Bill buru-buru mengusirnya. Pria itu pun siang itu disibukkan dengan acara berpamitannya pada Emma White dan berjanji akan mencarikan pengganti yang lebih baik darinya.

"Tidak akan ada yang lebih baik darimu, Bill. Tidak akan ada," ucap Emma diliputi kesedihan, berat melepaskan Bill. Bagaimanapun juga, Bill sudah cukup lama menemaninya mengurus kios.

"Nyonya, saya-"

"Sudah, tidak perlu mencemaskan aku. Aku tahu, kau pergi demi hidupmu yang lebih baik. Jangan khawatir!"

"Jangan lupa satu hal, kau harus berhasil. Buatlah keluarga itu tidak bisa lagi meremehkanmu, Bill. Aku akan selalu mendukungmu," tambah Emma tulus.

"Terima kasih, Nyonya," balas Bill.

Emma mengangguk sebagai balasan.

Setelah selesai berpamitan, Bill segera diantar menuju ke sebuah mobil oleh Andrew.

"Silakan, Jenderal!" ucap Andrew, meminta Bill masuk ke dalam mobil.

"Jenderal, Anda sudah siap?" tanya Andrew sesaat sebelum mereka berangkat.

"Ya, jalan saja," jawab Bill.

Pria muda itu pun mulai mengemudikan mobilnya. 

"Tidak ada yang tahu aku ke istana kan, Reece?" tanya Bill.

"Sesuai permintaan Anda, Jenderal. Hanya saya, Raja Keannu dan Sekretaris negara yang mengetahuinya. Itulah sebabnya, saya saja yang menjemput Anda."

Bill mengangguk lega, "Bagus."

Akan tetapi, kelegaannya tidak berlangsung lama karena Bill menyadari mereka sedang diikuti. Sebuah mobil melaju tidak jauh dari mereka dan berhasil mengejar mobil dan melaju tepat di samping mereka.

"Sial. Kita sepertinya diikuti, Jenderal. Tapi siapa mereka?" ucap Andrew mulai panik tapi masih berkonsentrasi mengemudi.

Pria itu sontak mengeluarkan pistolnya dari balik jaketnya.

Bill mengawasi pergerakan mobil itu dan tiba-tiba berteriak, "Menunduk!"

Suara tembakan pun terdengar memekakkan telinga.

Beruntung, Bill dan Andrew berhasil menghindar dari serangan itu tepat waktu. 

"Pistol, Reece!" ujar Bill cepat-cepat.

Andrew yang kembali mengemudi segera mengambil senjatanya yang lain dan menyerahkannya kepada Bill. 

Para pengejar masih berusaha melancarkan tembakan tapi lagi-lagi Andrew berhasil menghindarkan mobil mereka. Konsentrasinya cukup bagus, Andrew bisa mengendalikan mobil sembari sesekali menembak dengan tangan kanannya. 

"Ke kanan, Reece!" Bill memerintah.

Andrew membawa mobil itu ke bagian kanan jalan. Bill menjulurkan kepalanya tanpa kesusahan dan menarik pelatuk pistol miliknya. Tembakan itu ia lancarkan dengan hati-hati dan berhasil mengenai si pengemudi. Mobil itu pun menabrak tiang dan tidak bisa berjalan.

Akan tetapi, mereka masih menghadapi dua mobil lain yang terlihat bernafsu mengejar mereka.

"Kurang ajar! Mereka mengepung kita!" ucap Andrew agak panik.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (8)
goodnovel comment avatar
Rijalparsa
bagus dan mantap
goodnovel comment avatar
Oding Kodir
ini ko balik lagi
goodnovel comment avatar
Roger Putra
ceritanya macam apa kelanjutannya kok pakek koin
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sang Dewa Perang Terkuat    180. Dia Bukan Monster!

    Evan tertawa nyaring menanggapi pertanyaan Gareth yang sarat dengan nada terkejut.Gareth membeku dengan masih menatap sang putra mahkota. Evan sendiri tak melepaskan arah pandangannya terhadap Gareth dan setelah puas menertawakan Gareth, dia pun menjawab, “Tenang saja, aku hanya menyiksa pasukan musuh.”Dia melirik ke arah Hans dan melanjutkan, “Aku tidak akan menyiksa orang-orangku.”Hans menggerakkan kepalanya sedikit dan menyentuh lengannya yang beberapa saat yang lalu dicengkeram oleh Evan dengan kuat-kuat.Pembohong, jelas-jelas dia juga melakukan tindak kekerasan terhadapku, Hans hanya bisa membatin.Gareth tidak mempercayai perkataan Evan sama sekali. Dikarenakan dia sadar mereka tidak memiliki waktu untuk berdebat lebih jauh, dia pun segera berbicara, “Yang Mulia, Raja Thomas baru saja tiba di sini.”Wajah Evan yang semula tenang langsung mendadak berubah menjadi tidak tenang. “Aku tahu,” sahut Evan dengan ekspresi wajah terlihat tegang.Gareth pun melihat kegelisahan Evan

  • Sang Dewa Perang Terkuat    179. Kepuasan

    Hans tertegun sejenak, terlalu terkejut dengan pertanyaan yang sangat tiba-tiba itu.“Kenapa kau diam saja? Apa menurutmu aku tidak hebat?” Evan bertanya dengan dahi mengerut, tampak tidak suka.Hans langsung menjawab dengan tergagap, “Anda … hebat, Yang Mulia.”Evan menaikkan alisnya dan langsung mencengkeram lengan Hans kuat-kuat. Hans memekik karena rasa sakit yang menjalar.“Kau panggil aku apa, Elgor?” Evan bertanya dengan tatapan membunuh.Hati Hans mencelos, baru sadar dia telah melakukan sebuah kesalahan lagi.Dia pun menelan ludah dengan susah payah sebelum berkata dengan hati-hati dan tatapan mata penuh rasa takut, “Jenderal, Anda … sangat hebat. Anda … luar biasa.”Evan langsung tersenyum lebar dan pelan-pelan melepaskan cengkeramannya pada lengan Hans, “Itu baru benar. Aku Jenderal Perang Kerajaan ini, bukan Gareth Dee sialan itu.” Setelah mengatakan hal itu, Evan kembali melakukan penyerangan seperti sebelumnya dan mengabaikan Hans sepenuhnya.Diam-diam Hans menghela nap

  • Sang Dewa Perang Terkuat    178. Aku Hebat, Iya Kan?

    Ben menggigit bibir sebelum kemudian menjawab, “Kurasa dia tidak ingin dikenali.”“A-apa? Apa dia sudah gila?” balas James terlihat tak percaya.“Dia … mengatakan tidak ingin menjadi beban bagi prajurit. Dia ingin mereka berkonsentrasi dalam perang, tanpa harus kerepotan melindunginya,” jelas Ben dengan ekspresi tak berdaya.James memegang kepalanya dan kemudian menggelengkan kepala, “Ini tidak masuk akal.”Pria itu mendesah lelah, terlihat luar biasa bingung.“Mereka itu … kakak beradik itu sama-sama gila! Dia … benar-benar mencari mati. Padahal, baju kerajaannya itu membuatnya terhindar dari serangan. Paling-paling dia hanya akan disandera jika tertangkap oleh kita, tapi dengan pakaian prajurit biasa … aku tidak bisa menjamin apapun,” jelas James mulai putus asa.Sungguh, dia tidak tahu menghadapi Raja De Kruk itu. Tentu saja mengalahkan pasukan musuh adalah sebuah keharusan untuknya. Tapi, jika dia salah melakukan serangan dan mengakibatkan orang nomor satu di Kerajaan De Kruk itu

  • Sang Dewa Perang Terkuat    177. Penyamaran

    Sion yang semakin ketakutan membalas, “Yang Mulia, mengapa Anda meminta baju prajurit?”Thomas mendesah jengkel, “Kalau aku pergi dengan baju kerajaan seperti ini, semua orang akan tahu identitasku, Sion.”Sion mengangguk membenarkan, “Itu memang tujuan utama, Yang Mulia. Para prajurit musuh akan langsung mengenali Anda dan para prajurit akan langsung bisa melindungi Anda begitu Anda berada di dalam bahaya.”Dengan ekspresi wajah yang kusut dia menambahkan, “Baju kerajaan yang Anda gunakan sudah sangat aman, Yang Mulia. Ini sudah anti peluru dan dilapisi dengan bahan yang sangat bagus sehingga bisa melindungi kulit Anda dari tebasan pedang ringan juga. Anda-”“Justru itu, Sion. Aku tidak mau menjadi pusat perhatian. Perhatian mereka bisa terpecah jika tahu aku ada di sana. Aku tidak mau membuat mereka kerepotan dengan harus ekstra bekerja. Maksudku dalam ini mereka pasti akan memiliki tugas berlipat,” jelas Thomas.Pria itu mendesah pelan dan menambahkan, “Aku tidak mau membebani mere

  • Sang Dewa Perang Terkuat    176. Dia Sengaja!

    Thomas terbungkam.Gareth membuang napas dengan kasar dan berkata lagi, “Yang Mulia, Anda harus kembali ke pesawat dan pulang ke Kerajaan De Kruk.”Mata Thomas melebar, “A-apa? Kau bilang kita-”“Yang Mulia, saya mohon … saya benar-benar meminta Anda untuk mengikuti apa yang saya katakan,” Gareth memotong perkataan Thomas dengan terburu-buru.“Ta-tapi, Jenderal Dee. Aku-”“YANG MULIA,” Gareth berteriak dengan rasa amarah yang sudah dia bisa tahan.Thomas sampai membeku di tempatnya berdiri. Sungguh, dia begitu sangat terkejut Gareth berani berteriak kepadanya. Dia belum pernah mendapatkan perlakuan seperti itu.Dia adalah seorang pangeran dan dulunya seorang putra mahkota. Semua orang bersikap lembut kepadanya. Bahkan, kedua orang tuanya tidak sekalipun meninggikan suara mereka terhadapnya.Selain itu, meskipun tak terhitung jumlahnya dia bertengkar adik laki-lakinya, dia tidak pernah mendengar Evan berteriak dengan cara seperti itu. Hanya Gareth Dee yang melakukannya. Orang itu ada

  • Sang Dewa Perang Terkuat    175. Harus Aku!

    Mendengar nada menakutkan itu, Hans Elgor merasa jiwanya seolah terlepas dari badannya. Ah, mendadak sebuah pikiran aneh melintas di kepalanya. Kenapa aku dulu mau bercita-cita menjadi staf istana? Hans membatin penuh sesal.Penyesalannya jelas tidak berguna sehingga dia tetap berusaha untuk melakukan perintah itu dengan hati yang tertekan akibat rasa takut yang tidak kunjung hilang.Pria muda berusia dua puluh tujuh tahun tersebut langsung bergerak mendekat ke arah pesawat bagian depan dan berbisik pada sang pilot yang terlihat pucat usai mendengarkan perkataan Hans.“Dia ingin mati kurasa,” kata pilot itu.Hans mengangkat bahu dan membalas dengan lesu, “Dan dia ingin mengajak kita untuk mati bersamanya.”Sang pilot mendesah pelan, “Menyenangkan memang menjadi seorang pelayan.”Hans mendengus, “Hentikan perkataan sarkasme itu! Cepat daratkan saja pesawat ini!”“Kau tidak sabar untuk mati ya?” balas pilot yang hanya langsung mendapatkan reaksi Hans yang berupa pelototan tajam.Pilot

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status