Home / Romansa / Sang Idola Adalah Boneka / bab. 6 Terciduk lagi

Share

bab. 6 Terciduk lagi

Author: Tulisansanyuu
last update Last Updated: 2024-12-06 14:20:34

Braaakkk!

"Aarghh! Sialan!" teriak Joel mengamuk.

Pemuda jangkung itu menendang kursi hingga terjengkang. Wajah dan telinganya terlihat memerah dengan amarah yang menggebu-gebu. Sebelah tangannya menyugar rambutnya ke belakang, dadanya naik turun dengan suara tarikan napas yang terdengar keras.

"Huuu .... Tenang Joel, gak mungkin mereka pacaran," ucapnya berusaha tenang.

Bagaimana ia tidak mengamuk, Rora lebih memilih pergi bersama Djaren daripada menjawab pertanyaannya. Joel kesal karena gadis itu mengabaikan perintahnya. Apalagi ia semakin penasaran dengan botol susu yang masih ada padanya. Ia ingin tahu kebenaran di balik keberadaan Rora di gudang tempo hari.

"Bisa-bisanya dia pergi gitu aja!" seru Joel duduk di sofa.

Matanya menatap botol susu yang berada di atas meja di depannya. Joel mengambil botol susu itu lalu membuka tutupnya. Dahinya mengernyit ketika mencium bau yang khas dari susu itu. Seperti susu sapi pada umumnya susu itu berbau sama. Namun, ada sedikit bau asam membuat Joel penasaran.

"Ini susu gak kadaluarsa, kan?" gumamnya.

Karena rasa penasarannya yang tinggi, Joel mencoba menyicipi susu tersebut. Matanya langsung membulat ketika merasakan sensasi aneh ketika meminum susu tersebut.

"Ini bukan susu sapi, hmm ... gak mungkin ini ASI, kan?" gumamnya menatap heran pada botol susu di tangannya.

Sementara itu, di sisi lain Rora memegang tangan Djaren, berjalan cepat ke arah taman belakang sekolah. Djaren hanya tersenyum melihat tangannya yang digandeng Rora. Ia senang gadis itu memilih pergi dengannya daripada menanggapi ocehan Joel. Mereka berhenti ketika Rora merasa tidak ada orang di sekitarnya. Dengan cepat ia melepaskan tangan Djaren.

"Ren, kamu apa-apaan, sih, tadi?" Rora menatap Djaren, wajah kesal tak dapat disembunyikan.

"Kenapa? Aku cuma mau nolongin kamu. Lagian ngapain, sih, kamu berurusan sama Joel? Dia itu bukan orang baik-baik, udah, deh, jauhin!" balas Djaren.

Rora memutar bola matanya jengkel, ia tidak habis pikir dengan tingkah Djaren. Bisa-bisanya ia mengaku berpacaran dengan Rora.

"Coba kamu bayangin, kalau sampai tersebar gosip kita pacaran gimana, Ren?" tanya Rora.

"Kamu lebih baik mereka tahu kita saudara?" Djaren malah balik bertanya sambil memasang wajah tidak peduli.

Rora tambah kesal mendengar ucapan itu. Djaren memang selalu dapat membalas semua ucapan Rora dengan perkataan yang tidak dapat gadis itu sangkal.

"Udah, gapapa. Kalo si Joel gangguin kamu lagi, kamu bilang aja kalo kita pacaran, oke." Djaren tersenyum sambil mengelus lembut kepala Rora. "Kamu adik aku, aku harus jagain kamu di sekolah," tambahnya membuat Rora terkejut.

'Kenapa dia tiba-tiba baik kayak gini?' batin Rora.

Ia menepis tangan Djaren dan memilih pergi, berjalan menjauh dari pemuda yang bergelar ketua OSIS itu. Rora sangat tidak ingin berurusan dengan Djaren mengingat ibu pemuda itu yang tidak suka padanya.

"Pasti Joel marah besar ini," gumam Rora berjalan ke arah ruangan tadi, berniat menemui Joel.

Namun, tanpa disangka sebelum sampai tempat tadi, Rora melihat Joel yang berjalan cepat sambil memegang botol susu miliknya. Matanya membulat seketika dengan perasaan yang tidak tenang. Gadis itu refleks melangkah mengikuti Joel.

"Rora!" Seseorang berteriak sambil menahan tangan Rora, membuat gadis itu menoleh dan melihat sahabatnya.

"Kamu ngapain? Aku cariin tau, ayo bel udah bunyi dari tadi Rora ...." Berly mengandeng tangan Rora mengajaknya pergi ke kelas.

Rora tidak berkata, ia bingung harus melakukan apa. Matanya terus tertuju pada Joel yang berjalan semakin jauh. Entah kenapa Rora merasa tidak nyaman melihat kepergian Joel, apalagi dengan botol susu yang berada di tangan pemuda itu.

"Kenapa, sih, kok cemas gitu?" tanya Berly menatap Rora dengan wajah heran.

"Hah, enggak gapapa, kok. Ayo ke kelas!" Rora terpaksa tersenyum agar Berly tidak curiga.

***

Jam pelajaran terakhir di kelas Rora adalah olahraga. Semua murid sudah berada di lapangan basket indoor kecuali Joel, pemuda itu tidak tampak batang hidungnya sejak jam istirahat. Rora dan Berly hanya duduk di pinggir lapangan, melihat siswa laki-laki tengah bermain basket. Tiba-tiba Rora merasa nyeri pada dadanya. Dahinya mengernyit dengan keringat dingin yang menetes.

'Aduh ... belum dipompa lagi,' gerutuknya dalam hati.

Berly yang duduk di sebelahnya menatap heran dan bertanya, "Kenapa, Ra, kamu sakit?"

"Hah, enggak ... cuma mules aja, sih," balas Rora berbohong, pura-pura memegang perutnya.

"Mau aku anter ke toilet?" tawar Berly.

Rora menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Ia salut pada kesetiaan Berly padanya. Padahal mereka baru bertemu kurang lebih dua minggu. Namun, Berly selalu berusaha membuat Rora nyaman berteman dengannya.

"Gapapa, aku sendiri aja," ucap Rora sambil berdiri.

Akhirnya Rora pun meninggalkan lapangan basket dengan tatapan dari semua murid kelasnya. Rora hampir terbiasa dengan tatapan itu, dia berusaha tidak menghiraukannya sama sekali. Ia ingin cepat-cepat mengeluarkan ASI yang sudah terasa membludak di dadanya.

Langkah lebar Rora membawanya ke ruangan UKS yang beruntungnya sepi. Mata Rora langsung melihat ke kanan dan kiri sebelum ia masuk ke dalam. Kemudian dengan cepat Rora duduk di salah satu tempat tidur UKS, menutup tirai di depannya.

"Huu ... sakit banget," ringis Rora sambil mengeluarkan alat pompa ASI dari tas kecilnya.

Dengan gerakan cepat Rora menyingkap baju olahraga yang ia pakai. Langsung menempelkan alat pompa ASI di dadanya dan membiarkannya berkerja. Matanya tertutup merasakan rasa lega dalam dirinya. Rora tersenyum sambil terus menutup matanya, membiarkan bajunya terbuka dengan alat pompa ASI yang menempel.

Srraaak!

Tiba-tiba tirai yang menutupi Rora terbuka dengan seseorang muncul berdiri di hadapannya. Gadis itu begitu terkejut melihat orang di depan. Matanya membulat sempurna dengan tubuh yang langsung kaku. Rora bahkan tidak bisa menggerakkan tangannya untuk sekedar menutupi tubuh bagian atasnya.

"Apa-apaan ini?!" seru orang yang memergoki Rora.

Tulisansanyuu

kira-kira siapa nih yang mergokin Rora? mohon beri ulasan yaa terima kasih ❤️

| Like
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sang Idola Adalah Boneka    Bab. 29 Perempuan murahan

    "Aurora kamu di mana ...?" gumam Djaren terus mencoba menelpon Rora. Sampai jam sudah menunjukkan pukul sembilan, Rora belum juga pulang ke rumah sehingga membuat Djaren sangat khawatir. Berkali-kali pemuda itu menelpon nomor Rora, berkali-kali pula panggilannya tidak diterima. "Ck! Ke mana sih dia!" gerutuknya kesal. Djaren terus berjalan mondar-mandir di depan kamar Rora. Ia mencoba menghubungi teman sekolahnya dan menanyakan di mana alamat Joel. Siang tadi saat dirinya dan Rora sedang berbicara, tiba-tiba Rora pergi meninggalkannya. Kemudian dari gosip anak-anak di sekolah, Djaren tahu bahwa Rora pergi bersama Joel ke rumah sakit. Namun, saat dicek di rumah sakit mereka sudah tidak ada. "Ke mana si Joel bawa Rora?!" Lagi-lagi Djaren menggerutu. Sudut bibirnya terangkat ketika melihat balasan dari temannya. Ia langsung pergi ke alamat apartemen Joel. Sementara itu gadis yang sedang Djaren khawatirkan tengah duduk sambil menundukkan kepala. Kedua tangannya saling meremas dan b

  • Sang Idola Adalah Boneka    Bab. 28 Terciduk di apartemen

    "Dok, saya minta pulang sekarang juga!" tegas Joel menatap sang dokter yang sedang memeriksa kakinya. "Joel, kamu tau 'kan kalau saya tidak bisa menyetujuinya. Sabarlah besok atau lusa kamu boleh pulang," balas dokter itu tersenyum kesal kepada pasiennya yang bebal."Pokonya saya ingin pulang, dengan atau tidak seizin dokter saya akan pulang!" Joel langsung bangkit bersiap mencabut selang infus di tangannya. "Eh ... eh!" Orang-orang di sana langsung terkejut begitu Joel ingin mencabut infusan di tangannya. Rora yang melihatnya langsung memutar bola matanya merasa jengkel dengan sifat Joel. "Jo! Elo kenapa sih, kata dokter juga gak bisa pulang sekarang!" bentaknya kesal. "Ya, salah elo! Katanya elo gak suka nginep di rumah sakit! Kalau gitu nginep di rumah gue aja, gampang 'kan!" Mata Joel mendelik tajam pada gadis yang berdiri di sebelahnya. Dokter dan teman-teman Joel yang menyaksikan tingkah kekanakannya itu, hanya bisa menghela napas sambil menggelengkan kepala. Oza dan yang

  • Sang Idola Adalah Boneka    Bab. 27 Menginap bersama Joel

    "Jo, Jo! Anjir kaki lo luka, Jo!" Oza berusaha menghentikan langkah Joel. Namun, pemuda dengan head ban di kepalanya terus saja melangkah. Sampai ia berhenti ketika melihat Rora berjalan seorang diri. "Joel?" gumam gadis itu. Joel segera menghampiri Rora, mencengkram kuat tangannya. Sorot matanya yang dingin menatap dengan penuh kemarahan. "Aww! Jo, sakit!" keluh Rora mencoba melepaskan cengkraman tangan Joel. "Tadi ngapain sama di Djaren, hah?!" bentak Joel membuat Rora terperanjat. Gadis itu langsung melihat sekeliling, banyak anak-anak yang memperhatikan mereka membuatnya cukup risih. "Jo, banyak orang ... jangan marah-marah di sini," bisik Rora. "Jo, mending kita ke rumah sakit sekarang. Itu Pak Tama juga nyusulin ke sini anjir!" Oza menepuk pundak Joel, membujuknya. "Gak! Sebelum gue denger jawaban dari cewek sialan ini!" Hati Rora terasa ditusuk dengan belati ketika mendengar kata-kata Joel. Ia tidak mengerti mengapa cowok itu selalu berkata kasar padanya. "Apaan sih,

  • Sang Idola Adalah Boneka    Bab. 26 Kemarahan Joel

    "Jo! Elo kenapa gak fokus gini?" seru Oza menepuk pundak Joel. "Jo, calm down! Kita bisa menang kalau fokus!" sahut Kafin. Joel hanya diam sambil mengelap keringat di dahinya. Matanya terus menatap tajam pada Djaren yang tengah tersenyum merayakan keberhasilannya memasukkan bola ke ring tim Joel. 'Gue harus menang! Gue harus tunjukkin ke si Djaren sialan itu kalau dia gak ada apa-apanya!' ucap Joel dalam hatinya, bertekad mengalahkan Djaren. Pertandingan kembali dimulai, tim Djaren sejak tadi terus mencetak poin. Sementara tim Joel hanya Oza dan Farrel yang mampu mencetak poin, yang lainnya apalagi Joel terus kehilangan bola. "Jo! Pass!" teriak Oza meminta bola. Joel tidak mendengarkan teriakan itu. Dia terus melangkah maju sambil mendribble bola. Ada tiga orang sekaligus yang menjaga Joel termasuk Djaren, menunggunya di bawah ring. "Sial! Nantang gue lo!" geram Joel. Ia terus berlari melewati satu orang dari tim lawan. Namun, saat ia berusaha melewati orang kedua, kaki Joel t

  • Sang Idola Adalah Boneka    Bab. 25 Bencana di pertandingan basket

    Rora berdiam seorang diri di kelas yang kosong. Ia masih tertegun melihat foto Joel yang dikirim oleh akun anonim itu. Bukan masalah karena Joel berfoto bersama gadis lain. Namun, posisi mereka ketika berfoto sangat ambigu dan membuat pikiran Rora melayang ke hal negatif. Joel terlihat tertidur di pelukan seorang gadis yang mengambil foto selfie. Mereka masih mengenakan pakaian lengkap, namun tetap saja Rora berpikiran negatif terhadap foto tersebut. Apa yang mereka lakukan hingga tidur di atas ranjang yang sama seperti itu? "Kalau udah punya pacar kenapa dia kayak gitu sama aku? Mana barusan manggil-manggil sayang lagi!" gerutuknya. Gadis itu sedikit kesal, pasalnya sudah beberapa hari ini sikap Joel sangat baik padanya. Sejak malam kesepakatan mereka, Joel tidak pernah mendekati Rora di depan siswi lain. Cowok itu juga selalu bersikap baik, bahkan seringkali memberikan Rora sesuatu yang membuatnya terkejut sekaligus senang. Namun, sekarang Rora harus dikejutkan dengan foto Jo

  • Sang Idola Adalah Boneka    Bab. 24 Ada gadis lain?

    "Gimana dong, Rora gak bisa ikut latihan dance karena kakinya sakit?" keluh Berly. Anak-anak yang lain juga langsung mengeluh sambil menghela napas panjang. Mereka tidak tahu harus melakukan apa dengan kaki Rora yang terluka. Padahal kandidat pemenang lomba pentas seni sudah digadang-gadang adalah kelas mereka. Namun, karena keadaan Rora sekarang membuat yang lain menjadi pesimis. "Temen-temen aku minta maaf, ya. Mungkin besok atau lusa aku bisa ikut latihan," ucap Rora menyesal. "Gapapa, Ra, itu bukan salah kamu. Aku cuma heran, deh, kenapa di sepatu kamu ada paku payung? Bukannya sepatu itu jarang dipakai, ya?" tanya Berly. Gilsha dan Silvia langsung mencoba mengalihkan pembicaraan. "Guys, kita latihan sekarang aja, nanti kesorean lagi!" ajak Silvia. "Iya, ayo sekarang aja. Rora kamu gapapa 'kan sendirian di sini?" tanya Gilsha. "Iya, gapapa kok, kalian latihan aja sana," balas Rora sambil tersenyum. Akhirnya Rora pun ditinggalkan sendirian di UKS. Dia menghela napas

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status