Share

Chapter 4 : Gosip

Penulis: VERARI
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-04 01:09:47

"Sudah dengar belum, Bu? Katanya si mbak janda yang itu tuh, semalam berdua-duaan sama anaknya Mbak Ratri."

"Masa sih? Kelihatannya kalem gitu. Yang bilang siapa?"

"Mas-mas ronda semalam mergokin mereka."

"Aduh, Bu. Zaman sekarang muka kalem nggak tahu dalamannya gimana!"

"Haa, namanya juga janda. Lama nggak ada pegang, bocah pun diembat!"

Gosip para tetangga sampai juga di telinga Ratri. Ibu muda itu meskipun sering bicara blak-blakan, ia tak mudah percaya omongan orang. Apalagi ia kenal dekat dengan wanita yang tengah digosipkan.

Sejak les di tempat Rena, nilai anaknya semakin membaik. Sudah hampir sebulan ini ia tak mendapat laporan negatif dari sekolah. Pun Ricky lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dari pada keluyuran dengan teman-temannya yang urakan.

Namun omongan para tetangga tetap membuat telinga panas. Karena anaknya sendiri yang jadi topik utama.

"Sementara ini nggak usah les dulu ya." Ratri akhirnya memutuskan.

"Kenapa, Ma? Bentar lagi kan ujian!" Ricky memprotes, "Jangan-jangan gara-gara gosip tetangga?"

"Jadi kamu sudah tahu. Mama nggak perlu jelasin lagi panjang lebar."

"Tapi itu semua nggak benar! Mana ada Mbak Rena godain aku!"

"Mau benar atau nggak, yang jelas sekarang kamu jangan ke sana dulu!"

"Nggak mau! Aku mau ketemu Mbak Rena terus!"

Hening.

Ratri gugup dengan pernyataan anaknya baru saja. Kata-kata para tetangga terus terngiang di benaknya.

"Kemarin malam aku lihat Ricky pegangan tangan sama si janda itu!"

"Kalau secantik itu mah siapa yang nggak kepincut! Bocah kemarin sore saja bakalan kehilangan akal lihat body yang aduhai!"

Ricky membuyarkan lamunan, "Maksudnya aku harus ketemu terus, aku, aku sebentar lagi ujian, Ma. Mbak Rena, Mbak Rena pintar ngajarin."

"Ricky, kamu... kamu nggak suka sama Rena, bukan?" Ratri serius bertanya.

Ricky tak menjawab. Ia tak bisa melihat mata sang ibu. Pun Ratri tahu gelagat anaknya ketika berbohong.

"Jawab Mama!" Ratri mengguncang tubuh anaknya.

Setelah berpikir lama, tak ada gunanya Ricky menutupi kebenaran. Toh tujuannya sekarang memang ingin menjalin kasih dengan sang janda.

Bukan hanya sekedar berpacaran. Namun ia ingin Rena menjadi bagian dari masa depannya.

"Iya. Aku serius menyukai Mbak Rena." Ricky masih menunduk.

Kaki Ratri lemas seperti tak bertulang. Ricky sigap menangkap sang ibu dan segera mendudukkannya. Ratri tak pernah menyangka putranya yang baru belasan tahun mengidamkan wanita yang lebih tua darinya.

Baru kali ini Ratri merasa kecewa dengan anak sulungnya itu. Tak mengapa jika Ricky suka membuat masalah atau tak pernah mendapat ranking tinggi di sekolah. Pun tak masalah seandainya Ricky mempunyai pacar meskipun sudah dilarang.

Tapi kenapa harus Rena?

Ratri tak pernah membenci Rena. Ia juga mulai akrab sejak anaknya les di tempat wanita itu. Bahkan ia bisa menganggap Rena seperti adiknya sendiri.

Rena selalu mendengarkan keluh kesah Ratri. Membantunya menasehati Ricky. Dan masih banyak lagi kebaikan yang diberikan tetangga baru itu.

Sejujurnya Ratri tak akan protes kalau Ricky memang serius menyukai Rena. Hanya jika Rena bukan janda cerai!

"Maaf, Ma." Ujar Ricky sungguh-sungguh.

"Kamu suka Rena karena dia gurumu, bukan? Karena dia baik dan sering membantumu?" Ratri menggenggam erat tangan anaknya.

"Aku, aku jatuh cinta dengan Mbak Rena. Bukan hanya sebatas menyukai antara murid dan gurunya." Ricky mengaku, "Aku benar-benar ingin menjadikan Mbak Rena sebagai pendampingku kelak, Ma!"

Hati Ratri seperti tersayat pisau belati. Perasaan Ricky sudah sejauh itu. Bagaimana caranya untuk mengembalikan kepolosan anaknya?

"Apa yang sudah Rena lakukan sampai kamu bisa sampai jatuh cinta dengannya? Atau jangan-jangan benar kata mereka kalau Rena menggodamu?"

"Itu semua nggak benar, Ma! Mbak Rena bahkan belum tahu kalau aku menyukainya!"

"Belum tahu?" Ratri tersenyum kecut. "Kalau begitu jangan sampai tahu! Mama akan bilang Rena, mulai hari ini kamu sudah nggak akan les di tempatnya lagi!"

"Nggak bi-"

"Dan jangan pernah datang ke rumahnya lagi!"

***

Sejak beredar gosip-gosip tentang dirinya dan Ricky, para lelaki di kompleksnya suka menggoda. Entah hanya bersiul-siul atau langsung melontarkan ucapan yang tak pantas untuk didengar.

"Rena, kencan sama Kakak aja, yuk."

"Mbak Rena, aku nggak kalah ganteng dari Ricky lho! Jalan sama aku saja, Mbak!"

"Aku baru saja menduda. Kau boleh menikahiku!"

"Main ke rumahku, yuk! Kamu pasti bakalan puas sama aku."

Ia muak dengan ucapan para pria itu. Dan sekarang, seorang pria yang belum pernah dilihatnya tengah mondar-mandir di depan rumah.

Rena mengintip dari sela-sela gorden jendela. Sudah hampir sepuluh menit pria itu tidak pergi, tidak juga mengetuk pintu.

Pria itu tampak seperti orang baik-baik. Berpakaian rapi dan sedikit tampan. Tapi Rena sudah terlanjur takut dengan pikiran para pria di kompleks terhadap dirinya.

Namun karena risih dan khawatir dengan omongan tetangga-tetangga, ia tetap memberanikan diri untuk menemui pria itu.

"Maaf Pak, ada yang bisa saya bantu? Dari tadi saya lihat Bapak berdiri di depan rumah saya."

Pria berkaca mata itu tampak terkejut. Ia mengamati Rena dari kepala sampai ujung kaki.

Rena tak suka dengan cara pria itu memandangnya. Bulu kuduknya tiba-tiba meremang.

"Pak?"

"O- oh, maaf. Benar dengan Mbak Rena ya?"

"Iya saya sendiri. Kalau boleh tahu Bapak siapa dan ada urusan apa?"

Pria itu mendekati Rena dan mengulurkan tangan untuk berjabat tangan, "Saya Andi, suami Ratri, ayah Ricky. Boleh minta waktunya sebentar?"

Rena menyilakan Andi masuk. Netra pria itu fokus memperhatikan cara berjalan si tuan rumah dengan penuh kekaguman.

"Mau minum apa, Pak?"

"Nggak usah, Mbak. Ngomong-ngomong panggil nama atau Mas Andi juga boleh. Masa istri saya dipanggil mbak, suaminya bapak-bapak..." guraunya.

Rena tertawa kecil, "Baik, Mas Andi. Kalau boleh tahu ada keperluan apa ya? Tumben bukan Mbak Ratri sendiri yang ke sini."

Untuk sesaat Andi melupakan tujuan kedatangannya. Sosok sang janda cukup banyak mengalihkan perhatian.

Terang saja, Andi pikir Rena seperti kebanyakan janda yang ia kenal. Ternyata wanita di depannya sungguh mempesona.

"Mas Andi?" Rena tak sabar menunggu jawaban Andi.

Ia sedikit menyesal membawa Andi masuk rumah. Mata pria itu berkeliaran dari wajah Rena dan turun ke bawahnya berulang-ulang. Rena segera merapatkan jaketnya.

"Ah, itu, apa ya tadi?" Andi gelagapan menjawab. "Oh, benar! Saya mau menyampaikan pada Mbak Rena, kalau mulai hari ini Ricky mau berhenti les."

Rena tampak kecewa, "Oh, begitu. Nggak apa-apa sih. Jadi saya harus mengembalikan berapa dari uang les yang sudah dibayarkan?"

"Karena kami yang memutus perjanjian duluan, kami nggak akan minta ganti rugi. Mbak Rena bisa simpan semua biaya yang sudah dibayarkan."

"Saya nggak enak, Mas. Bagaimana kalau saya kembalikan sebagian saja?"

Andi menelan salivanya. Setiap kata yang keluar dari mulut manis sang janda membuat dirinya gugup. Sudah lama ia tak merasakan perasaan ini. Bahkan dulu sewaktu kencan pertama dengan Ratri ia tak gugup seperti sekarang.

"Kalau Mbak Rena maunya seperti itu, ya sudah saya akan terima. Tapi Mbak Rena baik-baik saja, bukan?" Andi sungguh-sungguh khawatir.

Rena segera menangkap maksud lawan bicaranya. "Iya, saya baik-baik saja.. Saya juga mau menjelaskan kalau omongan orang-orang itu nggak benar. Saya nggak mungkin menggoda anak Mas Andi."

"Iya, saya percaya dengan Mbak Rena. Justru anak saya jadi menyusahkan hidup Mbak Rena. Saya janji akan menasehatinya lebih keras!"

"Bukan salah Ricky juga." Rena berbohong, "Semua hanya kesalah pahaman orang-orang. Mas Andi nggak perlu memarahi Ricky. Kasihan."

Apa lagi yang tak dimiliki wanita ini? Sudah cantik, pintar dan pengertian. Andi berharap Ratri memiliki salah satunya.

Selagi Andi membandingkan sang janda dengan istrinya dalam hati, Rena segera mengeluarkan uang dalam dompet. Menyerahkan separuh biaya les Ricky.

"Dihitung dulu, Mas."

"Nggak perlu. Saya percaya sama Mbak Rena."

"Ngomong-ngomong Mbak Ratri baik-baik saja kan?"

"Dia sedang nggak enak badan." Andi berkilah, tahu istrinya sedang tak nyaman bicara dengan Rena.

"Ya sudah, saya pulang dulu."

Andi bangkit dan beranjak pergi. Langkahnya terhenti ketika Rena mencekal lengannya.

"Tunggu sebentar, Mas. Jangan pulang dulu."

Mungkinkah Rena ingin menghabiskan waktu dengannya lebih lama? Andi berdebar-debar senang.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Kristanti Marikaningrum
Mas Andi kepedean...
goodnovel comment avatar
mey lestari
pede kali kau
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 103 : Akhir yang ...

    "Nggak... Itu nggak mungkin.""Apanya yang nggak mungkin? Kenapa kamu ke sini?""Aku pikir ada masalah karena Billy meliburkan semua orang. Ternyata bukan hanya masalah. Tetapi masalah besar!" Kilatan di mata Aurora berubah. Ia bukan orang bodoh yang tak tahu situasi."Mama? Kenapa Mama ada di sini?" Billy muncul dari pintu."Kamu juga ada di sini? Jangan bilang... Kamu nggak mengejar Rena lagi karena...." Aurora kehilangan kata-kata."Apa yang mau Mama katakan?""Nggak, itu nggak mungkin." Aurora menggeleng-geleng tak percaya.Ingatan Aurora kembali ke malam itu. Ketika ia menemui Widya untuk mengatakan jika ia telah memenangkan David.Widya tengah menunggu di seberang jalan stasiun yang saat itu belum begitu ramai. Wanita itu terkejut melihatnya alih-alih David yang telah lama dinanti."Mau apa kamu ke sini, Aurora?""Untuk membayar kesalahan suamiku padamu.""Apa maksudmu?""David nggak akan pernah kembali padamu, Widya. Dia nggak akan mau meninggalkan semua fasilitas yang ia milik

  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 102 : Piknik Keluarga

    Rena gemetaran dalam dekapan Joshua di sampingnya. Ia takut menunggu reaksi ayah kandungnya.David hanya membuka mulut tak begitu percaya kata-kata Billy. Kemudian Billy menyodorkan hasil tes DNA yang diberikan Oliver saat di pulau waktu itu.Semua orang bisa tahu, Billy lah yang meremas-remas kertas itu sampai kusut dan sobek di beberapa bagian. Untungnya, hasil tes DNA masih bisa terbaca.Probabilitas David Ethan sebagai ayah biologis dari Renata Cahyani adalah 99,999%."A-apakah ini nyata?" David berdiri sambil memandangi Rena."Si tua Oliver itu yang melakukan tes DNA diam-diam. Nggak tahu dapat sampel dari mana."Air mata David kembali meleleh. "Kamu... Rena... Kamu anakku dan Widya? Oh Tuhan, ini pasti keajaiban!" David bersimpuh seperti orang yang sedang berdoa.Reaksi David membuat hati Rena bergejolak. Ia menyembunyikan wajah ke dalam jaket suaminya. Ada rasa senang sekaligus malu."Jadi... Bayi ini cucuku?""Iya, Pa. Tadinya dia akan menjadi anak tiriku, ternyata malah jadi

  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 101 : Rahasia Aurora

    "Papa menyesal selama ini hanya diam saja, sedangkan papa tahu semua perbuatan burukmu." Mata David berkaca-kaca. "Papa merasa gagal sebagai seorang ayah. Maafkan papa, Bill."Mulut Billy sedikit terbuka, hampir mengucap sesuatu. Tapi David lebih cepat memotongnya."Papa tahu perbuatanmu dan Aurora demi untuk mendapatkan keinginan kalian. Tapi ini nggak benar, Billy. Belum ada sejarahnya seorang pria di keluarga kita menjadi suami kedua."Billy terkekeh-kekeh. "Aku hampir tergoda dengan usulmu, Pa.""Maaf, mengecewakan, Om. Tapi saya nggak akan pernah rela membagi istri saya dengan lelaki lain," tegas Joshua."Lalu..."Rena segera memotongnya, "Mari kita selesaikan makanannya dulu. Setelah ini baru bicara."Tiga puluh menit kemudian, di atas meja makan hanya tersisa minuman. Tak ada salah satu dari mereka yang memulai pembicaraan.Suara khas bayi milik Ethan dari dalam kereta dorong bayi memecah keheningan. Joshua menirukan suara anaknya. Lagi-lagi sibuk memeriksa gigi Ethan dan tak m

  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 100 : Bertemu Ayah Kandung

    Joshua mencengkeram kemudi dengan erat ketika melihat istrinya memeluk pria lain. Meskipun tahu siapa Billy bagi istrinya."Ah, bikin nggak tenang."Joshua membanting pintu mobil dengan kencang. Ia pun berjalan menghampiri mereka berdua yang tak sadar oleh kehadirannya.Setelah mendengar pengakuan Billy dan Rena, Joshua mundur teratur agar tak ketahuan mencuri dengar. Ia menyesal sudah marah-marah dan curiga berlebihan."Mereka lagi shooting sinetron? Mantan pacarku tercinta ternyata anak kandung Papaku?" Joshua terkekeh oleh leluconnya sendiri."Itu sama sekali nggak lucu, Josh! Istrimu sedang sedih!" Ia membentak dirinya sendiri.Sementara itu, Rena tengah menyeka air mata Billy. "Sudah, jangan menangis lagi.""Apa yang kamu inginkan sekarang, Rena?""Maksudmu? Tentang apa?""Mamaku. Dia yang sudah...""Aku nggak tahu, Bill. Aku marah sekali waktu tahu ibuku meninggal karena mamamu. Aku bahkan belum pernah bertemu dengannya dan memanggilnya ibu." Rena kembali terisak."Katanya janga

  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 99 : Kakak Adik

    Tangan Rena bergetar hebat dan hampir menjatuhkan satu ikat kertas di tangannya. Joshua sigap menggenggam kedua tangan istrinya."I- ini... I -ini pasti salah. Nggak mungkin mereka orang tuaku, Josh!""Shhh, shhh... Mau dibaca dulu keterangan di belakangnya? Haruskah aku yang membacakannya untukmu?"Rena mengangguk.Joshua mengambil kertas itu dengan posisi duduk yang masih sama. Membalik foto pernikahan Aurora dan David, lalu mulai membaca isi dalam dokumen itu."Nama ayah kandungmu David Ethan dan nama ibumu Widya Cahyani."Rena membungkam mulut dengan kedua tangannya sendiri. "Apa ibuku...." Rena terisak."25 tahun yang lalu, David melayangkan gugatan perceraian kepada Aurora. Karena David mengetahui perselingkuhan Aurora dengan..." Joshua tiba-tiba mengumpat."Dengan siapa, Josh?""Aditya Wijaya, ayah Gladis."Rena menatap sang suami tak percaya."Sejak itu, David sering tak pulang. Dia bahkan membeli rumah sendiri. Dan selama satu tahun, David diam-diam berhubungan dengan Widya,

  • Sang Janda dan Para Pria Penggoda   Chapter 98 : Orang Tua Rena

    Di ruang keluarga Gavin, para anggota keluarga masih berbincang-bincang. Kemudian mereka dikejutkan oleh kedatangan seseorang yang tak terduga."Aurora Volker! Bagaimana dia bisa masuk ke sini?!" Teriak James."Aku nggak pernah mengundangmu ke rumahku, Nyonya Volker," kata Peter."Aku yang menyuruhnya datang!" Seruan Oliver membuat semua orang terdiam. "Ikut aku, Nyonya Volker."Aurora membuntuti Oliver ke arah ruang kerja Peter. Wanita itu sama sekali tak memandang satu pun anggota keluarga Gavin yang lain. Jika bukan karena Oliver memiliki kartunya, mana sudi ia menginjakkan kaki di tempat ini."Langsung saja, katakan apa yang ingin Anda sampaikan," kata Aurora dengan sikap menantang."Kamu memang Volker sejati. Nggak terlihat gentar walaupun dalam hati ketakutan." Oliver terkekeh-kekeh."Aku sibuk, Tuan Besar Gavin. Kalau hanya mau basa basi, bilang saja ke sekretarisku.""Baik, baik." Oliver duduk berhadapan dengan Aurora. "Aku sudah memberi tahu Billy Volker tentang rahasiamu.""

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status