Share

Bab 2: Menuju ke Puncak Bukit

Setelah Bajulgeni selesai menggali, satu per satu mayat dimasukkan. Tak henti-hentinya Guru Mada menangisi setiap kali memasukkan para murid dan teman-teman seperjuangannya ke dalam liang lahat. Luka yang begitu dalam tergores di hati Sang Guru begitu pula dengan Bajulgeni, ia merasakan penderitaan hebat yang dialami Guru Mada.

"Aku masih tidak percaya apa yang kulihat sekarang," seru Guru Mada sembari mengusap air mata diwajahnya.

"Kita harus bisa mengikhlaskan kepergian mereka semua guru, kita tidak bisa mengembalikan mereka, apa yang telah mati tidak akan pernah kembali." ucap Bajulgeni yang berusaha menghibur gurunya.

Sekilas ucapan Bajulgeni tampak menenangkan hati sang guru, namun dibalik itu sang guru juga memendam rasa amarah yang begitu kuat. Sontak ia merasa harus segera bertindak untuk melakukan perlawanan kepada musuh yang menyerang.

Setelah selesai menguburkan semuanya, tiba-tiba cuaca berubah. Di saat itu pula Guru Mada bersumpah dengan menghadap ke kuburan besar yang telah digali sebelumnya.

"Dengarkanlah wahai langit dan bumi, Demi Yang Maha Kuasa, Demi Yang telah Menciptakan Alam Ini, Demi Yang Maha Perkasa, aku bersumpah, aku akan melakukan perlawanan sampai diriku hancur lebur menjadi abu, setiap nafasku setiap detak jantungku setiap langkah kakiku setiap pikiran yang keluar dari kepalaku, akan aku gunakan untuk melawan para musuh sampai tak tersisa satupun diantara mereka." Guru Mada bersumpah dengan kerasnya.

Seketika langit yang awalnya terang benderang dihiasi sinar matahari menjadi gelap gulita bak malam tanpa sinar rembulan maupun bintang-bintang. Terjadi pula goncangan hebat yang disertai angin kencang bak badai. Bajulgeni yang menyaksikan hal tersebut secara langsung menjadi sangat tercengang. Karena di dalam hatinya ini adalah ketiga kalinya ia melihat sang Guru bersumpah seperti itu, dua sumpah sebelumnya juga mendatangkan bencana yang sama. Bajulgeni tahu betul ketika sang Guru mulai bersumpah, ia tidak akan mengingkarinya, bahkan ia akan mengorbankan apapun untuk menunaikan sumpah tersebut.

Guru Mada bertutur, "Sebaiknya kita jangan berlama-lama disini, hendaknya kita segera pergi ke puncak bukit untuk melihat situasi di sana,"

"Benar guru, dikarenakan kemarin sesaat sebelum aku pingsan, aku mendengar percakapan mereka," ucap Bajulgeni.

"Memang apa yang mereka katakan?" tanya Guru Mada keheranan.

"Aku mendengar, kalau salah seorang diantara mereka berkata telah melihat padepokan kita sejauh 1 mil di pedalaman hutan di kaki bukit, dan salah seorang diantara mereka juga mengatakan bahwasanya telah melihat sebuah cahaya yang menyala terang di puncak bukit, dan segera komandan dari pasukan tersebut memerintahkan untuk membagi pasukan menjadi 2 bagian, satu menuju padepokan dan satunya lagi menuju puncak bukit." jawab Bajulgeni.

"Kalau begitu kita harus menyegerakan diri untuk pergi ke puncak, karena kita belum tau apa yang terjadi di sana," Tutur Guru Mada

"Baik Tuan Guru, namun saya akan mengambil beberapa tanaman obat dan tanaman pangan sebagai bekal kita ke puncak karena jarak antara lapangan latihan ini dengan puncak bukit masih berkisar antara 4 hingga 5 mil." Jawab Bajulgeni sambil memetik beberapa jenis tanaman.

Setelah mempersiapkan semuanya mereka pun mulai melakukan perjalanan ke puncak bukit. Mereka berjalan dengan hati-hati, menyebrang sungai dan membunuh binatang liar yang mengganggu. Setibanya di Puncak mereka kembali dibuat terkejut, oleh keadaan desa yang makmur tiba-tiba dalam 1 malam hancur lebur akibat serangan yang dilakukan musuh. desa tersebut seperti desa yang telah hancur beberapa bulan yang lalu. Tidak ada satu bangunan yang berdiri, seluruh rumah penduduk roboh, balai pertemuan hancur lebur, pasar sederhana yang ada di desa itu pun seperti sehabis dilanda angin puting beliung karena kerusakannya yang amat parah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status