Home / Pendekar / Sang Ksatria Malam / Bab 3: Hanya 3 Orang yang Selamat

Share

Bab 3: Hanya 3 Orang yang Selamat

Author: Yudistira JN
last update Last Updated: 2023-08-02 21:33:10

Saat Bajulgeni dan Guru Mada menyingkirkan sebuah pondasi rumah yang roboh, dibalik pondasi tersebut ditemukan mayat seseorang. Lalu mereka menyingkirkan pondasi rumah selanjutnya dan ditemukan mayat sebuah keluarga. Begitu seterusnya sampai mereka menyingkirkan reruntuhan sebuah balai pertemuan, mereka terkejut dan seketika senang karena mendapati seorang remaja laki-laki yang masih bernafas.

Tanpa banyak pikir Guru Mada dan Bajulgeni segera mendirikan sebuah tenda dan merawat remaja tersebut.

"Syukurlah masih ada seseorang yang selamat, akibat insiden kemarin malam," Tutur Guru Mada.

"Ya Guru, ini merupakan suatu keajaiban, seorang pemuda yang tertimpa reruntuhan bangunan masih bisa bernafas," ucap Bajulgeni

"Namun kita harus segera memberikan perawatan terbaik untuknya, sekalipun dia masih bisa bernafas, akan tetapi pendarahan yang terjadi di kepalanya tidak dapat disepelekan," Tegas Guru Mada.

"Saya sudah menyiapkan ramuan obat, perban serta air hangat untuk pemuda ini, semoga saja pengobatan yang kita berikan setidaknya bisa mengurangi pendarahan yang terjadi pada pemuda ini." ucap Bajulgeni sambil meminumkan ramuan herbal kepada sang pemuda.

Setelah dirasa sang pemuda sudah diberi perawatan yang terbaik, Guru Mada dan Bajulgeni melanjutkan pencarian, mungkin saja ada orang lain yang selamat. Sudah mendekati malam hari pencarian dilakukan, namun dibalik setiap reruntuhan bangunan hanya ditemukan mayat seseorang. Karena dirasa hari sudah senja Guru Mada dan Bajulgeni kembali ke tenda.

Sesampainya di tenda Guru Mada dan Bajulgeni masih mendapati sang pemuda belum siuman dari pingsannya. Segera Bajulgeni memberikan pijat refleksi tradisional dengan harapan dapat memulihkan sang pemuda. Namun setelah dipijat pun sang pemuda tetap belum siuman. Karena sudah larut malam Guru Mada dan Bajulgeni memutuskan untuk istirahat sampai esok pagi dan berharap usaha yang dilakukan kepada sang pemuda dapat berbuah manis besok pagi.

Ayam berkokok menandakan sang Surya akan terbit. Guru Mada dan Bajulgeni sontak terbangun sesaat setelah ayam berkokok. Mereka juga merasakan kebahagiaan tatkala mendapati sang pemuda sudah siuman.

"Bagaimana kabarmu nak, apa kau merasa enakan?" tanya Guru Mada kepada sang pemuda.

"ugh... dimana aku berada, siapa kalian dan dimana keluarga ku?" ucap sang pemuda keheranan.

"Kau aman sekarang nak, kau berada di tenda yang kami dirikan di desa mu. Sebelumnya izinkan kami memperkenalkan diri, Aku adalah Ki Mada Sentosa, namun orang-orang memanggilku Guru Mada, aku adalah Guru besar sekaligus pemimpin dari padepokan Raja Malam yang berada di kaki bukit yang berjarak sekitar 4 mil dari sini. Dan ini adalah asistenku sekaligus satu-satunya muridku yang selamat dari insiden malam yang lalu, namanya adalah Bajulgeni. Dan untuk keluargamu maaf mereka sudah tidak bisa terselamatkan lagi anak muda." Jawab Guru Mada

"Insiden malam yang lalu!" seru sang pemuda histeris.

"Ya, seperti yang dapat kamu lihat, apa yang telah terjadi pada desamu, hal serupa juga terjadi dengan padepokan kami. Insiden tersebut menewaskan seluruh murid dan guru dari padepokan kami, dan hanya menyisakan kamu berdua." ucap Bajulgeni.

"Setelah kami selesai membersihkan padepokan dan mengubur seluruh jenazah murid dan guru di padepokan, kami berniat mendaki bukit untuk melihat keadaan desa, dan kami sangat terkejut apa yang menimpa padepokan kami juga menimpa desa ini sama persis. Dan kamu adalah satu-satunya orang yang kami temukan selamat di desa." tutur Guru Mada.

"Jadi, maksudnya hanya ada 3 orang yang selamat?" tanya sang pemuda keheranan.

"Ya betul nak, yang selamat hanya 3 orang kami berdua kan kamu." jawab Guru Mada menjelaskan.

"Ayah! Ibu! Adik! Kakak!" teriak pemuda histeris. "Bersabarlah nak," Guru Mada mencoba menasehati sambil turut prihatin. "Dimana ayah, ibu, dan kedua saudaraku?" tanya sang pemuda dengan perasaan tidak karuan. "Kami sudah mengatakannya kepadamu sebelumnya yang selamat dari insiden malam lalu hanyalah kami berdua dan engkau seorang. Selain itu mereka semua sudah tiada, semoga mereka tenang di alam sana." terang Guru Mada kepada sang pemuda.

Tak ayal sang pemuda nampak kebingungan dengan perkataan Guru Mada. "Kelihatannya tidak mungkin, keluargaku pasti selamat, hanya saja mungkin kalian belum menemukannya," ucap sang pemuda dengan wajah penuh kecemasan.

"Maaf anak muda, namun itulah yang terjadi kami tidak bisa berbuat banyak, ikhlaskan nak," Tutur Guru Mada.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sang Ksatria Malam   Bab 63: Misteri pada Naga Langit

    Irman pun segera mengambil selembar kertas kosong dan alat tulis. Ia segera memposisikan dirinya senyaman mungkin untuk menulis setiap kata dari Guru Mada. Guru Mada pun segera meneteskan air mata sebelum sempat mengatakan sesuatu. "Guru Mada! Kenapa engkau menangis?" tanya Irman keheranan. "Sudahlah nak, tidak ada apa-apa. Sebaiknya mulai kau tulis saja, aku mulai," jawab Guru Mada. "Hmm, baiklah kalau begitu," ujar Irman. Teruntuk Bagaskoro dan Bajulgeni di Kerajaan Nusa yang semoga selalu dalam lindungan Yang Maha Kuasa. Dari guru kalian, Guru Mada. "Jika surat ini sudah sampai di sisi kalian, kemungkinan nyawa guru kalian ini sudah tidak tertolong lagi. Aku tidak bermaksud membuat kalian untuk bersedih di awal kalian membaca surat ini. Aku hanya bermaksud agar kalian bisa fokus dengan pelajaran yang akan kalian terima kedepannya. Satu hal lagi yang perlu kalian ingat, ancaman untuk kalian masih ada di luar sana. Ancaman tersebut terus bertebaran mengincar kalian juga seluruh

  • Sang Ksatria Malam   Bab 62: Surat Terakhir

    *** Malam hari di ibukota Kahn sunyi tidak seperti biasanya. Hiruk pikuk kota yang terdengar selama dua puluh empat jam penuh seperti lenyap. Hanya suara angin yang berhembus tiada ada hentinya. Di tengah-tengah hembusan angin malam yang amat dingin sekali itu, Irman baru saja pulang kerja. Irman terkejut, akhir-akhir ini suasana di ibukota Kahn yang umumnya selalu ramai menjadi sepi. Irman mulai mengetuk pintu apartemennya, dilihatnya penjaga di depan hanya termenung. Penjaga itu seperti seorang ibu yang baru saja kehilangan seluruh anak-anaknya. "Permisi pak," sapa Irman. Penjaga itu masih saja termenung. "Permisi pak," sapa Irman untuk yang kedua kalinya. Akan tetapi, si penjaga masih saja terdiam seribu bahasa. Irman pun menarik napasnya dalam-dalam. "Permisi bapak!" Irman berteriak sekencang mungkin di dekat di penjaga. "Eh, silahkan, silahkan, silahkan," si penjaga menimpali sambil terjungkir ke belakang karena kaget. Dengan cekatan, Irman segera menolong si penjaga. "Saya m

  • Sang Ksatria Malam   Bab 61: Menuju Kehancuran Kekaisaran Kahn

    "Tolong jelaskan secara pasti siapa sebenarnya dirimu?" tanya Arkan geram. "Tenanglah nak, aku benar-benar tidak punya niat yang buruk terhadapmu," jawab si pemilik restoran. Perlahan Arkan bisa meredam amarahnya. Ia menarik nafas dalam-dalam untuk mengendalikan dirinya. "Nah, begitu kan lebih baik," ucap si pemilik restoran."Sekarang aku minta penjelasan dari anda tuan," ujar Arkan. "Sebelum menjawab pertanyaanmu itu, aku ingin menanyakan satu hal. Ini bukan hal yang berat. Ini sesuatu yang santai tapi, aku harap kau serius," ucap si pemilik restoran. "Apa yang ingin kau tanyakan?" tanya Arkan keheranan. "Kira-kira berapa umurku saat ini?" ucap si pemilik restoran. Mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh si pemilik restoran membuat Arkan seketika tertawa terpingkal-pingkal."Eh! Hahahaha, hahahahaha, apa kau tidak salah bertanya?" sahut Arkan sembari tertawa. "Seperti yang ku katakan sebelumnya, ini adalah pertanyaan yang santai dan terkesan sepele. Akan tetapi, kau tadi sudah me

  • Sang Ksatria Malam   Bab 60: Kunci Berlian

    *** Seiring berjalannya waktu, Arkan dan Singh mulai menjadi teman akrab. Hanya beberapa hari berpatroli bersama, kedua bocah itu sudah dekat seperti keluarga. Tidak ada tanda-tanda Singh yang curiga dengan penyamaran yang dilakukan oleh Arkan. Singh hanya tau, teman patroli barunya bernama Raka yang sebenarnya adalah seorang penyusup bernama Arkan. "Singh, kita hendak ke mana lagi sekarang?" tanya Arkan. "Hmmm, sepertinya aku lupa menjelaskan di awal. Jadi, selain kita harus bergantian berpatroli sama seperti murid lainnya, ada tugas lainnya yang dikhususkan untuk kita berdua. Nanti, aku akan menjelaskan lebih lanjut tentang tugas yang harus kau emban," jawab Singh. "Aku ada satu pertanyaan lagi," ucap Arkan. "Silahkan, tanyakan saja. Selagi aku mampu menjawab, aku akan menjawabnya," balas Singh mempersilahkan. "Beberapa waktu lalu ketika aku sedang berjaga dan kau tertidur, ada beberapa orang memakai setelan berwarna hitam legam menemui Joe. Kelihatannya mereka sedang berbicara

  • Sang Ksatria Malam   Bab 59: Rencana Penaklukan

    Setelah berbicara cukup panjang, Wei Fang mengalami sesak nafas yang luar biasa. Seluruh prajurit Bayangan Singa yang ada di sekelilingnya hanya bisa terpana, sambil tak sadar meneteskan air mata. Begitu pula dengan prajurit Naga Langit yang ada, mereka mulai merasa iba terhadap keadaan yang menimpa pasukan Bayangan Singa. Dari kejauhan nampak Batakhu yang meronta-ronta menahan sakit menghampiri Wei Fang. "Master! Master! Anda tidak apa-apa kan?" ucap Batakhu dengan penuh gelisah. "Batakhu, nak. Kau masih selamat, syukurlah. Aku punya satu permintaan kepadamu, uhuk... uhuk...," ucap Wei Fang sambil menahan tekanan darah yang terus keluar. "Permintaan! Apa maksudmu Master!? Aku yakin kau akan baik-baik saja. Perang telah usai! Biarkan kami Pasukan Bayangan Singa sebagai pihak yang kalah untuk mundur! Atau kalian bisa menawan kami sebagai budak!" teriak Batakhu. "Nak, uhuk... uhuk..., sudahlah. Aku ingin kau membeberkan seluruh rencana kita. Aku sudah tidak bisa banyak bicara. Ku harap

  • Sang Ksatria Malam   Bab 58: Awal Kehancuran

    "Xi Zhang, apa kau berpikir bahwa Qing Ho melakukan semua ini dengan terpaksa?" tanya si prajurit. "Aku tidak dapat menyimpulkan seperti itu. Intinya, dia tidak akan pernah menyesali apapun yang telah diperbuatnya. Satu hal lagi, sebenarnya, Qing Ho juga telah memberi ku sebuah isyarat. Dia seperti memberiku aba-aba kalau dia adalah seorang penyusup. Mungkin, ini agak aneh, tapi itulah yang kurasakan," ujar Xi Zhang. "Dia memberimu aba-aba seperti itu. Berarti secara tidak langsung, dia memang berniat untuk mencegah ayahnya, agar gagal menaklukkan Padepokan Naga Langit?" tanya si prajurit. "Kemungkinan seperti itu, aku juga baru sadar kalau dia punya kedekatan seperti itu dengan Wei Fang yang keparat. Jadi, seperti ini ya takdir berjalan. Huuu," ucap Xi Zhang sembari menghembuskan nafas pelan. Di saat si prajurit dan Xi Zhang sedang enak mengobrol dan bersembunyi. Tiba-tiba, terdengar sebuah hantaman keras dan udara menjadi penuh dengan bumbungan asap. Master Li Mo dan Wei Fang yang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status