Share

Bab 4: Namaku Adalah Bagaskoro

"Ah! kepalaku pusing sekali," seru sang pemuda.

"Minumlah ini, ini adalah ramuan herbal yang baru kubuat, bisa membantu memulihkan tubuhmu dan menyembuhkan rasa nyeri di kepalamu," ucap Bajulgeni kepada sang pemuda.

"Terimakasih banyak," ucap sang pemuda sembari meminum ramuan yang diberikan Bajulgeni.

Setelah minum ramuan itu, pemuda tersebut merasa agak baikan, dan nyeri pusing di kepalanya juga perlahan berkurang. Sang Pemuda masih seperti orang yang baru saja terkena amnesia karena ia benar-benar seperti berada di negeri di antah-berantah. Ia melihat sekeliling dengan tatapan terkejut dan bingung.

"Apakah kau ingat sesuatu sebelum engkau pingsan?" tanya Guru Mada.

"Entahlah, kepala ku masih agak pusing, aku akan mencoba mengingat-ingat," jawab sang pemuda sambil mengelus-elus keningnya.

"Apakah kau diserang atau bagaimana, kau ingat dengan katana, belati, senapan, ataupun bahan peledak?" tanya Guru Mada mengulang.

"Tunggu dulu, ah... kurasa aku mulai mengingatnya. Kemarin saat sore hari keluargaku mengadakan pertemuan dengan kepala desa. Kebetulan Kepala desa waktu itu sedang berada di balai pertemuan ini, karena habis mengadakan rapat dengan para tetua." jawab sang pemuda sambil mengingat-ingat.

"Apa yang terjadi setelahnya?" tanya Guru Mada penasaran.

"Setelahnya aku sekeluarga langsung pergi ke balai pertemuan untuk bertemu pak kades. Mereka berbincang-bincang cukup lama, mulai senja sampai larut malam. Setelah lama berbincang, kedua orangtuaku pergi sejenak ke sebuah kebun bersama pak kades, tinggallah aku di balai pertemuan seorang diri." dengan mantap sang pemuda menjawab.

Tiba-tiba kepala sang pemuda mendadak menjadi pening. Wajahnya mendadak cemas tidak karuan. Guru Mada dan Bajulgeni yang menyaksikannya, paham betul apa yang pasti terjadi setelahnya.

Detik berikutnya Guru Muda menyuruh Bajulgeni untuk membersihkan wilayah sekitar. Guru Muda punya ide cemerlang, yakni untuk mengajak sang pemuda jalan-jalan ke luar. Guru Muda berpikiran mungkin dengan mengajaknya ke luar bisa menenangkan pikirannya.

"Apakah kau bisa berdiri dan berjalan?" tanya Guru Mada kepada sang pemuda. "Kurasa bisa, karena hanya kepalaku saja yang terasa sakit," jawab sang pemuda sembari mulai berdiri.

"Ayo kita ke luar!" ajak Bajulgeni dengan semangat. "Kita akan kemana?" tanya sang pemuda penasaran. "Bagaimana kalau kita pergi ke tempat biasa kau bermain? Biasanya kau pergi kemana dengan teman-teman sebayamu?" tanya Guru Mada kepada sang pemuda sembari berjalan ke luar

Sang pemuda nampak kebingungan dengan ajakan dan pertanyaan yang disampaikan kepadanya. Setelah keluar dari tenda sang pemuda terkejut bukan main, ia melihat sekelilingnya hanya ada kerusakan yang begitu parah. Seketika ia menangis meratapi kedua orangtuanya dan kedua saudaranya yang sudah tiada.

"Sejujurnya, aku tidak paham dengan pertanyaan kalian. Kemana aku biasa bermain di desa ini, dengan siapa aku bermain di sini, karena aku dan keluargaku tidak berasal dari desa ini." sang pemuda mencoba menjelaskan sembari mengusap wajahnya.

"Jadi kau bukan orang asli desa ini?" tanya Guru Mada. "Ya aku bukan dari desa ini," jawab sang pemuda. "Kalau begitu coba ceritakan tentang dirimu kepada kami, siapakah engkau, darimana engkau berasal dan apa tujuanmu ke sini?" Seru Guru Mada kepada sang pemuda.

"Aku dan keluargaku merupakan perantau dari kota Raja, yang berada di sebelah barat bukit ini. Aku mungkin tidak mendapati sebuah padepokan perguruan bela diri, karena padepokannya berada di sebelah timur bukit ini. Aku datang dengan ayah, ibu, seorang kakak, dan seorang adik. Namaku adalah Bagaskoro, ayah dan ibuku merupakan seorang pedagang, selain itu ayahku juga seorang relawan bencana. Kedatangan kami kemari bermaksud untuk membeli beberapa bahan pangan dan bahan sandang untuk dijual kembali ke kota. Kami sampai di desa ini sekitar 5 hari yang lalu." ucap sang pemuda yang bernama Bagaskoro sambil memijat kepalanya yang dirasa masih agak pusing.

"Apakah ini baru pertama kalinya kau datang kemari?" tanya Bajulgeni.

"Ya, ini adalah pertama kalinya aku datang ke sini." jawab Bagaskoro.

"Bagaimana engkau bisa mengetahui tentang wilayah ini," Bajulgeni melanjutkan pertanyaannya dengan nada penasaran.

"Ayahku mendapat kabar bahwa di suatu daerah yang berjarak sekitar 27 mil dari timur kota kami, terdapat suatu desa yang makmur dan juga asri." jawab Bagaskoro

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status