Share

Bab 5: Sebuah Keinginan

Setelah berjalan dan berbincang-bincang cukup lama, ketiga orang tersebut berhenti di pinggiran desa, di sebuah batang pohon yang roboh dekat dengan gapura masuk desa. Mereka duduk berjajar untuk menghilangkan penat.

"Hai Bagaskoro, apakah engkau sebelumnya pernah belajar tentang seni bela diri?" tanya Guru Mada. "Belum pernah, bahkan tidak pernah terpikirkan olehku untuk mempelajari ilmu bela diri," jawab Bagaskoro sembari menelantangkan kakinya.

"Apakah engkau punya keinginan untuk mempelajari ilmu bela diri?" tanya Guru Mada dengan tatapan penuh keyakinan kepada Bagaskoro.

Guru Mada sangat yakin, bahwasanya Bagaskoro akan mengiyakan pertanyaannya. Hal tersebut sudah diperkirakan oleh Guru Mada, karena bagaimanapun Guru Mada melihat ada percikan amarah dan sebuah tekad yang kuat dari mata Bagaskoro.

"Entahlah, aku bahkan tidak pernah tertarik untuk mempelajari ilmu bela diri sebelumnya," jawab Bagaskoro dengan keyakinan penuh. Guru Mada sontak terkejut mendengarnya, karena ia dapat melihat dan merasakan suatu tekad yang luar biasa dari Bagaskoro. Guru Mada menjadi sangat kecewa namun kekecewaanya itu tidak ditampakkannya, ia hanya memendamnya dalam sanubarinya saja.

"Namun setelah apa yang terjadi, kurasa mungkin tidak ada salahnya untuk mengerti dasar-dasarnya," sambung Bagaskoro.

Guru Mada yang mendengarnya nampak begitu bahagia. Kekecewaan yang dirasakannya dalam hati sebelumnya, sirna seketika. Tanpa membuang waktu lagi, Guru Mada pun berniat untuk mengatakan niatnya kepada Bagaskoro.

Namun tidak lama setelah itu, Bagaskoro tertidur pulas di atas rerumputan. Guru Mada dan Bajulgeni hanya bisa tertawa geli melihatnya, karena bagaimanapun juga Bagaskoro masihlah seorang bocah.

Melihat Bagaskoro yang telah tertidur, memberi manfaat kepada Guru Mada. Hal itu dikarenakan beliau ingin meminta pendapat dari Bajulgeni terkait keinginannya tersebut.

"Bajulgeni, bagaimana kalau aku katakan saja niatanku kepada Bagaskoro, aku dapat melihat tekad dan keinginan luar biasa yang terpancar darinya," Tutur Guru Mada kepada Bajulgeni. Bajulgeni sebenarnya juga merasakan hal yang sama dengan yang dirasakan oleh gurunya. Hanya saja menurutnya hal tersebut dapat menimbulkan gejolak kesalahpahaman kepada Bagaskoro.

"Apakah sudah tepat jika sekarang Guru Mada memberitahukan hal yang sebenarnya kepada Bagaskoro. Guru harus mengingatnya bahwa, pemuda itu baru memiliki niat untuk mempelajari bela diri karena ia merasa harus menjadi kuat. Bahkan Guru sendiri juga berpikir begitu bukan?" dengan menimbang dari segala hal, Bajulgeni mengungkapkan apa yang ia rasakan.

"Aku tahu, kelihatannya ini berlebihan, namun bagaimanapun juga, aku mempunyai firasat, kalau aku mengatakannya kelak, dia akan merasa kecewa karena dikhianati, hak tersebut justru akan berdampak buruk terhadap semua usaha yang kita lakukan." Tegas Guru Mada kepada Bajulgeni. Seketika Bajulgeni memikirkan dalam-dalam ucapan gurunya tersebut. Lebih dari itu sebenarnya Bajulgeni masih belum setuju dengan keinginan gurunya, sekalipun ia masih memikirkan betul-betul ucapan gurunya tersebut.

Karena hal tersebut bukanlah hal yang sepele, ditambah hal tersebut juga akan memberikan dampak kepada Kerajaan Nusa. "Kurasa yang guru katakan memang sepenuhnya benar, akan tetapi apakah bijak mengatakan hal itu sekarang. Apakah itu tidak akan menimbulkan gejolak di hati Bagaskoro, belum lagi keinginan guru tersebut juga berada di luar pemikiran Bagaskoro tentang seni bela diri." dengan menghembus nafas pelan-pelan, Bajulgeni mengucapkan secara tersirat ketidaksetujuannya.

"Hal seperti ini memang sulit, tapi apa jadinya kalau di masa depan aku baru mengatakannya?" Tanggap Guru Mada dengan rasa bingung.

"Bagaimana kalau begini, Tuan Guru katakan saja kepada Bagaskoro kelak dikala ia sudah mumpuni menguasai seluruh dasar ilmu bela diri." Bajulgeni mencoba memberi saran, yang dirinya sendiri sebenarnya masih bingung apakah saran itu tepat atau tidak.

Perdebatanpun terus terjadi antara keduanya. Tak lama kemudian, Bagaskoro mulai membuka matanya, ia merasa sudah cukup istirahat. Melihat Bagaskoro yang sudah bangun, Guru Mada dan Bajulgeni memilih untuk segera menghentikan perdebatan mereka. Setelah dirasa hari cukup terik, mereka bertiga pun memilih untuk kembali ke tenda. Tak lupa dalam perjalanan menuju tenda mereka mengumpulkan kayu kering dan menangkap beberapa hewan liar yang berkeliaran untuk makan siang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status