Beranda / Romansa / Sang Luna Terakhir / Bab 7: Surat RSVP

Share

Bab 7: Surat RSVP

Penulis: ID Johnson
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-31 15:08:22
Ellie

Kawanan Serigala Tangkas memiliki banyak wilayah, meskipun jumlahnya tidak sebesar beberapa kawanan lain yang di dekat sana. Masalah mencari tempat untuk mengadakan sayembara, Michael memiliki banyak lapangan terbuka luas untuk perlombaan melempar dan laga pertarungan. Namun, dia bersemangat untuk membuat jalur lari melewati banyak area berhutan, dan sudah memberi tahu Ellie bahwa dia mungkin juga akan membuat syarat untuk menyeberangi sungai.

Undangan baru saja dikirim beberapa hari yang lalu, dan Ellie tidak berani menanyakan apakah sudah ada yang mengirimkan surat RSVP, jadi dia menghabiskan waktunya untuk mengerjakan hal lain. Namun, ayahnya sangat bersemangat mengadakan semua acara ini, dia datang berkunjung ke tempat ayahnya menyiapkan segala perlengkapan untuk acara pertama, perlombaan melempar, setidaknya setiap sore.

Angin sepoi-sepoi menerbangkan rambut pirangnya, menggelitik lehernya selagi dia berjalan, melewati desa yang pertama, di mana semua orang menyambutnya sambil menundukkan kepala dan tersenyum. "Selamat sore, Luna," sapa seorang wanita tua bernama Ruth ketika dia lewat.

"Selamat sore," kata Ellie sambil tersenyum, serta juga menyapa cucunya, Tessa. Di kejauhan, dia bisa melihat ayahnya mengarahkan beberapa anggota kawanan muda saat menyusun bangku-bangku yang baru dibuat di tempat yang disebut ayahnya sebagai lokasi menonton. Michael telah mempekerjakan tukang kayu terbaik mereka untuk membuat banyak kursi, serta segala sesuatu yang dia rasa perlu demi perlombaan yang lancar, mudah dilihat, dan adil. Dia sudah memastikan bahwa batang kayu yang akan dilempar para peserta nanti seukuran dan sebentuk, berkat pengrajin terampil dari kawanan.

"Bagus, bagus!" teriak Michael saat Cane, Hans, Seth, dan beberapa pemuda lain membawa satu set bangku besar, bergeser ke kiri saat Michael melambai kepada mereka. "Sedikit lagi. Sedikit lagi. Sempurna! Letakkan di sana!" Mereka menjatuhkan struktur itu, empat baris bangku, lengkap dengan sandaran, kemudian mendesah lelah.

Michael berdiri sejenak sambil mengusap dagunya. "Kelihatannya tidak pas," gumamnya ketika Ellie datang berdiri di sampingnya.

"Kelihatannya bagus, Ayah. Jangan suruh mereka memindahkannya lagi," tegasnya. "Mereka bisa pingsan."

"Hai, Sayang!" Seolah-olah dia tidak melihat Ellie datang. Dia merangkul bahu Ellie dan meremasnya kuat. "Bagaimana menurutmu?"

"Menurutku kelihatannya bagus," kata Ellie, mengagumi semua hasil kerja ayahnya. Lapangan itu tidak hanya bersih dari segala macam ranting-ranting kayu, tapi juga baru saja dipangkas, dan ada garis yang diukur dan digambar untuk menunjukkan seberapa jauh setiap lemparan. Deretan bangku berjejer di sisinya, meskipun jelas Michael sedang sibuk memindahkan sebagiannya, dan batang kayu besar yang akan dilempar diletakkan di atas tribun, tertata rapi. "Ayah benar-benar sudah berusaha maksimal!"

"Terima kasih!" katanya sambil mencium pipi Ellie sebelum melepaskannya. Anak-anak lelaki itu datang menghampiri, masih terengah-engah sambil menyeka alis mereka. Ellie harus membalas kebaikan semua anggota kawanan yang telah sukarela meluangkan waktu mereka untuk membantu.

Michael sangat ingin menceritakan semua yang telah dia kerjakan, dia menceritakan dari satu bagian ke bagian lainnya, sering kali menunjukkan bagian-bagian yang sudah dilihat Ellie sehari sebelumnya, atau bahkan bagian-bagian yang baru saja dikatakannya. Namun, Ellie hanya mendengarkan, dan mengatakan bahwa betapa bagusnya hasil kerjanya.

Begitu dia selesai membahas semua perlengkapan dengan Ellie, dia berkata, "Oh, dan ada satu hal lagi yang lupa Ayah beri tahu!"

"Apa itu?" tanya Ellie, mempersiapkan dirinya untuk mendengar sesuatu yang tidak akan disukainya.

Senyuman lebar mengembang di wajah ayahnya.

"Aku punya firasat kalau ayahmu merencanakan sesuatu--lagi," kata Hans sambil mengedipkan mata sembari bersandar ke bahu Ellie, yang hampir membuat mereka berdua terjatuh.

"Dia memang memberikan tatapan itu," timpal Seth.

"Tidak, tidak, bukan seperti itu," protes Michael. Dia merogoh saku belakangnya dan mengeluarkan sebuah amplop putih kecil, menyerahkannya kepada Ellie.

"Apa ini?" tanya Ellie, takut mengambilnya.

"Oh, gawat!" kata Cane sambil menggelengkan kepala. "Jangan sampai undangan untuk mengatur ulang semua bangku! Kami tidak mau mengaturnya lagi."

Ellie tertawa dan menepuknya iseng. "Kalau itu, tidak akan diberikan padaku."

"Bukalah!" desak Michael.

Ellie mengambil napas dalam-dalam dan membuka amplop tersebut, mengeluarkan secarik kecil kertas putih tebal.

Itu surat RSVP, yang pertama, dan bertanda dikonfirmasi. Jadi... setidaknya akan ada satu peserta. Beban dari maksud situasi ini terasa di pundaknya, padahal dia bahkan belum sempat membaca namanya. Dia sebentar lagi akan menikah--apa pun yang terjadi. Seseorang sudah mengatakan dia akan datang, dan itu berarti acara ini benar-benar akan berlangsung.

"Dari siapa itu?" tanya Seth mewakili ketiga anak lelaki itu.

Mata Ellie tertuju pada nama yang dicetak pada garis di bagian atas kertas itu. Dia menarik napas dalam-dalam dan membacanya keras-keras. "Alpha Blade Strand dari Kawanan Serigala Menangis." Ellie mengangkat mata dan menatap ayahnya. Dari sekian banyak pria yang bisa mengirim surat RSVP lebih dahulu, tapi malah pria bereputasi terburuk yang pertama. Ayahnya jelas terlalu bersemangat mengadakan sayembara ini sampai tidak menyadari apa artinya ini. Alih-alih membuatnya kecewa, Ellie memasang senyum di wajahnya dan berkata, "Selamat, Ayah. Acaranya akan berlangasung."

"Acaranya akan berlangsung," katanya, mengedipkan mata pada Ellie, kemudian memeluknya dengan erat. Ellie mencoba seantusias ayahnya, tetapi saat ini, dia terlalu terguncang sampai tak bisa berpura-pura.

Bayangan bahwa dia mungkin akhirnya menikah dengan Blade Strand sangat membebaninya. Untuk pertama kalinya sejak ide mengadakan sayembara ini disampaikan kepadanya, dia tiba-tiba berdoa agar menerima banyak surat RSVP.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Sang Luna Terakhir   Bab 20: Obrolan di Hutan

    River'Bajingan itu mengalahkanku.' River duduk di luar di teras belakang kabin tempat dia tinggal, memandang ke arah hutan, menyesap bir, mencoba mencari tahu bagaimana Blade berhasil mengalahkannya. Pasti ada sesuatu yang dia simpan atau ada di sakunya, tetapi River tidak dapat membuktikan apa pun, dan Beta Andrew mengklaim bahwa dia telah memeriksa semuanya dengan cermat sebelum, selama, dan setelah acara, dan tidak menemukan apa pun. Jadi... yang bisa dia lakukan hanyalah berusaha lebih baik lagi di acara berikutnya, yang akan diadakan lusa. Itu adalah perlombaan, dan River tahu dia tangkas. Selama Blade tidak menemukan cara untuk curang, River bisa menang. Jika itu masalahnya, dia setidaknya akan imbang dengan Blade untuk tempat pertama dalam pertarungan.Butuh banyak waktu bagi seseorang untuk mengalahkan River dalam pertarungan satu lawan satu. Blade benar-benar harus melakukan kecurangan untuk melakukannya.Setelah menghabiskan birnya, dia memutuskan untuk berjalan-jalan

  • Sang Luna Terakhir   Bab 19: Melambungkan Kayu

    Ellie"Ada yang tidak beres," kata Ellie, mencondongkan tubuh ke ayahnya."Apa yang kamu bicarakan?" Michael bertanya, masih bersorak bersama dengan banyak orang pada lemparan luar biasa yang baru saja dilakukan Blade. "Itu adalah lemparan terjauh yang pernah aku lihat.""Ya, itu benar," Ellie setuju. "Sebuah lemparan yang lazim seperti lemparannya yang lain. Dan... dia bertingkah aneh."Michael menatap Ellie penuh tanya dan kemudian menggelengkan kepalanya. "Sayang, aku tahu dia bukan favoritmu, tetapi jika dia menang, dialah pemenangnya. Kamu setuju untuk mengadakan turnamen ini, ingat? Kamulah yang tidak ingin Moon Goddess memilihkan atau memilih sendiri. Jangan protes sekarang jika segala sesuatunya tidak berjalan seperti yang kamu inginkan.""Protes?" Ellie mengulangi, matanya melebar. Dia tahu arah pembicaraan ayahnya. Ayahnya sama saja berkata, "Aku ingin kamu tahu bahwa aku mungkin tidak terlalu bersungguh-sungguh, tapi aku benar-benar marah kepadamu," nada yang serin

  • Sang Luna Terakhir   Bab 18: Lomba Melempar

    RiverKesombongan Blade memuakkan. Saat River menyaksikan Alpha lainnya menguji berat balok kayu yang akan dia lempar ke tangannya, dia harus berusaha untuk tidak mengejek pria itu. Dia bertindak seolah-olah ada semacam ilmu untuk melakukan hal ini, beberapa teknik yang dia pelajari bertahun-tahun sebagai pelempar kayu ketika semua orang tahu tidak ada satu pun dari peserta turnamen yang memiliki banyak pengalaman dalam urusan melempar kayu melintasi padang rumput terbuka.Blade maju ke garis, dan Beta Andrew berteriak, "Lempar sesuka hati!" sambil berjalan mundur. River menahan tawa. Mereka berusaha sangat keras untuk membuat turnamen ini tampak resmi, seperti Olimpiade untuk siluman serigala, tapi itu semua agak konyol. Ulysses, yang berdiri di sebelah kanan River, kesulitan menahan tawa dan berpura-pura batuk, yang membuatnya tersedak.River memukul punggung Ulysses saat Blade berbalik dan memelototi mereka berdua. "Jangan coba-coba menggangguku!""Maaf," kata River untuk k

  • Sang Luna Terakhir   Bab 17: Turnamen Dimulai

    Ellie"Bagaimana kabarmu, sayang?" Ayahnya memanggil saat Ellie bertemu dengannya di lapangan tempat kontes pertama akan diadakan. Ellie dipenuhi dengan kegembiraan saat ayahnya merangkul lehernya. "Turnamen sebentar lagi dimulai dan akhirnya kamu ada di sini.""Baik, Ayah," katanya, sambil balas memeluk ayahnya. Jelas ayah Ellie bangga dengan turnamen yang dia adakan, dan dia telah melakukan segala sesuatunya dengan baik. Stan-stan dipadati oleh orang-orang yang siap untuk menyaksikan acara pertama, lempar kayu, seperti yang ayah Ellie sebutkan tadi. Sebagian besar dari penonton berasal dari kawanannya sendiri, tetapi Ellie juga melihat wajah-wajah yang tidak asing baginya di antara para tamu. Wajah ibu River menarik perhatiannya. Ellie melambai pada Patricia, yang selalu begitu baik, dan Patricia tersenyum dan balas melambai."Sekarang, aku mempersilakan Beta Andrew menjalankan kontes ini sehingga aku bisa menikmatinya bersama putriku yang cantik," jelas Michael.Di belakang

  • Sang Luna Terakhir   Bab 16: Kecemburuan

    RiverMengetahui bahwa Ellie ke luar untuk berlari bersama Ulysses pagi itu membuatnya merasa sedikit cemburu saat melihat Ellie pulang dari hutan bersama seorang Alpha yang tampan. River berada di lapangan turnamen, bersemangat dan datang awal, mempersiapkan acara pertama kompetisi. Dia mencoba mengalihkan pikirannya dari wanita yang menjadi tuan rumah kontes itu dan dia merasa persiapannya ternyata terasa lebih sulit daripada yang pernah dia pikirkan saat dia pertama kali menyetujui bujukan ibunya untuk mengikuti turnamen ini. Sekarang, melihat wanita jangkung berambut pirang itu dengan anggun berjalan bersama pria lain melintasi lapangan membuat otot-ototnya menegang dan matanya menyipit. Dia harus mengalihkan pandangannya.Padahal itu bisa jadi motivasi yang kuat. Kemenangan selalu menjadi kekuatan penyemangat bagi River, tidak peduli apa pun permainannya. Saat dia bermain kartu dengan teman satu kawanannya, bermain video game dalam tim, atau bermain basket dengan Beta-nya, dia

  • Sang Luna Terakhir   Bab 15: Berjalan-jalan dengan Teman

    Ellie"Apakah lari ini adalah ide darimu?" Ellie bercanda saat dia berjalan bersama Ulysses melewati hutan di pagi hari. Matahari baru saja terbit, dan indah sekali melihat warna-warna langit terpantul dari kilau embun di atas dedaunan musim gugur."Tidak, tidak," kata Ulysses. Mereka berjalan dengan kecepatan yang cukup cepat, tetapi mereka jelas tidak berlari. "Jika aku berlari, lututku akan bengkok, Ellie."Pernyataannya membuat Ellie tertawa. Senang rasanya mendengar Ulysses menyebut namanya seperti itu, seolah-olah mereka adalah teman lama. Sementara Ellie menghargai teman-teman yang dia miliki, "adik laki-lakinya" kadang-kadang agak tidak dewasa, selain itu, Shelby selalu ingin membicarakan Carl. Mengobrol dengan Ulysses terasa menyejukkan, bahkan jika napasnya tidak tersengal-sengal akibat latihan khusus ini, dia bahkan tidak merasa perlu melakukan peregangan setelah selesai."Jadi... apa yang membuatmu memutuskan untuk ikut turnamen gila ini?" Ellie bertanya saat mereka

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status