Home / Romansa / Sang Luna Terakhir / Bab 8: Strand

Share

Bab 8: Strand

Author: ID Johnson
last update Huling Na-update: 2025-05-31 15:08:22
Ellie

Sensasi menggelitik di perut Ellie makin bertambah begitu makin dekatnya hari sayembara diselenggarakan. Mencoba untuk menyelesaikan pekerjaan di mejanya hampir mustahil, terutama sehari sebelum para Alpha dijadwalkan akan tiba. Suara palu di kejauhan selalu menjadi pengingat bahwa ayahnya sedang membangun mahakaryanya di lahan terbuka. Meskipun sepertinya tidak ada lagi yang bisa dikerjakan, Michael terus mencari proyek baru. Ellie sudah menantikan sayembara ini dimulai hanya agar suara pukulan palu itu berhenti.

Tumpukan surat RSVP yang diletakkan di sudut mejanya juga mengalihkan perhatiannya dari pekerjaan. Sebagian besar pekerjaan yang harus dia selesaikan hari itu dia kerjakan tanpa berpikir. Menyetujui pengeluaran, melihat laporan dari pelatih, permintaan dari serigala yang ditugaskan berpatroli untuk berganti sif atau meminta hari libur. Dia tidak menangani sebagian besar urusan ini, mayoritasnya dilimpahkan kepada bawahannya. Tapi dia tetap perlu diberi tahu. Namun, amplop putih kecil itu mungkin juga memiliki mata, dari caranya mengalihkan perhatian Ellie dari pekerjaannya.

Keenam Alpha telah mengonfirmasi. Keenam pria yang diundang untuk datang ke wilayah Kawanan Serigala Tangkas dan bersaing untuk bisa meminangnya telah setuju. Rasanya menakutkan sekaligus menggembirakan, dan sesering apa pun Ellie mengatakan pada dirinya sendiri untuk tidak memikirkannya, untuk menyingkirkan semua itu dari pikirannya, itu tidak mungkin.

Dia belum pernah bertemu sebagian besar Alpha itu, hanya beberapa dari mereka, tetapi dia sudah pernah berbicara dengan mereka semua di telepon dan punya bayangan sendiri mengenai sosok mereka. Dia bukan tipe orang yang mengamati seseorang melalui media sosial. Dia tidak menelusuri foto mereka semua atau mencoba mencari tahu siapa anak baik atau siapa yang mungkin teledor. Pikiran bahwa dia mungkin akan menikah dengan salah satu pria ini dalam kurang lebih satu pekan lagi tidak dapat dipercayainya. Sebesar apa hidupnya akan berubah?

"Akankah ini masih menjadi mejaku nanti?" ucapnya lantang.

Ellie menggeleng dan menggaruk belakang kepalanya tanpa dia sadari. Mereka nanti harus mencari tahu semua detail kecil cara untuk memimpin kawanan. Apakah mereka akan bergabung atau tetap terpisah? Di mana mereka akan tinggal? Apakah pria itu bahkan ingin tinggal bersamanya, atau apakah ini hanya pernikahan pura-pura?

Sebagian dari dirinya berharap akan seperti itu, bahwa pria itu akan tinggal di wilayah kawanannya sendiri, dan Ellie akan tinggal di wilayahnya sendiri. Mereka akan bekerja sama untuk memastikan semua warga dari kedua kawanan diperhatikan dan diurus, bertindak demi kepentingan kedua kawanan secara adil, tetapi soal hubungan... dia tidak mengharapkan adanya ikatan pribadi.

"Hai!" suara ceria Shelby mengalihkan pandangan Ellie dari amplop ke pintu tempat sahabatnya masuk ke ruangan. "Apa kabar?"

"Baik," kata Ellie, memaksakan tersenyum. "Apa kabar? Dan Caarrrll?" Ellie mengedipkan mata pada temannya, tidak benar-benar ingin mendengar lebih jauh tentang pria sempurna ini, tetapi senang ada yang mengalihkan pikirannya.

Wajah Shelby berseri-seri. "Dia luar biasa. Sangat hebat. Omong-omong, aku hanya ingin menanyakan bagaimana perasaanmu."

"Aku baik-baik saja." Shelby duduk di seberangnya. "Hanya ... bertanya-tanya bagaimana jalannya semua ini nanti."

Senyum Shelby menyemangati. "Aku yakin akan lancar. Siapa tahu? Di jam ini besok, kau mungkin jatuh cinta dengan calon suamimu." Mata temannya mulai berbinar-binar selagi Ellie berusaha menahan tertawa.

"Atau... bisa jadi aku bertemu enam pria berengsek yang sombong, tidak ada satu pun yang menarik hatiku."

Shelby mencibir. "Itu tidak akan terjadi. Tapi... apa kau sudah memikirkan bagaimana nanti jika kau cocok dengan salah satu mereka, tapi bukan dia yang menang?"

Bayangan akan hal itu bahkan tidak terlintas di benak Ellie. Dia begitu sibuk memikirkan bagaimana cara mengatasinya nanti jika dia tidak menyukai satu pun dari mereka. Bagaimana jika dia jatuh hati pada satu Alpha, tetapi pemenangnya malah yang lain, dan dia harus menikah dengannya? Semburan rasa panik muncul sebelum dia sempat menepisnya. Berapa besar peluang dia menyukai salah satu dari mereka? Tidak tinggi. "Aku yakin itu tidak akan terjadi."

Shelby tidak terlihat begitu yakin. "Apa pun yang terjadi, aku yakin acara ini akan asyik ditonton." Dia mengedipkan mata, dan Ellie memelototinya kemudian mereka berdua mulai cekikikan.

Derap langkah kaki di tangga yang berlanjut ke teras membuat mereka berdua berhenti tertawa dan menoleh ke arah sumber suara itu ketika Hans membuka pintu kantor. "Luna Ellie! Salah satu peminangmu sudah tiba! "

"Apa?" kata Ellie, mulutnya menganga. "Tapi... ini baru hari Kamis. Mereka seharusnya tiba besok."

Kepala Cane menongol di atas bahu Hans. "Rupanya, Strand Hanson dari Kawanan Serigala Berlari tidak bisa membaca kalender."

Ellie menundukkan kepala, membenturkan dahinya ke meja dan bahkan tidak peduli meskipun sedikit sakit. Dia mengambil napas dalam-dalam beberapa kali saat para anak lelaki itu masuk melalui pintu dan kemudian mendongak untuk menatap mata mereka. "Di mana dia sekarang?"

Seth, musketir ketiga, menjawab, "Beta Andrew sedang membantu dia menurunkan barang bawaannya dan memindahkannya ke salah satu wisma."

"Sebanyak apa barang bawaannya?" tanya Ellie, bingung.

"Banyak," kata Hans, matanya menyipit saat dia memberi isyarat, menyiratkan ada bertumpuk-tumpuk koper.

"Dewi tolong aku," gumam Ellie.

"Sudah terlambat." Shelby mengedipkan mata padanya, dan Ellie berniat menjangkau ke seberang meja untuk memukul temannya, tetapi dia tahu yang dikatakannya itu benar. Jika dia meminta Dewi Bulan untuk memberikan pasangan yang ditakdirkan untuknya, mungkin mereka tidak akan mengadakan semua ini--bukan karena dia masih percaya pada sebagian besar hal legendaris itu.

Ellie mendorong kursinya ke belakang dan berdiri. "Aku akan pergi menyapa."

"Boleh kami ikut?" tanya Cane.

"Ya, kami harus memastikan dia tahu harus memperlakukanmu dengan baik... atau kalau tidak," timpal Seth.

"Apa kau bercanda? Pria itu lebih besar daripada kita bertiga digabung," ucap Hans kepada sahabatnya. "Jika dia kurang ajar kepada Ellie, dia menghadapinya sendiri."

Ellie sudah sampai di seberang meja saat itu dan mendorongnya dengan iseng, membuat dia terhuyung dan terdorong ke dinding. Mereka semua tertawa, dan Ellie tahu Hans bercanda. Meskipun ayahnya protektif berlebihan, ketiga pendamping sesat inilah yang harus dikhawatirkannya.

Hanya butuh beberapa menit bagi mereka untuk sampai ke wisma di mana mereka melihat Beta Andrew dan sekelompok orang yang tidak dikenal Ellie sedang menurunkan koper dari mobil SUV besar. Dua mobil lain diparkir di dekatnya. Meskipun dia mengatakan Alpha boleh membawa tamu, dia tidak menyangka ada yang membawa rombongan sebanyak ini. Dia bertanya-tanya apakah ada anggota kawanan Alpha Strand yang tinggal di rumah atau apakah mereka semua ikut.

"Yang itu harus dimasukkan ke lemari," kata seorang pria bertubuh besar, tampan, berotot dengan rambut hitam yang dikuncir kuda. "Hati-hati membawa jasku!"

"Ah, Luna Ellie," kata Andrew, bibirnya datar karena frustrasi. "Senang sekali bertemu denganmu."

Sebelum Strand berbalik, dia menggumamkan kata, "Maaf," kepada Beta-nya, mengetahui bahwa ada urusannya yang lebih penting daripada menurunkan koper. Kemudian, Strand berbalik dan menatap matanya. Dia langsung menghampiri Ellie, ekspresi bersemangat tersembul di wajahnya saat dia menjabat tangan Ellie.

"Luna Ellie, senang akhirnya bisa bertemu denganmu," katanya sambil mengangkat punggung tangan Ellie dan mencium buku-buku jarinya. "Aku Strand Hanson dari Kawanan Serigala Menangis." Dia menurunkan tangan Ellie dan menatap matanya. "Calon suamimu."

Ellie harus menggigit lidahnya untuk menahan tawa, pria itu tampak begitu percaya diri. "Kita lihat saja nanti," katanya. Raut percaya diri di wajahnya tidak goyah. "Senang bertemu denganmu, Alpha Strand, dan kami senang kau datang ke sini. Apa kami tidak sengaja salah memberi tahu tanggalnya? "

"Tidak, tidak, aku mengerti di undangan disebutkan untuk datang besok, tetapi aku suka tepat waktu."

Dengan bilang tepat waktu, Ellie menganggap yang dia maksud lebih awal—jauh lebih awal. "Anggap saja rumah sendiri, dan beri tahu kami jika kau butuh sesuatu. Ada beberapa hal yang harus kuselesaikan sebelum kegiatan dimulai besok, tapi--"

"Mungkin kau punya waktu untuk makan malam denganku?" tanyanya, alisnya melengkung di atas matanya yang gelap.

"Oh, uh, aku sudah berjanji akan makan malam dengan ayahku agar kami bisa membicarakan persiapan terakhir."

Wajah Strand berubah lesu. Itukah alasan dia datang lebih awal? Untuk mencoba menarik hati Ellie sebelum yang lain tiba? Ellie mulai bertanya-tanya apakah Strand menyadari bahwa bukan dia yang akan memilih pemenang - tapi justru didasarkan pada kemampuan. Dan takdir.

"Baiklah kalau begitu. Mungkin kita akan bertemu nanti malam?"

Ellie tersenyum, memutuskan lebih baik bersikap sopan. Bagaimana jika inilah pria yang menang dan dia harus menikah dengannya? Perasaan tak enak itu kembali meradang. "Tentu. Itu ide bagus." Itu bohong, tapi memang, seluruh sayembara ini diselenggarakan atas dasar kebohongan, bukan? Kebohongan bahwa dia ingin menikah?

Ellie menarik napas dalam-dalam dan melangkah pergi, ketiga "adik laki-lakinya" menyusul saat dia hendak pergi bicara dengan ayahnya. Mungkin masih ada waktu untuk membatalkan ini....

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Sang Luna Terakhir   Bab 20: Obrolan di Hutan

    River'Bajingan itu mengalahkanku.' River duduk di luar di teras belakang kabin tempat dia tinggal, memandang ke arah hutan, menyesap bir, mencoba mencari tahu bagaimana Blade berhasil mengalahkannya. Pasti ada sesuatu yang dia simpan atau ada di sakunya, tetapi River tidak dapat membuktikan apa pun, dan Beta Andrew mengklaim bahwa dia telah memeriksa semuanya dengan cermat sebelum, selama, dan setelah acara, dan tidak menemukan apa pun. Jadi... yang bisa dia lakukan hanyalah berusaha lebih baik lagi di acara berikutnya, yang akan diadakan lusa. Itu adalah perlombaan, dan River tahu dia tangkas. Selama Blade tidak menemukan cara untuk curang, River bisa menang. Jika itu masalahnya, dia setidaknya akan imbang dengan Blade untuk tempat pertama dalam pertarungan.Butuh banyak waktu bagi seseorang untuk mengalahkan River dalam pertarungan satu lawan satu. Blade benar-benar harus melakukan kecurangan untuk melakukannya.Setelah menghabiskan birnya, dia memutuskan untuk berjalan-jalan

  • Sang Luna Terakhir   Bab 19: Melambungkan Kayu

    Ellie"Ada yang tidak beres," kata Ellie, mencondongkan tubuh ke ayahnya."Apa yang kamu bicarakan?" Michael bertanya, masih bersorak bersama dengan banyak orang pada lemparan luar biasa yang baru saja dilakukan Blade. "Itu adalah lemparan terjauh yang pernah aku lihat.""Ya, itu benar," Ellie setuju. "Sebuah lemparan yang lazim seperti lemparannya yang lain. Dan... dia bertingkah aneh."Michael menatap Ellie penuh tanya dan kemudian menggelengkan kepalanya. "Sayang, aku tahu dia bukan favoritmu, tetapi jika dia menang, dialah pemenangnya. Kamu setuju untuk mengadakan turnamen ini, ingat? Kamulah yang tidak ingin Moon Goddess memilihkan atau memilih sendiri. Jangan protes sekarang jika segala sesuatunya tidak berjalan seperti yang kamu inginkan.""Protes?" Ellie mengulangi, matanya melebar. Dia tahu arah pembicaraan ayahnya. Ayahnya sama saja berkata, "Aku ingin kamu tahu bahwa aku mungkin tidak terlalu bersungguh-sungguh, tapi aku benar-benar marah kepadamu," nada yang serin

  • Sang Luna Terakhir   Bab 18: Lomba Melempar

    RiverKesombongan Blade memuakkan. Saat River menyaksikan Alpha lainnya menguji berat balok kayu yang akan dia lempar ke tangannya, dia harus berusaha untuk tidak mengejek pria itu. Dia bertindak seolah-olah ada semacam ilmu untuk melakukan hal ini, beberapa teknik yang dia pelajari bertahun-tahun sebagai pelempar kayu ketika semua orang tahu tidak ada satu pun dari peserta turnamen yang memiliki banyak pengalaman dalam urusan melempar kayu melintasi padang rumput terbuka.Blade maju ke garis, dan Beta Andrew berteriak, "Lempar sesuka hati!" sambil berjalan mundur. River menahan tawa. Mereka berusaha sangat keras untuk membuat turnamen ini tampak resmi, seperti Olimpiade untuk siluman serigala, tapi itu semua agak konyol. Ulysses, yang berdiri di sebelah kanan River, kesulitan menahan tawa dan berpura-pura batuk, yang membuatnya tersedak.River memukul punggung Ulysses saat Blade berbalik dan memelototi mereka berdua. "Jangan coba-coba menggangguku!""Maaf," kata River untuk k

  • Sang Luna Terakhir   Bab 17: Turnamen Dimulai

    Ellie"Bagaimana kabarmu, sayang?" Ayahnya memanggil saat Ellie bertemu dengannya di lapangan tempat kontes pertama akan diadakan. Ellie dipenuhi dengan kegembiraan saat ayahnya merangkul lehernya. "Turnamen sebentar lagi dimulai dan akhirnya kamu ada di sini.""Baik, Ayah," katanya, sambil balas memeluk ayahnya. Jelas ayah Ellie bangga dengan turnamen yang dia adakan, dan dia telah melakukan segala sesuatunya dengan baik. Stan-stan dipadati oleh orang-orang yang siap untuk menyaksikan acara pertama, lempar kayu, seperti yang ayah Ellie sebutkan tadi. Sebagian besar dari penonton berasal dari kawanannya sendiri, tetapi Ellie juga melihat wajah-wajah yang tidak asing baginya di antara para tamu. Wajah ibu River menarik perhatiannya. Ellie melambai pada Patricia, yang selalu begitu baik, dan Patricia tersenyum dan balas melambai."Sekarang, aku mempersilakan Beta Andrew menjalankan kontes ini sehingga aku bisa menikmatinya bersama putriku yang cantik," jelas Michael.Di belakang

  • Sang Luna Terakhir   Bab 16: Kecemburuan

    RiverMengetahui bahwa Ellie ke luar untuk berlari bersama Ulysses pagi itu membuatnya merasa sedikit cemburu saat melihat Ellie pulang dari hutan bersama seorang Alpha yang tampan. River berada di lapangan turnamen, bersemangat dan datang awal, mempersiapkan acara pertama kompetisi. Dia mencoba mengalihkan pikirannya dari wanita yang menjadi tuan rumah kontes itu dan dia merasa persiapannya ternyata terasa lebih sulit daripada yang pernah dia pikirkan saat dia pertama kali menyetujui bujukan ibunya untuk mengikuti turnamen ini. Sekarang, melihat wanita jangkung berambut pirang itu dengan anggun berjalan bersama pria lain melintasi lapangan membuat otot-ototnya menegang dan matanya menyipit. Dia harus mengalihkan pandangannya.Padahal itu bisa jadi motivasi yang kuat. Kemenangan selalu menjadi kekuatan penyemangat bagi River, tidak peduli apa pun permainannya. Saat dia bermain kartu dengan teman satu kawanannya, bermain video game dalam tim, atau bermain basket dengan Beta-nya, dia

  • Sang Luna Terakhir   Bab 15: Berjalan-jalan dengan Teman

    Ellie"Apakah lari ini adalah ide darimu?" Ellie bercanda saat dia berjalan bersama Ulysses melewati hutan di pagi hari. Matahari baru saja terbit, dan indah sekali melihat warna-warna langit terpantul dari kilau embun di atas dedaunan musim gugur."Tidak, tidak," kata Ulysses. Mereka berjalan dengan kecepatan yang cukup cepat, tetapi mereka jelas tidak berlari. "Jika aku berlari, lututku akan bengkok, Ellie."Pernyataannya membuat Ellie tertawa. Senang rasanya mendengar Ulysses menyebut namanya seperti itu, seolah-olah mereka adalah teman lama. Sementara Ellie menghargai teman-teman yang dia miliki, "adik laki-lakinya" kadang-kadang agak tidak dewasa, selain itu, Shelby selalu ingin membicarakan Carl. Mengobrol dengan Ulysses terasa menyejukkan, bahkan jika napasnya tidak tersengal-sengal akibat latihan khusus ini, dia bahkan tidak merasa perlu melakukan peregangan setelah selesai."Jadi... apa yang membuatmu memutuskan untuk ikut turnamen gila ini?" Ellie bertanya saat mereka

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status