Share

Keadaan yang Menyakitkan

Mentari telah hadir menyinari bumi, menandakan bahwa dirinya masih bersinar.

Pagi ini, Dewi berencana pergi ke rumah sakit menjenguk Dewa. Walaupun sudah mantan, bukan berarti kita harus saling membenci kan

"Selamat pagi mama," sapa Dewi

"Selamat pagi juga sayang," jawab Bu Susan

"Ma, hari ini aku mau ke rumah sakit jenguk Dewa. Mungkin aku pulang agak sore, karena aku mau ke toko buku juga," ucap Dewi pada Bu Susan.

"Hati-hati di jalan ya Nak, salam sama Dewa dan orang tuanya," jawab Bu Susan.

"Ia ma, Dewi pergi duluh," ucap Dewi lagi sambil pergi.

Sepanjang perjalanan, Dewi selalu memikirkan Dewa. Mau bagaimana lagi, dia masih sayang. Tapi apa hendak di kata, takdir berkata lain, dia harus berpisah dengan kekasihnya.

Sesampainya di rumah sakit, Dewi langsung menuju ke kamar Dewa. Di sana sudah ada orang tua Dewa. Dan betapa kagetnya Dewi saat sampai di kamar Dewa, soalnya Bu Laras, alias mamanya Dewa menangis. Dewi kira terjadi sesuatu sama Dewa. 

"Tante, apa yang terjadi? Kenapa tante menangis? Terus Dewa mana?" tanya Dewi panik.

Tanpa menjawab, Bu Laras memeluk Dewi dan terus menangis. 

"Tante, ada apa sebenarnya?" tanya Dewi lagi.

"Dewa kembali koma sayang, sekarang sedang di tangani oleh dokter," ucap Bu Laras sambil menangis. 

Dewi yang mendengar penuturan Bu Laras pun langsung kaget. Kenapa nasibmu begini sih Dewa. 

Dewi dan Bu Laras pun duduk sambil menunggu kabar selanjutnya. Pak Bambang alias papanya Dewa juga terus gelisa dari tadi. Pak Bambang selalu mondar mandir menunggu kabar dari dokter. Setelah lama menunggu, dokter pun datang.

"Dokter, bagaimana keadaan anak saya? Dia baik-baik saja kan?" tanya Bu Laras dengan penuh khawatir sambil terus menangis.

"Anak ibu sudah melewati masa kritisnya," jawab dokter sambil tersenyum.

"Terima kasih Dokter, terima kasih. Apakah saya boleh melihat Dewa sekarang?"  tanya Bu Laras dan pak Bambang.

"Silahkan bu, pak," jawab dokter. 

Mereka pun langsung menuju ke kamar Dewa. Sesampainya mereka di kamar Dewa, ternyata dia sudah bangun. Mereka sangat bahagia, soalnya Dewa sudah kembali sadar.

Tapi, saat mereka sedang asyik berbincang-bincang, orang tua dari pacarnya Dewa datang dan mereka mengamuk. Katanya anak mereka kecelakaan gara-gara Dewa.

"Hei anak sialan, kamu harus tanggung jawab soal keadaan anak saya. Gara-gara anak sialan itu, anak saya jadi seperti ini" Bentak pak Malik alias papanya Rini. Rini adalah nama pacarnya Dewa.

"Pak, tenang duluh. Apakah bapak tidak lihat keadaan anak saya sekarang? anak saya juga sakit pak," jawab pak Bambang berusaha menenangkan pak Malik.

"Saya tidak mau tau, pokoknya kalian harus bertanggung jawab. Gara-gara anak sialan ini, anak saya masuk rumah sakit," ucap pak Malik sambil pergi membawa Rini.

Mendengar semua itu, Dewa langsung teriak-teriak. Dia tidak menerima keadaannya yang sekarang. Dewi dan orang tuanya mencoba menenangkan dia. Mau bagaimana lagi, ini sudah takdir yang telah di tentukan oleh sang kuasa. Tuhan berusaha untuk memberikan yang terbaik pada umatNYA, namun seringkali kita para manusia mengabaikannya, dan lebih mementingkan ego.

"Nak, ini semua musibah. Tidak ada yang perluh di salahkan, Dewa tidak boleh menyalahkan diri sendiri," ucap pak Bambang  menenangkan Dewa.

"Ia nak, ini semua bukan salah Dewa. Ini musibah, tenangkan dirimu duluh sayang," ucap Bu Laras mencoba untuk menenangkan Dewa juga.

"Ngak ma, pa, ini semua salah Dewa. Dewa yang salah," ucap Dewa sambil menangis histeris.

"Dewa, kamu harus tenang ya. Kamu harus yakin Rini ngak apa-apa, dan ini bukan salah kamu. Ini adalah musibah," ucap Dewi juga menenangkannya.

"Dewi, apa ini karma buat aku? Karena aku telah menyia-nyiakan orang berhati malaikat sepertimu," tanya Dewa yang membuat Dewi semakin sedih.

"Dewa, dengarin aku ya. Ini bukan karma, ini adalah musibah. Tidak ada orang yang tau kapan musibah itu datang, kamu harus percaya itu," jawab Dewi lagi.

"Dewi, maafin aku ya. Aku telah banyak salah padamu" ucap Dewa tiba-tiba minta maaf.

"Minta maaf buat apa? emang kamu salah apa sama aku?" tanya Dewi sambil mengerutkan keningnya.

"Mungkin ini adalah karma buat aku, karena telah menyia-nyiakan orang berhati malaikat seperti kamu," ucap Dewa sambil terus menagis.

"Dewa, kamu ingat ngak kemarin aku ngomong apa? aku kan sudah bilang, keputusan yang telah kamu ambil jangan pernah kamu sesali seburuk apapun keputusanmu itu. Kamu kan sudah bilang ngak akan menyesal," jawab Dewi sambil menahan air matanya supaya tidak membentuk anak sungai, hehehe.

Orang tua Dewa juga sedih mendengar keputusan Dewa untuk meninggalkan Dewi, karena sudah menemukan yang baru. Mereka sangat menyayangkan keputusan Dewa yang sangat menyakitkan itu, dikarenakan Bu Laras dan pak Bambang sudah menganggap Dewi sebagai anak mereka.

"Dewi, maafin Dewa yang telah menyia-nyiakan kamu demi perempuan lain. Tante juga kecewa atas keputusan Dewa, tapi Tante tidak bisa berbuat banyak,"  ucap Bu Laras.

"Ia tante, aku selalu memaafkan dia kok. Lagian, itu adalah keputusannya sendiri. Dewa sudah dewasa, dan dia tau mana yang terbaik buat hidupnya. Jadi, aku tidak bisa melarang dia buat pergi," jawab Dewi sambil meneteskan air mata.

Mendengar penuturan Dewi, Bu Laras semakin sedih. Bahkan, pak Bambang pun ikut menangis.

Dewi melihat jam tangannya, dan ternyata sudah jam 3 sore. Itu berarti dia harus ke toko buku sekarang.

"Om, Tante, Dewa, aku harus pergi sekarang. Aku mau ke toko buku. Semoga cepat sembuh ya Dewa. Saya pamit duluh," ucap Dewi pamit.

"Terima kasih ya Nak, kamu sudah seharian nungguin Dewa," ucap pak Bambang.

"Ia om, sama-sama," jawab Dewi.

"Hati-hati pulangnya ya nak," ucap Bu Laras. 

"Ia tante, terima kasih," jawab Dewi lalu pergi.

***

Sesampainya di toko buku, Dewi langsung mencari buku bahasa Indonesia. Sambil mencari buku yang dia mau, dia terus saja memikirkan keadaan Dewa. Tanpa sengaja, dia menabrak seseorang. 

"Aduh, maaf-maaf, saya tidak sengaja," ucap Dewi.

"Ia, ngak apa-apa kok. Maaf juga," jawab orang itu. Untung dia tidak marah, coba kalau marah, bisa berabe urusannya.

Dewi pun pergi meninggalkan orang itu dan melanjutkan mencari buku.

"Di bagian mana sih itu buku? dari tadi nyari ngak ketemu-ketemu," ucap Dewi pada dirinya sendiri sambil terus menggerutu.

Aku sudah capek mencari buku yang di suruh guru, tapi belum ketemu juga. Aduh capek tau ngak.

Karena ngak berhasil dapat buku itu, Dewi pun pulang. Saat sampai di parkiran, Dewi ketemu lagi sama orang yang dia tabrak tadi.

"Hai, bukannya kamu tadi yang aku tabrak kan?" tanya Dewi.

"Eh kamu, mau pulang ya?" tanya orang itu balik.

"Ia nih, lagian nyari buku ngak ketemu-ketemu."  jawab Dewi lesu.

"Emang nyari buku apa?" tanya orang itu.

"Lagi cari buku bahasa Indonesia, tapi susah nyarinya,"  jawab Dewi.

"Oh, mari saya antar. Kebetulan toko ini milik saya," ucap orang itu.

"Serius?" tanya Dewi merasa senang.

"Ia," jawab orang itu.

"Oh iya, kita belum kenalan. Nama saya Yuda, kalau adek?" tanya orang itu, yang ternyata bernama Yuda.

"Saya Dewi kak," jawab Dewi.

Setelah berkenalan, mereka pun kembali lagi ke toko Permata milik Yuda.

"Kak, bukunya di sebelah mana?" tanya Dewi.

"Di sebelah kanan dek, samping buku akuntansi," jawab Yuda.

"Tadi saya kesana kak, tapi kok nggak nemu ya? Apa saya kurang teliti kali ya kak," jawab Dewi sambil tersenyum.

Saat Dewi melihat rak buku bahasa Indonesia, dia menemukannya. Tapi, bukunya tinggi sekali, bagaimana dia bisa mengambilnya? Dewi pun melompat-lompat untuk mengambil buku itu, tapi tidak sampai-sampai juga. Tiba-tiba, dia merasa ada yang berdiri di belakangnya. Dia pun jadi merinding. Saat berbalik, dan ternyata Yuda. 

"Eh kakak, kok ngak bilang-bilang kalau kakak ada di belakangku?" tanya Dewi agak malu.

"Soalnya kamu sibuk sekali sih, jadi ngak dengar kakak," jawab Yuda dengan santai.

Setelah mendapat buku yang dia mau, dia pun  membayar dan langsung pergi tanpa mengucapkan terima kasih pada Yuda.

Di perjalanan, Dewi terus mengingat kejadian tadi. Dia sangat bingung sendiri, kok bisa ya dia sampai deh degan dekat Yuda.

Rasa suka memang tidak di tau kapan datang. Seperti ini, datang tiba-tiba tanpa permisi. Bukannya Dewi mulai berpaling ya, tapi dia memang mudah sekali suka sama orang, tapi sulit untuk jatuh cinta.

Ah, ada apa dengan hari ini, Dewi jadi pusing sendiri.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status