Share

Di Putuskan

Hari ini adalah hari rabu, hari di mana Dewa keluar dari rumah sakit. Karena Dewi di minta oleh Bu Laras ke rumah sakit pagi ini, makanya Dewi pun bersiap-siap. 

Tapi karena ada kendala, mungkin dia berangkat agak siang. Karena Dewa keluar dari rumah sakit juga  sore sekitar pukul 16.00.

Hari ini Dewi harus menuntaskan naskahnya duluh dan harus di kirim sebelum sore untuk review.

***

Setelah menyelesaikan naskah, Dewi mengirimnya lalu berangkat ke rumah sakit. Di perjalanan, Dewi di telepon ole Bu Laras dan di suruh cepat-cepat ke rumah sakit. Katanya Dewa mengamuk, jadi Dewi cepat-cepat.

Setelah sampai di rumah sakit, Dewi langsung menuju ke kamar Dewa. Sampai di kamarnya, Dewi sangat kaget karena di sana sudah ada Rini beserta orang tuanya.

"Ada apa ini tante? kok semuanya tegang gini?" tanya Dewi penasaran.

Tapi tidak ada yang menjawab, Dewi melihat Bu Laras tapi dia hanya nangis. Pak Bambang juga diam saja, sementara Dewa diam seribu bahasa. Dewi semakin bingung dengan situasi ini.

Tidak lama kemudian, papanya Rini marah-marah memecah keheningan. 

"Saya tidak mau tau, pokoknya kalian harus ganti rugi atas biaya rumah sakit anak saya. Gara-gara anak anda, anak saya jadi pakai kursi roda sekarang. Dan untuk kamu Dewa, jangan pernah temui anak saya lagi. Kalau tidak, kamu akan terima akibatnya," ucap pak Malik dengan lantang, seakan suaranya akan membelah rumah sakit.

"Ini semua gara-gara kamu, aku tidak akan pakai kursi roda kalau tidak pacaran sama kamu Dewa. Pokoknya, kamu yang ganti biaya rumah sakit! Aku tidak mau tau, dan hari ini juga kita putus," kata Rini dengan amarah yang memuncak.

Dewa yang mendengar perkataan Rini pun langsung kaget dan lemas. Dia tidak menyangka akan seperti ini. Dia hanya diam seribu bahasa, tanpa mencegah Rini minta putus. Sebenarnya, Dewi kasihan melihat hubungan mereka seperti ini, tapi mau di apa, dia tidak punya hak menghentikan hal ini terjadi.

"Saya akan bertanggung jawab atas kejadian ini Pak. Saya atas nama Papanya Dewa minta maaf yang sebesar-besarnya, dan saya akan memantau anak saya agar tidak menemui Rini lagi," ucap pak Bambang sambil membungkuk tanda permintaan maaf.

Tapi, orang tua Rini pergi begitu saja membawa anaknya tanpa menghiraukan perkataan pak Bambang. Mungkin pak Bambang merasa marah tidak di hiraukan, makanya dia memarahi Dewa.

"Salah papa apa sama kamu nak? Kenapa kamu membuat papa malu seperti ini haaa?" ucap pak Bambang dengan nada keras sambil pergi.

Sementara Bu Laras memeluk Dewa, untuk menenangkannya. Dewi pun mendekat juga untuk menenangkan Dewa dan mamanya.

"Tante yang sabar ya, Dewa juga. Jangan putus asa, ini adalah cobaan buat tante dan Dewa," ucap Dewi menenangkan mereka.

"Terima kasih ya Dewi, kamu selalu ada buat aku, walaupun aku sering menyakiti kamu. Andai ada kesempatan kedua, aku ingin memperbaiki semuanya. Tapi aku sadar, aku bukanlah yang terbaik dan aku tidak pantas untuk kamu lagi," kata Dewa sedih.

"Maaf Dewa, aku masih butuh waktu untuk menenangkan diri duluh," jawab Dewi.

***

Hari sudah sore, mereka pun beres-beres karena Dewa sudah bisa pulang. Bu Laras pergi mengurus administrasi.

"Dewi, Dewa, Mama mau urus administrasi duluh ya," ucap Bu Laras. 

"Ia tante," jawab Dewi, tapi Dewa diam saja.

Setelah Bu Laras pergi, Dewa langsung memeluk Dewi dari belakang, Dewi jadi kaget kan. 

"Dewa apa-apaan sih kamu, lepasin nggak!" ucap Dewi melepaskan diri, tapi Dewa malah mempererat pelukannya.

"Dewi, maafin aku. Aku sudah membuatmu sakit hati. Aku memang pacar yang tidak pernah bersyukur memiliki pacar berhati malaikat seperti kamu. Dewi, maafin aku," ucap Dewa sambil menangis.

"Dewa, hari itu aku sudah bilang, jangan menyesali apa yang telah kamu pilih, dan kamu bilang tidak akan pernah menyesal. Lalu apa sekarang? pengakuan macam apa ini Dewa?" Bentak Dewi karena tersulut emosi.

Perlahan Dewa pun melepas pelukannya, lalu membalikkan tubuh Dewi menghadap dia. 

"Dewi, please kasih aku kesempatan kedua. Aku menyesal pernah membuatmu sakit hati, pernah menyia-nyiakan cintamu yang begitu tulus, maafin aku," ucap Dewa sambil berlutut menangis.

Baru kali ini Dewi melihat Dewa sesedih ini, hatinya berkecamuk melihat Dewa seperti ini. Ingin rasanya Dewi memeluknya untuk menenangkannya, namun ada keraguan di hatinya. Dia masih sakit hati atas kejadia beberapa waktu yang lalu, dimana Dewa dengan bersikeras ingin mengakhiri hubungan yang telah lama mereka bina.

Oh Tuhan, apa yang harus aku lakukan? Mungkinkah aku harus memberikan dia kesempatan kedua? Tapi aku masih belum bisa melupakan kejadian dimana dia mematahkan hatiku. Bisa saja, suatu saat dia akan mengulangi kesalahannya lagi. Batin Dewi. Tak lama kemudian, Bu Laras kembali. 

"Bagaimana tante? apa kita sudah bisa pulang?" tanya Dewi setelah Bu Laras memasuki ruangan.

"Ia nak, sekarang kita bisa pulang. Oh iya nak, kamu bawah mobil ke sini atau tidak?" tanya Bu Laras.

"Tidak tante, tadi aku naik taxi ke sini. Emangnya kenapa tante?" tanya Dewi.

"Kalau begitu, kamu pulang sama tante dan Dewa ya. Nanti tante yang nyetir, kamu jaga Dewa," jawab Bu Laras.

"Baik tante," jawab Dewi mengiyakan. Mereka pun menuju ke mobil, untuk pulang ke rumah. 

***

Di perjalanan pulang, mereka ngobrol-ngobrol banyak hal tentang kehidupan mereka. Tapi, mungkin Dewa yang manja atau memang ngantuk, dia nyender di bahu Dewi, kan berat.

"Dewa, jangan gitu ah, Kamu berat tau," ucap Dewi sambil menggeser kepala Dewa. Eh, Dewa yang manja  malah tambah lengket kek cicak di dinding.

"Mmm, jangan gerak terus dong. Aku kangen banget sama kamu, jadi biarkan aku sandar sebentar," ucap Dewa dengan sangat manja, membuat Dewi teringat kembali masa-masa indah bersama Dewa  dimana Dewa selalu manja padanya.

"Enak ajah, kamu lupa ya. Kita sudah putus, jadi tolong tu kepala di minggirin ya," balas Dewi menyuruhnya minggir.

"Nggak mau," jawab Dewa tambah manja. Bu Laras yang melihat kelakuan mereka hanya bisa senyum-senyum sendiri.

"Aduh, kalian ini kayak romeo dan juliet ajah deh, ngegemasin tau nggak," ucap Bu Laras sambil tertawa.

"Apaan sih Tante, Dewa ajah yang selalu memancing keributan," jawab Dewi menjelaskan. 

"Cieee yang ngambek nih eh, ihhhh gemessss deh," ucap Bu Laras yang membuat Dewi semakin bete, tapi Dewa malah ketawa-ketawa saja.

"Ahhh bete aku, ini juga ngapain sih nyender-nyender muluh kayak lumut," ucap Dewi bete.

Tapi tidak bisa dipungkiri, bahwa Dewi sungguh bahagia bisa duduk di samping Dewa lagi. 

Tak terasa, mereka sudah sampai di rumah Dewa. 

"Dewa, oiii bangun, kita sudah sampai. ucap Dewi membangunkan Dewa, eh dia malah keenakan tidur. 

"Aduh sayang, jangan gerak terus dong, aku lagi tidur," ucap Dewa dengan manja sambil mengelus-elus mukanya di pundak Dewi.

"Sayang sayang, mantan ajah kali. Udah ah bangun kita sudah sampai Dewa," seru Dewi sambil berteriak yang membuat Dewa  langsung bangun. Dewi pun langsung ketawa karena tingkahnya lucu sekali.

"Jahat kamu, tega amat. Kamu tau ngak aku lagi mimpi indah," ucap Dewa memonyongkan bibirnya.

"Terserah, mau mimpi indah kek, mau mimpi di kejar harimau kek, aku tidak peduli. Suka-suka aku lah, ihhh emang kamu siapa?" ucap Dewi judes.

"Auh ah, ayo masuk. Aku ngantuk sekali," ucap Dewa bermanja-manja, seperti anak kecil saja.

"Apa urusannya sama aku, yang ngantuk kamu bukan saya," jawab Dewi sambil tersenyum. Eh Dewa malah merengek-merengek dari belakang.

Sesampainya di dalam rumah, mereka pun langsung duduk di sofa karena capek seharian beraktifitas.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status