Share

Negeri dalam Mimpi

"Dewaaaa, kamu di mana? Aku takut," teriak Dewi memanggil Dewa sambil menangis ketakutan, dan duduk di pojok lemari bersembunyi.

Tadi, Dewa menyuruhnya untuk menunggu di tempat penjual barang-barang antik. Katanya, dia mau mencari makanan buat Dewi, karena dia masih lapar. Ya elah, perutnya karet kali ya, hehehe.

Tapi, di saat Dewi menunggu Dewa, ada segerombolan penjahat mengganggunya. Ya, katanya makmur, kok masih ada penjahat ya. Aduh, dunia dunia.

"Hai nona cantik, sedang apa di sini. Mengapa engkau sendirian? Kita temani  main-main ya," ucap salah satu dari mereka ketawa sambil memegang tangan Dewi.

"Maaf pak, saya sedang menunggu teman saya," jawab Dewi tenang sambil melepaskan tangannya.

"Main sama kita-kita saja, kita kasih yang enak-enak. Hahahaha," kata yang lainnya lagi memegang rambut Dewi sambil tertawa.

"Pak, maaf ya saya sedang menunggu teman saya. Kenapa bapak-bapak ini selalu mengganggu? Saya sudah bilang saya tidak mau," ucap Dewi sambil marah-marah karena jengkel.

"Waahhh Nona ini sangat pemarah ya. Kita beri dia pelajaran berharga," seru salah satu penjahat itu sambil mendekat ke arah Dewi.

Dewi mencoba lari dari para penjahat itu. Namun, mereka tetap mengejarnya. Dia mencoba lari sekuat tenaga dan mencoba untuk bersembunyi. 

Untung ada sebuah tempat yang tertutup, lalu Dewi pun sembunyi di tempat itu. Walaupun dia sangat gemetaran karena ketakutan, namun dia mencoba tetap bertahan agar tidak ketahuan.

"Hei nona cantik, di mana dirimu. Ayolah keluar, kita ada hadiah buat Nona," ucap seseorang sambil terus tertawa, dan itu membuat Dewi bergidik ngeri. 

***

"Permisi pak, apakah anda melihat seorang gadis di sini? tingginya kira-kira sebahu saya," tanya Dewa pada penjual pernak-pernik.

"Maaf tuan, tadi gadis itu lari ke arah sana. Sepertinya ada yang mengejar-ngejar dia," jawab sang penjual pernak-pernik.

"Apa? baik, terima kasih pak," ucap Dewa sembari berlari mencari Dewi.

Saat Dewi melihat ada yang datang, dia pun semakin ketakutan. Dan di saat yang bersamaan, dari arah Barat dia melihat Dewa berlari ke tempat di mana Dewi bersembunyi.

Tanpa memikirkan apa pun lagi, dia keluar dari tempat persembunyian dan memanggil nama Dewa. Tapi parah penjahat itu mendengar teriakannya dan akhirnya mereka mendekat. Beruntung tadi, Dewa mendengar panggilannya, jadi dia datang menolong Dewi.

Dewi pun refleks memeluknya, karena dia sangat ketakutan.

"Kamu kemana saja? aku takut sekali hiks hiks," ucap Dewi sambil menangis tersedu-sedu.

"Maafkan aku Dewi, ini salahku. Aku yang teledor telah meninggalkan kamu sendirian. Maafkan aku," jawan Dewa seraya mempererat pelukannya.

"Ya sudah, kita pergi dari sini yuk. Kita pergi ke tempatku," ajak Dewa.

"Tapi, aku takut. Nanti orang tuamu tidak suka aku ke rumahmu," ucap Dewi menghentikan langkahnya.

"Dewi, aku di rumah tinggal sendiri. Lagipula, ayahanda dan ibunda berada di kerajaan. Jadi, tidak ada yang akan memarahiku ," jawab Dewa sambil tersenyum.

Dewi pun mengiyakan ajakan Dewa. Lagian, kalau dia tidak mengikutinya, dia harus tinggal di mana? ya kan. Lagipula, ini kan di dalam mimpi. Jadi, dua nggak perluh khawatir.

Mereka pun menuju ke rumah Dewa, dan Dewi sesekali mengagumi tempat dalam mimpinya itu. Sebuah tempat yang sangat indah dan Dewi rasa tempat ini adalah sorga. 

Bagaimana tidak, tempat ini sangat mengagumkan. Seumur-umur, dia belum pernah melihatnya di dunianya. 

Tak henti-hentinya Dewi berdecak kagum oleh keindahan negeri dalam mimpinya itu.

Tak lama kemudian, mereka pun tiba di sebuah rumah yang cukup besar, dan sangat terawat. Sepertinya pemilik rumah ini sangat telaten mengurus rumahnya.

"Dewa, ini rumah kamu?" tanya Dewi sambil berdecak kagum tatkala memasuki rumah bak istana itu.

Ternyata, bagian dalamnya sangatlah indah, sangat mewah, dan sangat nyaman, itulah gambaran yang cocok menggambarkan rumah tersebut.

"Ia, ada yang salah? atau kamu tidak suka? apa rumahku ini tidak bagus ya, nanti kita pindah ke rumah yang lain," ucap Dewa yang membuat Dewi menganga.

Bagaimana tidak, rumah sebesar ini dia bilang tidak bagus. Dan dia masih punya rumah lagi. wawawa hidupnya sangat beruntung ya. Seandainya ini dunia nyata, mungkin dia bisa masuk ke dalam daftar orang terkaya di dunia. 

"Ehhh tidak tidak, rumah kamu bagus sekali. Apa kamu benar-benar sendiarian di tempat sebesar ini?" tanya Dewi menyelidik.

"Ia, aku memang sendirian di tempat ini. Memang kenapa?" tanya Dewa balik.

"Ya tidak apa-apa, aku cuma bertanya," jawab Dewi asal, sambil terus memperhatikan sekitar. Sungguh, keindahan yang hakiki.

"Ia Dewi, mari aku antar ke kamar, sekalian kamu bersih-bersih juga," ucap Dewa yang membuat Dewi mengangguk saja. Berhubung badannya sudah lengket banget, jadi dia mengiyakan saja.

"Baiklah," jawab Dewi.

Dia pun mengantar Dewi ke salah satu kamar miliknya. Dan setelah Dewa membuka pintu kamarnya, Dewi pun langsung terkesima oleh isi kamar itu yang menurutnya sangat luar biasa.

"Ini benaran kamar kamu Dewa?" tanya Dewi memastikan.

Sebuah kamar yang berukuran besar, dengan gaya tradisional kuno dengan nuansa kerajaan ini sangatlah indah. Dewi sampai melongo di buatnya.

"Ini bukan kamar aku lagi, melainkan kamar kamu," jawab Dewa sambil membalikkan badan Dewi menghadap padanya.

"Haaa yang benar saja kamu Dewa, aku kan di sini hanya sementara. Mengapa aku di berikan kamar ini. Ya nggak mungkinlah," jawab Dewi sambil tersenyum.

Tanpa di duga, tiba-tiba si Dewa meluk Dewi. Dia jadi takut, apalagi di sini hanya ada mereka berdua.

"Dewa lepaskan, jangan aneh-aneh ya," ucap Dewi yang membuat Dewa melepas pelukannya.

"Maaf-maaf, aku hanya merindukanmu. Setelah sekian lama kamu menghilang, akhirnya kamu kembali lagi," ucap Dewa yang membuat Dewi jadi penasaran.

"Maksud kamu apa? aku pernah hilang?" tanya Dewi tidak percaya.

"Ayo kemari, aku akan menunjukkan sesuatu padamu," ucap Dewa yang membuat Dewi mengikuti langkahnya masuk ke kamar yang di berikannya pada Dewi.

Dia pun menunjuk sebuah lukisan yang mirip sekali dengan Dewi. Bukan lagi mirip, tapi itu adalah lukisan wajahnya.

"Ini maksudnya apa Dewa? kenapa lukisan wajah aku ada di sini?" tanya Dewi tidak percaya.

"Karena kamu adalah Dewiku," jawab Dewa yang membuat Dewi semakin bingung.

"Maksud kamu apa?" tanya Dewi kembali.

"Baik aku akan ceritakan. Kamu adalah kekasihku dahulu, dan semenjak kepergian kamu ke bukit naga untuk mengambil obat untukku, semenjak itu juga kamu tidak pernah lagi kembali. Bertahun-tahun aku menunggumu, berharap kamu akan kembali kepadaku. Dan waktu aku pergi berkelana ke hutan Selatan, akhirnya aku menemukanmu, tapi kamu seakan berbeda dari Dewi yang aku kenal dahulu. Sifat, pakaian, semua beda. hanya wajah dan ketulusanlah yang masih menggambarkan bahwa kamu adalah Dewi yang selalu aku rindukan," ucap Dewa menjelaskan panjang lebar.

"Maafkan aku Dewa, tapi aku tidak mengingat sama sekali tentang tempat ini," jawab Dewi masih bingung.

"Ia, aku juga tidak memaksa kamu mengingat semuanya. Dengan kehadiran kamu saja, aku sudah sangat bahagia. Walaupun kamu sudah melupakan semua tentang kita, tapi aku akan tetap menunggumu," ucap Dewa sambil mengelus rambut Dewi dengan sedih.

Dewi pun merasa tidak enak, dan mencoba menenangkan Dewa. Tidak di dunia nyata, tidak dalam mimpi, sifat Dewa tetap sama, yaitu gampang baper.

"Kamu jangan sedih dong, ya sudah kamu duduk duluh di sini. Aku ada sesuatu buat kamu," ucap Dewi sambil mengambil cokelat dari tasnya. Dia juga binging, kok bisa ya dia membawa makanan-makanan ini ke dalam mimpinya, padahal kan pas dia tidur, tidak ada makanan apapun di sampingnya.

"Nah, ini dia, cokelat penghilang rasa sedih hehehe," ucap Dewi sambil memberikan setoples cokelat kesukaannya pada Dewa.

Dia malah melihat-lihat saja, mungkin dia tidak tahu cara bukanya kali. Dewi pun membukanya lalu memberikan padanya.

Dan saat Dewa memakannya, ternyata dia sangat menyukainya. Akhirnya, dia pun menghabiskan satu demi satu. Sepertinya dia sangat suka, Dewi pun jadi senang. Setidaknya dia sudah tidak sedih lagi. Dewi pun berpaling membelakanginya untuk mengambil Hpnya di tas. Tiba-tiba Dewa memanggil Dewi.

"Dewi," panggilnya 

Dewi pun menoleh, dan sangat terkejut. Bagaimana tidak, Dewa memakan sebuah cokelat lalu memberikannya pada Dewi lewat mulutnya. Ini sama saja dengan ciuman kan.

Tiba-tiba, Dewi merasakan sekujur tubuhnya seperti di sengat listrik, dan badannya terasa panas di buatnya.

Adegan itu cukup lama, dan sepertinya Dewa sangat menikmati adegan itu. Dia tidak tau apa kalau jantung Dewi hampir copot.

Saksikan kelanjutannya, di next episode.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status