Share

Sang Malaikat
Sang Malaikat
Penulis: Sermiati mdk

Tentang Hati

"Mengapa engkau berpaling? apakah aku tidak baik, ataukah aku terlalu terobsesi memilikimu? katakanlah apa yang kamu inginkan agar aku perbaiki," ucap gadis itu dengan nada sedih.

"Aku sudah bosan sama kamu, kamu sudah tidak menarik bagiku. Aku sudah memiliki pujaan hati," jawab sang laki laki tanpa rasa bersalah.

"Tidak sadarkah kamu akan ucapanmu? bosan itu hanya sementara, tidak untuk selamanya," ucap sang gadis lagi.

"Aahhh jangan banyak omong. Pokoknya hari ini juga aku ingin mengakhiri hubungan ini," jawab si laki laki dengan tegas.

"Baiklah, aku bukan orang yang sempurna. Aku juga tidak bisa melarangmu memilih pasangan hidupmu, karena itulah yang akan menjadi teman hidupmu selamanya," ucap si gadis lagi dengan perasaan sedih.

"Ok, hari ini kita akhiri hubungan kita. Sekarang kamu bebas, aku tidak akan ikut campur lagi," jawab sang laki laki sambil tersenyum sinis.

"Baiklah, aku tidak akan mengganggumu lagi. Tapi kamu harus ingat, akan ada saatnya nanti kamu akan menyesal tentang tindakanmu hari ini. mungkin bukan besok atau lusa, tapi di kemudian hari," kata sang gadis itu sambil pergi, dan si laki laki itu pun juga pergi ke arah yang berbeda.

Sekarang, kedua kekasih itu pun resmi putus dan mereka tidak ada hubungan lagi kecuali pertemanan. Sang gadis itu tidak menganggap bahwa itu adalah hal yang buruk, tapi itu adalah awal dari yang baru untuk dirinya. Sesuatu yang menyakitkan pasti ada tujuan tertentu, tapi kita tidak tau apa itu.

Okelah, mungkin kita akan merasa kehilangan 1 atau 2 minggu, tapi lama kelamaan kita pasti terbiasa.

Mungkin kita akan menyalahkan semua, bahkan yang lebih parah kita bisa saja menyalahkan Tuhan. Emang itu Tuhan memprovokasi hubungan kita apa, tidak kan. Jadi, berpikirlah yang benar. Dia pergi mungkin karena ada hal yang membuatnya tidak nyaman, bicarakan baik baik sebelum mengambil keputusan. Siapa tau nanti menyesal akhirnya, kan jadi serba salah jadinya.

Tanya pada hati kita, apa yang sebenarnya dia inginkan. Jangan cuma pikiran saja yang jalan, tapi hati tidak. Cobalah jalankan dua duanya, siapa tau kita akan menemukan jalan keluarnya kan, siapa yang tau.

Hati itu sangat sensitif sebenarnya. Tapi, kitalah yang tidak pernah mendengarnya. Kita hanya mengandalkan otak kita, dari apa yang kita lihat, dari apa yang kita dengar. Tapi, kita tidak pernah mengetahui bahkan tidak tau apa yang sedang dirasakan oleh hati.

Makanya, tanya diri baik baik. Apa saya bisa memutuskan sebuah hubungan dengan alasan bosan atau apalah itu. Karena takutnya, di kemudian hari ada penyesalan, kan tidak lucu.

Jadi, cobalah membenahi diri masing masing. Autor juga selalu berusaha untuk berbenah diri kok hehehe, bukan cuma nulis ya tapi lagi berusaha juga.

***

Hari ini adalah hari yang membuat si gadis itu muram, karena tidak ada lagi sang kekasih  yang selalu meramaikan harinya. Meskipun dia telah merelakan dan melepaskannya, tapi hatinya masih milik sang kekasih.

Karena bosan di rumah, dia pun memutuskan untuk keluar jalan jalan. Hanya jalan jalan saja, untuk menghibur hati yang sedang merana hehehehe.

Di perjalanan, dia bertemu dengan teman temannya yang kebetulan sedang jalan jalan juga. Jadinya dia memutuskan untuk gabung sama mereka. Tidak lama setelah jalan jalan, salah satu teman ceweknya melihat pacarnya jalan sama cewek lain, eh bukan pacar juga sih tapi mantan.

"Eh Dewi, bukannya itu pacar kamu ya? kok dia jalan sama orang lain?" tanya teman ceweknya yang bernama Jihan. 

Ya, nama sang gadis itu adalah Dewi. Seperti namanya, wajahnya memang berparas cantik bagaikan seorang dewi.

"Mmmm itu bukan urusan aku lagi, kemarin kami sudah putus hehehe. Makanya dia jalan sama perempuan lain," jawab Dewi tersenyum tapi terluka.

"Whatttt." Reaksi teman temannya kaget sekali saat tau mereka sudah putus.

"Dewi, kamu tidak lagi bercanda kan?  kamu serius?" Tanya temannya yang namanya Clara.

"Untuk apa aku bercanda, tidak baik. Jadi, kemarin dia mutusin aku. Aku juga ngak nyangka bakalan begini akhirnya," jawab Dewi dengan sedih.

""Kamu yang sabar ya Dewi, mungkin dia bukan yang tepat buat kamu," ucap temannya yang bernama Sinta.

"Ia, makasih ya," jawab Dewi.

Lalu mereka pun pergi dari tempat itu, dan melanjutkan jalan jalan. Ya mungkin kata pepatah memang benar bahwa cinta tak harus memiliki untuk melihatnya bahagia.

Sebenarnya, hati Dewi masih sakit melihat kejadian itu. Tapi mau apa hendak di kata, dia bukan miliknya lagi. Mau bagaimana pun juga dia sudah ada yang punya.

Daripada memikirkan hal yang membuat kita merasa sakit, lebih baik memikirkan apa yang akan terjadi pada kita selanjutnya hehehehe.

Lagian, melihat orang yang kita cintai bahagia, kita juga bisa bahagia. Jadi, apapun yang menjadi keputusannya, kita harus ikhlas dan ikut bahagia untuknya, walau kita harus menyimpan luka itu sendiri.

"Eh teman teman, di sana sepertinya ada keramaian. Kita ke sana yuk, sepertinya ada yang berkelahi. Ayo kita lihat apa yang terjadi," ajak Dewi pada teman temannya.

"Eh ia, ada apa ya? Kok ramai banget?" Tanya Sinta.

"Makanya ayo ke sana," ucap Clara yang mendapat anggukan dari semuanya.

Sesampainya di tempat tersebut, mereka semua kaget bukan main. Bagaimana tidak? mantan Dewi dan pacar barunya itu kecelakaan. Dewi dan teman temannya  sangat gemetaran karena baru kali ini mereka melihat Dewa berlumuran darah dan tidak sadarkan diri begitu juga dengan pacarnya. Ya, nama laki-laki itu adalah Dewa.

Tidak berapa lama, tempat itu pun ramai. Mantan Dewi dan pacarnya di bawah ke rumah sakit, Dewi juga ikut soalnya dia sangat khawatir dengan keadaannya. Eitsss jangan salah paham duluh, dia tidak berniat merebut dia ya hehehehe, atau apalah itu.

Dewi paling nggak tegaan melihat yang seperti ini, apalagi orang itu pernah mengisi hari harinya. Ya ngak mungkin kan dia tega pura pura tidak tau kalau mantannya itu mengalami musibah, author rasa kita semua tidak akan mengabaikan hal seperti ini siapapun itu kan.

"Ya ampun Dewa, kok kamu bisa seperti ini sih? kamu mikirin apa sih bawah motor, kok sampai nabrak. Kamu tau ngak hati aku sakit melihat kamu sepeti ini. jangan sampai kenapa kenapa ya," ucap Dewi berbisik pada Dewa.

"Kamu harus sembuh ya, ingat kamu ada seseorang yang selalu ingin melihatmu tersenyum, ada orang tua kamu yang selalu ingin melihatmu bahagia, ada pacar kamu, ada teman teman kamu. Kamu harus kuat ya," ucap Dewi setengah berbisik, dan tanpa sadar air matanya keluar.

Setelah beberapa saat, akhirnya sampailah mereka di rumah sakit. Para tenaga medis pun langsung bergerak menangani mereka berdua. Dewi hanya bisa menunggu di luar dengan perasaan campur aduk, entah apa yang dia pikirkan. 

Tak lama setelah itu, orang tua Dewa datang karena di telepon oleh Dewi, dan mereka sangat panik. Bagaimana tidak, Dewa adalah satu satunya anak mereka alias anak tunggal. 

"Dewi, apa yang terjadi? Kenapa Dewa sampai kecelakaan? Tanya tante Laras dengan penuh kepanikan.

"Aku juga tidak tau kenapa Dewa sampai kecelakaan begini tante," jawab Dewi memeluk tante Laras untuk menenangkannya.

Om Bambang juga kelihatan panik sekali. Dia sangat menyayangi anak semata wayangnya itu. 

Hati Dewi juga sakit melihat Dewa seperti itu. Apalagi Dewi belum pernah melihat Dewa sakit sampai seperti ini.

Mereka sangat gelisa menanti apa yang akan terjadi selanjutnya. Mereka tak henti hentinya berdoa pada Tuhan menantikan keajaiban dariNYA. Setelah lama menunggu, dokter pun keluar.

"Dokter, bagaimana keadaan anak saya?" Tanya tante Laras dengan harapan anaknya baik baik saja.

"Ia dokter, anak saya bagaimana? Tanya om Bambang juga.

"Tenang bu, anak ibu sudah baik baik saja. Hanya saja, kemungkinan besar anak ibu akan lumpuh," jawab Dokter merasa bersalah.

Tante Laras yang mendengar penuturan dokter pun langsung terjatuh lemas. Dewi juga tidak habis pikir kalau akan separah ini, ya mau gimana lagi ini adalah takdirnya yang harus di terima oleh Dewa.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status