Share

Bab 156

Penulis: Abimana
Melihat beras, mi, minyak dan bahan makanan dibawa ke dalam rumah satu per satu, Jairo dan Dipta yang tadi mengejek Arjuna sebagai pecundang, serta mengancam akan mengusirnya dari Desa Sava pun tercengang.

Terutama Wulan yang paling sinis.

Dia menatap kayu bakar, beras, mi, serta kain-kain dengan lekat.

Ketika tatapannya akhirnya tertuju pada daging, air liur tanpa sadar mengalir dari sudut mulutnya.

Sungguh tak disangka cucu-cucu merugi yang dibesarkan oleh kedua tua bangka itu benar-benar mendapat seorang suami kaya.

"Hei, bung, kamu pasti lelah datang jauh-jauh ke sini. Ayo, biar aku bantu mengambilnya."

Sebagai orang yang rakus dan tak tahu malu, Wulan berlari ke depan Ravin, ingin mengambil daging dari tangannya.

"Tidak perlu."

Meskipun Ravin tidak tahu siapa Wulan bagi Alsava bersaudari, dia dapat menebak bahwa mereka adalah saudara. Entah apa saja yang terjadi di rumah ini tadi.

Namun sebelum dia tiba, suasana di rumah ini pasti sudah buruk. Para kerabat Alsava bersaudari pasti
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 157

    "Siapa satu keluarga dengan kalian? Keluar! Kalau tidak, jangan salahkan anak panahku melayang sembarangan!""Tadi kalian sudah tanda tangan dan resmi memutuskan hubungan kalian dengan kakek-nenek. Kalau kalian tidak pergi, artinya kalian melanggar hukum Kerajaan Bratajaya. Kami bisa menuntut kalian.""Sebelum beras dan mi kami tiba, bukankah Paman Jairo dan Paman Dipta keluar dari batu? Begitu beras dan mi tiba, kalian jadi keluar dari perut Nenek?""Intinya, kalian adalah manusia sampah yang ingin menelantarkan orang tua sendiri ketika tidak ada makanan. Begitu ada makanan baru mengakui orang tua sendiri. Satu keluarga? Itu hanya alasan kalian untuk kebagian beras, mi, daging dan bahan-bahan makanan ini."Ketiga saudari itu mengusir orang secara bergantian.Disa adalah orang pertama yang berbicara, kemudian diikuti oleh Dinda dan Daisha.Suara Disa adalah yang paling sederhana dan brutal. Jika mereka tidak mau pergi, maka mereka semua akan bertarung.Keahliannya sudah cukup bagus. Se

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 158

    "Tuan, Tuan, dia memukulmu begitu parah ...." Wulan mendongak, lalu dia berteriak marah kepada Arjuna. "Bayar! Paling sedikit ...."Jairo mengangkat tiga jari.Wulan melirik tangan Jairo lalu berkata, "Tiga tael perak!"Ekspresi Jairo langsung berubah dari kesakitan hingga menyengir semangat.Wanita ini bahkan lebih kejam darinya.Tiga jari yang dia maksud adalah tiga ratus sen.Semua yang mereka hasilkan sepanjang tahun ini, totalnya bahkan kurang dari tiga tael perak.Penduduk desa yang ada di luar juga terkejut.Tiga tael perak!Banyak sekali, Wulan jelas-jelas serakah.Tak lama kemudian, perhatian penduduk desa beralih dari Wulan ke Arjuna untuk melihat apakah pria itu akan memberikan uang sebanyak itu.Pendapat pertama adalah, permintaan itu terlalu banyak. Arjuna tidak bisa memberinya.Pendapat kedua adalah, Arjuna dapat membeli begitu banyak barang sekaligus, dia pasti bisa.Lambat laun, lebih banyak orang yang setuju dengan pendapat kedua daripada yang pertama.Setelah itu, beb

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 159

    Jairo memegang tangannya yang patah. Rasa sakit membuat wajahnya terlihat menyeramkan dan ganas. "Kamu benar-benar arogan. Apakah kamu pikir dengan memiliki sedikit uang, kamu bisa menyelesaikan semuanya?"Arjuna tersenyum dingin. "Benar sekali. Hari ini aku memang akan memberimu pelajaran dengan uang."Kalau begitu lihat saja! Ayo!"Jairo bersandar pada Wulan. "Bawa aku ke kantor pemerintahan daerah!"Tepat saat dia sampai di depan pintu, Jairo berbalik untuk menatap Arjuna yang masih duduk di dekat tungku. "Kenapa kamu tidak pergi? Takut? Bukankah kamu mau memberiku pelajaran dengan uang? Ayo, tunjukkan kepadaku bagaimana kamu melakukannya.""Tidak apa-apa!" Arjuna menepuk pelan Daisha yang gelisah. "Aku keluar sebentar. Kamu takut dingin, jadi tunggu saja di sini."Arjuna berdiri, kemudian berjalan keluar, lalu membungkuk kepada penduduk desa yang menonton di luar pintu."Halo, aku Arjuna dari Desa Embun. Aku ingin meminta kalian bertiga untuk menjadi saksi. Orang yang bersedia akan

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 160

    "Halaman keenam dari 'Hukum Pengadilan Bratajaya' menyatakan: Barangsiapa memasuki sebuah rumah atau menggunakan kendaraan orang lain tanpa izin dari pemiliknya, bila dipukul sampai mati, orang yang memukul tidak salah.""Paman Jairo, kamu yang duluan masuk ke rumah Kakek dan ingin memukuli kami. Tuan kami memukulmu demi melindungi kami. Berdasarkan hukum Bratajaya, tuan kami tidak salah."Dinda mengangkat wajahnya tinggi-tinggi. Dia tampak bangga dan percaya diri, suaranya sangat jernih dan keras.Sementara mengagumi pandangan Arjuna yang jauh ke depan, Dinda juga berterima kasih kepada mendiang ibunya.Ibunya Alsava bersaudari berbeda dengan wanita desa lainnya. Dia bisa membaca dan menulis, mengajari kakak-kakak Dinda membaca. Sebelum meninggal, mendiang ibunya berpesan kepada kakak-kakaknya untuk mengajari Dinda membaca."Memukul kalian? Kapan aku memukul kalian?"Meski nada bicara Jairo galak, dia terdengar sedikit takut.Ini juga alasan mengapa Jairo sangat tidak menyukai Alsava

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 161

    "Arjuna, keponakan menantuku yang baik." Wulan memeluk kaki Arjuna sambil memohon. "Paman Jairo-mu khilaf karena tangannya sakit. Tante mohon, ampunilah kami."Arjuna menggoyangkan kakinya. "Aku mana punya tante di desa ini?""Arjuna!" Wulan memeluk kaki Arjuna lebih erat. "Aku minta maaf padamu. Kami salah. Tolong jangan tuntut kami. Jangan tuntut kami!"Cuaca makin dingin, tangan Jairo patah pula. Jika dia dijebloskan ke penjara saat ini, dia akan cacat saat dibebaskan dari penjara."Minta maaf? Apa nilai dari permintaan maafmu?""Kami salah. Bagaimana dengan nasib kami kalau tuanku dijebloskan ke penjara? Putraku masih kecil.""Kamu juga tahu bahwa anakmu masih kecil dan tak bisa hidup tanpa seorang ayah? Bagaimana dengan istri-istriku dulu? Apakah mereka tidak kecil saat itu?"Mengingat bagaimana Jairo menyebut mereka sebagai wanita jalang tadi, serta laporan penduduk desa tentang penyiksaan sebelumnya, Arjuna tidak bisa memaafkan pasangan itu."Aku ...."Wulan tidak pernah menyang

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 162

    Setelah Esha selesai berbicara, dia menarik suaminya. Meskipun Dipta sangat enggan, dia akhirnya menurut juga."Ayah, Ibu, anak-anak, Paman dan Tante minta maaf kepada kalian."Melihat ini, Wulan juga menarik Jairo untuk meminta maaf kepada Yusuf, Disa dan yang lainnya. Mereka bersujud dengan keras.Arjuna tidak bersuara, tidak ada seorang pun yang berani memaafkan Jairo, Dipta dan yang lainnya.Makin lama waktu berlalu, Jairo tampak makin lemas. Akhirnya dia jatuh ke lantai."Tuan, Tuan, ada apa denganmu?" Wulan memeluk Jairo dengan panik."Ayah, Ibu, anak-anak ...." Wulan memohon, "Jairo sudah begini, maafkanlah kami.""Disa, Daisha." Wajah Saira menunjukkan kecemasan. "Maafkanlah paman-paman kalian.""Sudah waktunya berakhir. Penduduk desa sudah menonton kita begitu lama." Yusuf pun akhirnya berbicara.Tidak peduli apa yang dilakukan Jairo dan yang lainnya di masa lalu, mereka tetaplah putra mereka. Bohong jika mengatakan bahwa Yusuf dan Saira sama sekali tidak merasa kasihan."Tuan

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 163

    "Terima kasih, Nak Arjuna."Ucapan-ucapan terima kasih menyelimuti Arjuna.Arjuna melambaikan tangannya dengan tergesa-gesa. "Sama-sama. Tadi kalian membantuku, sudah seharusnya aku melakukan ini.""Bantuan kami tak seberapa, hanya mengandalkan mulut. Terima kasih atas kemurahan hatimu."" Kalau begitu ... karena kalian memanggilku 'nak', kalian seharusnya berterima kasih kepada istri-istriku dan kakek-nenek yang telah membesarkan mereka.""Nak Arjuna benar."Penduduk desa mengucapkan terima kasih kepada Yusuf dan lainnya."Aku, Disa dan yang lainnya tidak bisa kembali setiap hari. Lain kali mohon bantuan kalian semua untuk lebih memperhatikan kakek-nenek kami.""Tentu saja, tentu saja.""Yusuf." Mata Saira sudah berkaca-kaca. "Memiliki Arjuna sebagai cucu menantu adalah berkah yang luar biasa bagi kita berdua."Arjuna tampaknya hanya melakukan satu hal, tetapi sebenarnya dia melakukan dua hal. Dua hal yang memungkinkan mereka menjalani kehidupan tenang.Pertama, ada begitu banyak pend

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 164

    Fenomena di Desa Embun benar-benar berbeda dengan Desa Sava.Di Desa Sava, Alsava bersaudari dipuji oleh seluruh desa, tetapi di Desa Embun sebaliknya.Ketika orang-orang melewati pohon besar di gerbang desa, mulai terdengar beberapa gosip.Seperti: "Tidak tahu malu. Membawa beras dan uang dari suami untuk dibawa pulang ke rumah orang tua sendiri, tapi tidak memberikannya untuk keluarga suami." Lalu, "Merayu pria hingga membuatnya melupakan orang tua sendiri setelah memiliki istri."Walaupun gosip-gosip ini tidak menyebutkan nama siapa pun, semua orang tahu bahwa mereka sedang membicarakan Alsava bersaudari.Berita bahwa Arjuna menarik gerobak besar berisi barang-barang ke Desa Sava telah menyebar ke seluruh desa. Hal itu mengundang rasa iri, tetapi lebih banyak rasa dengki.Terutama ketika berita itu sampai ke rumah Shaka, Oki dan Ranjani merasa lebih buruk.Sebagai kakek-nenek Arjuna, mereka seharusnya menjadi orang pertama yang menikmati uang yang diperoleh cucu mereka. Namun, sekar

Bab terbaru

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 518

    Daisha yang ada di atas kasur makin melemah.Disa dan yang lainnya telah tertunda di luar begitu lama hingga ketuban Daisha pecah, sudah terlambat untuk menunggu bidan datang."Daisha, ayo."Arjuna menggendong Daisha, kemudian berjalan keluar.Terjadi kekacauan di luar gerbang kediaman Arjuna.Orang-orang mengepung rumah Arjuna dalam tiga lapisan. Disa dan Tamael yang ingin bergegas keluar, terhimpit oleh orang-orang yang menghalangi pintu. Disa bahkan tidak bisa mencabut anak panahnya.Karena orang-orang itu mendesak begitu erat hingga tidak ada ruang sama sekali.Mois mengirim banyak petugas pemerintah ke tempat, tetapi tidak peduli berapa jumlah mereka, mereka kalah banyak dari rakyat. Mereka terkepung dan tidak bisa bergerak sama sekali.Terdengar suara-suara pertengkaran, teriakan dan makian. Semuanya bercampur jadi satu."Ah!"Daisha sudah merasa sangat tidak nyaman, suara-suara itu membuatnya frustrasi.Dia berteriak sambil menutup telinganya.Akan tetapi, berteriak membuatnya l

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 517

    "Astaga!""Dik Daisha!""Kak Daisha!"Disa dan Dinda bergegas masuk.Ayumi berusaha untuk membuka matanya yang tertutup.Pandangannya kabur."Tuan, maaf. Ayumi salah, Ayumi gagal melindungi Nyonya."Ayumi tidak hanya mengalami luka pada kedua matanya, tetapi punggungnya juga penuh luka.Darah mengalir di punggungnya, bercampur dengan Daisha."Siapa yang melakukannya? Siapa yang menyakiti Daisha dan anakku? Siapa yang melakukannya?!"Pada saat ini, Arjuna seperti singa yang mengamuk, api di matanya saja sudah cukup untuk membakar orang."Tuan, Nyonya Daisha tidak terluka, dia hanya terkejut. Dia akan segera melahirkan. Cepat ... kalau terlambat ...."Ayumi memuntahkan seteguk darah, jatuh ke lantai, kemudian kehilangan kesadaran sepenuhnya."Ayumi, Ayumi! Cepat, Disa, pergi cari tabib dan bidan!""Aku akan mencari tabib. Disa, kamu cari bidan saja," ucap Tamael."Oke!"Disa dan Tamael bergegas pergi.Arjuna menggendong Daisha. Pada saat yang sama, dia memberi instruksi dan mengajari Daf

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 516

    Orang-orang di luar yang menggedor-gedor pintu berhamburan masuk, berkerumun. Suara jeritan kesakitan terus terdengar.Arjuna melangkah mundur begitu pintu terbuka. Dengan tangan di belakang punggungnya, dia melihat segalanya dengan tenang.Lebih dari sepuluh menit kemudian, kerumunan yang padat akhirnya terpisah. Beberapa orang yang terjatuh terluka parah. Keluarga mereka menggendongnya keluar sambil menangis."Arjuna, sialan kamu!""Kamu pasti sengaja!"Orang-orang itu mengalihkan kemarahan mereka kepada Arjuna.Arjuna merentangkan tangannya sambil berkata dengan polos. "Kalian yang mendobrak pintuku, menyuruhku keluar. Aku membuka pintu dan keluar sesuai perintah kalian. Kenapa dibilang aku sengaja?""..."Semua orang terdiam setelah mendengar apa yang dikatakan Arjuna.Hal ini memang benar adanya.Mereka tidak pernah menyangka bahwa Arjuna akan membuka pintu sendiri. Kebanyakan orang akan berpikir untuk melarikan diri ketika mendengar kejadian seperti ini.Mereka tadi mendengar Tam

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 515

    "Dasar bodoh."Arjuna mencolek hidung Daisha pelan. "Orang-orang itu tidak senang melihat kita punya anak, jadi mereka berkata begitu. Kamu malah memercayainya.""Tapi ...." Daisha masih tampak khawatir."Aku pernah melihat banyak orang hamil, tidak ada yang sebesar perutku. Selain itu ...."Melihat mata Daisha yang memerah, Arjuna merasakan sedih. Tanpa berpikir panjang, dia memegang wajah Daisha, kemudian mencium bibirnya.Emosi sensitif Daisha yang sedang hamil ditenangkan oleh Arjuna, ditelan di antara bibir dan giginya.Setelah beberapa saat.Arjuna dengan lembut membelai perut Daisha. "Tenanglah, jangan berpikir terlalu banyak. Ada lebih dari satu bayi di dalam perutmu, jadi tentu saja perutmu lebih besar daripada yang lain.""Benarkah?"Mata Daisha yang besar dan bagaikan bintang berbinar, bulu matanya berkedip-kedip.Hati Arjuna hampir meleleh saat melihatnya, dia mencium perut Daisha."Sungguh.""Kalau begitu ...." Daisha menatap perutnya dengan tatapan penuh kasih sayang khas

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 514

    Malam itu, Bayu dan Irwan keluar dengan gembira menggunakan kereta.Begitu Bayu dan Irwan pergi, Ayumi masuk ke ruang kerja Arjuna."Tuan, seperti dugaanmu, Bayu mereka sudah keluar, ada tiga kereta."Arjuna berhenti menulis sejenak. "Oke, ikuti mereka.""Baik!" Ayumi menerima perintah itu, lalu pergi."Tunggu." Arjuna memanggil Ayumi. "Setelah meninggalkan kota, kurasa tiga kereta mereka akan berpisah. Jangan ikuti kereta mana pun, langsung pergi ke Gunung Kelana saja.""Tuan, apakah kamu curiga bahwa perjalanan mereka adalah ke Kuil Dewi?""Kemungkinan besar seperti itu."Hari itu di Kuil Dewi, Arjuna curiga bahwa keluarga Irwan memiliki hubungan dengan Kuil Dewi....Di kuil dewi."Konyol, benar-benar konyol!"Mendengarkan pernyataan Bayu, Sena terus menggelengkan kepalanya, dengan ekspresi jijik di wajahnya yang kelihatannya tenang.Ingin berdebat denganku? Kamu masih terlalu kecil.'"Pertapa, masalah ini sudah jelas sekarang. Kamu sudah boleh mengambil tindakan. Jangan berbelas ka

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 513

    "Daisha sudah hamil, kenapa aku belum? Bukankah orang-orang mengatakan bahwa aku memiliki bokong besar, dapat melahirkan dengan mudah? Bohong, mereka semua pembohong, kamu juga pembohong!"Arjuna pernah memuji Disa memiliki tubuh yang kuat, mudah untuk memiliki anak.Sebelumnya, ketika Disa mengusir kedua adiknya dari kereta dan melewati malam pernikahan dengan Arjuna di dalam kereta, dia merasa sangat percaya diri, merasa perutnya akan segera ada isi.Akan tetapi, Daisha yang tubuhnya lebih lemah darinya sudah hamil, sedangkan dirinya belum.Mental Disa yang kuat benar-benar terpukul.Melihat wanita yang bersandar dalam pelukannya, Arjuna tidak tahu apakah dia harus tertawa atau menangis."Tuan, apakah tubuhku bagus adalah palsu? Apakah aku tidak bisa melahirkan anak?"Disa lebih besar dari Daisha, tidak hanya dari segi tubuh dan usia.Misalnya, pantat.Misal ....Kedua puncak gunung yang menempel di dada Arjuna.Jakun Arjuna naik turun, dia menundukkan kepalanya lalu berbisik di samp

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 512

    Arjuna tidak hanya membagikan permen di depan rumahnya, dia juga meminta Disa dan Ayumi untuk membawa beberapa permen ke pabrik ikan dan berbagai toko. Bahkan di Desa Embun, Arjuna meminta Magano dan Ravin yang datang mengantarkan ikan untuk membawa pulang permen.Kecuali Shaka dan keluarga Bayu, semua orang yang menerima permen dari Arjuna merasa senang.Magano dan Ravin lebih senang dari Arjuna. Mereka tidak hanya memberi tahu semua orang di desa, tetapi juga memberi tahu siapa pun yang mereka temui bahwa Daisha sudah hamil.Orang-orang itu selalu menertawakan Arjuna sebelumnya, mereka sudah menahannya untuk waktu yang lama.Arjuna meminta Dafodil untuk menyiapkan beberapa meja untuk merayakannya di rumah. Tamael datang bersama istri-istrinya, Arkana juga datang bersama keluarganya dari Desa Embun. Arjuna mengumumkan bahwa para pembantu tidak perlu mematuhi etika hari ini, mereka semua boleh makan bersama mereka di meja makan.Setelah makan malam, banyak orang datang ke kamar Daisha

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 511

    Terutama pada zaman dahulu, ketika perawatan medis masih terbelakang.Orang yang percaya takhayul akan berpikir jika mereka memberi tahu kehamilan pada tiga bulan pertama, hal itu mungkin akan membuat marah Dewa Kelahiran, sang dewa akan mengambil kembali anak itu.Irwan mencibir, "Dia sudah lama menantikannya, akhirnya istrinya hamil, bisa membuktikan bahwa dia tidak mandul. Dia pasti langsung mengumumkannya. Tunggu saja. Daisha begitu lemah, dia pasti tidak bisa mempertahankan bayinya.""Kita tunggu saja lelucon dari mereka .... Tunggu!" Ibunya Irwan terdiam sejenak. "Tubuh Daisha lemah dan baru saja hamil. Sekalipun Arjuna tidak mengerti bahwa membuat kehebohan besar pada tiga bulan pertama kehamilan akan membuat marah para dewa, pembantunya seharusnya mengerti.""Ibu." Irwan mengangkat alisnya. "Kata-kata Ibu membuatku juga merasa aneh. Lebih dari 20 hari yang lalu, Arjuna bertaruh dengan Begawan Sena dari Kuil Dewi. Sekarang istrinya hamil. Sebelumnya istri-istrinya tidak hamil. I

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 510

    Irwan merasa senang atas penderitaan orang lain. "Akhir-akhir ini, Arjuna selalu menyuruh istri-istrinya makan makanan aneh. Sekarang perut mereka pasti bermasalah."Pelayan itu menggelengkan kepalanya berulang kali. "Tuan, sepertinya bukan perut bermasalah. Aku juga mendengar pembantu mengatakan bahwa wanita itu belum menstruasi, dia mungkin hamil.""Apa?"Irwan tiba-tiba duduk tegak. Selir yang telungkup di atasnya terlempar ke lantai. Selir itu menjerit kesakitan, kemudian ditendang dengan kesal oleh Irwan."Apakah kamu yakin kamu mendengarnya dengan benar?""Ya, Tuan. Aku tahu masalah ini serius, jadi aku mendengarkan dengan saksama," ucap pelayan itu dengan yakin."Cari tahu lagi, cari ... tunggu." Khawatir kalau satu pelayan tidak bisa mendengar dengan jelas, Irwan pun memanggil beberapa pelayan untuk pergi bersama.Kediaman Arjuna.Di kamar utama.Daisha duduk di kasur, melemparkan dirinya ke dalam pelukan Arjuna, lalu menangis sekeras-kerasnya tanpa memedulikan citranya.Ekspre

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status