"Apakah kalian mendengarnya? Aku mau istirahat sekarang. Pergilah kalian," usir Arjuna. Istrinya tidak sabar untuk membuat bayi dengannya.Entah karena masa ovulasinya atau bukan, gadis itu tampak tak kenal lelah. Dia terus mengganggu Arjuna sepanjang malam.Waktu berlalu dengan cepat. Satu bulan lagi telah berlalu. Selama masa ovulasi bulan ini, Daisha makin melekat pada Arjuna.Arjuna pun tidak melarang. Dia membuat Daisha kelelahan hingga memohon ampun, barulah melepaskan Daisha.Memikirkan bahwa gadis itu lelah setelah lembur semalaman dan pasti tidak bisa bangun pagi, Arjuna memerintahkan Dafodil dan yang lainnya nanti baru datang ke kamar.Tak disangka, keesokan harinya, sebelum fajar dan Arjuna belum bangun, Daisha yang ada di samping sudah bangun. Dia tidak hanya bangkit sendiri, tetapi juga menarik Arjuna."Sekarang bahkan belum fajar, kenapa kamu bangun begitu pagi? Tanpa membuka matanya, Arjuna melingkarkan lengannya di pinggang Daisha, menariknya kembali ke kasur.Tampaknya
Arjuna mengulurkan tangan untuk membuka tirai kereta. Begitu tangannya menyentuh tirai, Daisha memegang tangannya, lalu menariknya kembali."Tuan tidak perlu bertanya pada Kak Disa, aku tahu ke mana kita akan pergi."Arjuna menoleh lalu bertanya, "Ke mana?""Ke Kuil Dewi di Gunung Kelana.""Kuil Dewi di Gunung Kelana?" Arjuna bahkan lebih bingung. "Hanya pergi ke kuil, kenapa begitu terburu-buru?""Tuan, kamu lupa lagi." Suara Dinda terdengar jelas. Dia memiringkan kepalanya. "Dewi di Kuil Dewi adalah dewa kelahiran. Setiap tanggal 1 Mei penanggalan lunar adalah hari ketika Sang Dewi turun ke bumi untuk memberi anak. Kalau kita memujanya pada hari ini, kita akan diberi seorang putra tahun depan."Arjuna tak bisa berkata-kata.Awalnya dia ingin membantah Dinda, dengan mengatakan bahwa bisa melahirkan anak laki-laki atau tidak adalah urusan pria, tidak ada hubungannya dengan dewa. Namun, melihat wajah saleh Dinda, Arjuna pun tidak mengatakan apa-apa.Orang zaman itu belum punya konsep il
Daisha merasakan kesedihan yang mendalam saat dia mengingat kepahitan dan kesedihan yang dia rasakan ketika dia pergi ke Kuil Dewi tahun lalu.Tahun lalu pada hari yang sama waktu pagi, Ranjani membangunkan, kemudian membawa mereka ke Kuil Dewi untuk merebut tempat.Itu terjadi sekitar pukul lima hingga enam pagi.Para pejabat tinggi agak malas. Mereka ingin punya anak, tetapi tidak ingin bangun terlalu pagi. Pada saat yang sama mereka juga harus memastikan bahwa mereka kebagian tempat, jadi mereka memberikan tekanan kepada kepala biara Kuil Dewi. Karena tidak mampu menahan tekanan dari pejabat tinggi, kepala biara membuat sebuah deklarasi.Dewi Kelahiran mempunyai peraturan bahwa orang yang mengantre terlebih dahulu dianggap tidak cukup saleh. Hanya orang beriman yang berangkat pada jam lima di hari yang sama yang memenuhi syarat untuk masuk ke kuil untuk berdoa memohon kelahiran anak.Kesehatan Daisha kurang baik, jadi Disa menggendongnya sambil berlari di jalan pegunungan.Ketika Di
Kereta itu ditarik oleh empat ekor kuda, keempat kuda tersebut gemuk dan kuat.Suara gemuruh makin lama makin keras, debu yang beterbangan akibat hentakan kaki kuda di jalan pun mulai beterbangan.Di dalam kereta yang ditarik oleh empat kuda.Tirai terangkat, memperlihatkan wajah Irwan. Mata kanannya ditutup dengan penutup mata hitam. Seperti yang dikatakan Arjuna, matanya sudah rusak.Irwan dengan bangga meremehkan Arjuna. "Arjuna, bukankah kamu sangat hebat dan kaya? Kenapa keretamu hanya punya dua ekor kuda, kudanya juga kuda biasa? Ckckck, bagaimana mungkin kudamu bisa mengalahkan kudaku?""Tapi, tidak mendapat tempat di Kuil Dewi juga tidak berpengaruh terhadapmu. Lagi pula, tiba pertama di tempat pun tidak dapat mengubah fakta bahwa kamu mandul. Hahaha!" Terdengar suara tawa yang keras. Tertawa membuat wajah Irwan menjadi menyeramkan."Aish." Tadinya baik-baik saja, sekarang jadi jelek sekali." Arjuna menggelengkan kepalanya sembari menghela napas.Melihat Arjuna tidak marah, tet
"Kehidupan selanjutnya? Aku mau melahirkan anak dan menikmati kebahagiaan bersama kalian di kehidupan ini.""Dinda, kamu ingin seumuran denganku? Jangan bermimpi. Tumbuhlah dengan baik, kemudian lahirkan seorang anak perempuan yang sama imutnya denganmu untukku."Arjuna menarik Daisha dan Dinda dari tubuhnya.Dia mengangkat tirai pintu kereta, kemudian melangkah ke arah Disa."Apa yang kamu lakukan? Mau mengendarai kereta sendiri? Arjuna, aku katakan padamu, jangan membuat perlawanan yang tidak perlu. Hahaha!" Tawa Irwan terdengar menyeramkan dan mengerikan.Kereta Arjuna telah didesak hingga ke tepi. Jika roda berputar ke samping lebih jauh lagi, maka keretanya akan jatuh ke lembah."Siu!"Arjuna mencabut dua anak panah dari tabung yang ada di punggung Disa."Panah! Hahaha!" Irwan berkata dengan nada meremehkan. "Apakah kamu ingin mati lebih cepat?"Jarak antara kedua gerbong itu kurang dari setengah meter. Jika Arjuna menggunakan panah untuk melukai kuda, kuda pasti akan ketakutan da
"Siapa di antara kalian yang mengenal prinsip tuas?" Disa yang berwatak lugas langsung bertanya kepada orang lain.Arjuna menarik Disa dengan ekspresi tak berdaya. "Disa, jangan berteriak. Prinsip tuas bukan manusia.""Bukan manusia?" Disa tampak kebingungan. "Kalau bukan manusia, bagaimana membantu kita?""Aku tahu!" Wajah Dinda penuh dengan keyakinan. "Ketika Tuan jatuh ke jurang, bukankah dia pergi ke dunia surga itu? Prinsip tuas ini pastilah teman Tuan di sana.""Uh ...." Arjuna menggaruk kepalanya. "Anggap saja begitu.""Hei, bukankah kita sedang terburu-buru pergi berdoa agar punya anak? Kalau kita terlambat, kita tidak akan bisa punya tempat." Khawatir Alsava bersaudari masih mempermasalahkan hal ini, Arjuna buru-buru mengalihkan topik."Benar, benar, kita harus segera pergi."Berangkat pagi-pagi, Arjuna dan istri-istrinya hampir tertabrak kereta lain tiga kali di jalan sebelum mereka tiba di Kuil Dewi di Gunung Kelana.Orang yang mendapat tempat pasti telah berjuang keras sepa
Daisha juga buru-buru menutup mulut Arjuna. "Tuan, tolong jangan menyinggung Dewi Kelahiran."Dalam beberapa tahun terakhir, warga Bratajaya berani menyinggung dewa mana pun, tetapi mereka tidak berani menyinggung Dewi Kelahiran.Meskipun Arjuna memberi tahu Daisha dan yang lainnya banyak pengetahuan ilmiah modern, bagaimanapun juga mereka hidup di zaman kuno yang feodal dan penuh takhayul.Mereka tak akan bisa keluar dari pola pikir seperti itu."Siapa kalian? Kenapa kamu berlama-lama di sini? Kalau kalian tidak mau masuk, minggir saja, jangan menghalangi jalan kami."Suara yang sangat tidak sabar terdengar dari belakang.Arjuna menoleh. Melihat Arjuna, suara orang itu makin keras. "Oh, bukankah itu Arjuna?"Melihat siapa orang itu, Arjuna langsung merasa geli. "Tuan Irwan, penampilanmu hari ini cukup unik. Mirip sekali dengan kepala babi di talenan daging."Perkataan Arjuna mengundang tawa dari mana-mana.Sekarang Irwan mengenakan penutup mata di sisi kanan wajah, sedangkan sisi kiri
"Dosa besar, dosa besar."Begawan Sena, kepala biara Kuil Dewi, keluar dengan tangan terangkat dan ekspresi saleh."Dewi Kelahiran selalu berbelas kasih kepada semua makhluk hidup. Beliau telah memberi banyak bayi laki-laki ke Bratajaya setiap tahun. Dermawan ini tidak sopan pasti akan menyinggung Dewi.""Mulai hari ini, aku akan membakar dupa dan berdoa memohon pengampunan untukmu setiap hari.""Satu tahun kemudian, kalau sang dermawan masih tidak dapat melahirkan anak, maka harus datang ke Kuil Dewi, berlutut selama 49 hari, mengakui bahwa dirimu mandul, memohon pengampunan dari Dewi agar bisa menjadi seorang pria sejati di kehidupan berikutnya."Itu bukan doa, melainkan deklarasi perang kepada Arjuna.Jika Arjuna tidak berani menerima, itu sama saja mengakui bahwa dia bukan pria. Jika dia berani menerima, maka Sena akan menunggu.Sebelum keluar, Sena sudah sepenuhnya memahami Arjuna. Seperti Irwan, dia yakin bahwa Arjuna tidak dapat memiliki anak.Tadi Arjuna berbicara dengan kasar
"Arjuna sudah keluar."Entah karena mereka masih takut dengan kata-kata Arjuna sebelumnya atau bukan ....Setelah Arjuna keluar dari kereta, orang-orang itu otomatis berhenti."Tidak perlu takut padanya. Dia hanya menakut-nakuti orang. Kita begitu banyak orang, bagaimana mungkin kalah dari ....""Siu!"Arjuna tiba-tiba mencabut tusuk mutiara yang ada di kepala Disa.Irwan tidak berani menyelesaikan kata-katanya. Dia bersembunyi di belakang pelayannya seperti pengecut. Arjuna telah membutakan salah satu matanya, dia takut Arjuna akan membutakan mata keduanya.Arjuna turun dari kereta, memegang tusuk mutiara sambil berjalan menuju Irwan selangkah demi selangkah."Arjuna." Irwan berpura-pura tenang. Dia berteriak dengan arogan di belakang pelayan. "Kamu ingin menggunakan trik yang sama untuk menyakiti mataku lagi? Aku beri tahu, jangan bermimpi. Ada begitu banyak orang yang menonton sekarang. Kalau kamu berani melakukannya, aku akan menuntutmu dan membuatmu menderita di penjara.""Arjuna,
Bayi laki-laki atau perempuan?Disa berbalik, kemudian menatap Arjuna dengan penuh tanya.Uh ....Arjuna tertegun.Dia hanya memikirkan keselamatan Daisha dan anak sehingga tidak memerhatikan apakah anak itu laki-laki atau perempuan."Bukankah kamu akan tahu setelah lihat sendiri?"Arjuna sekali lagi memusatkan perhatiannya pada Daisha yang masih memiliki bayi dalam perutnya."Daisha, bayinya belum keluar. Ayo, dorong lebih keras, dorong lebih keras."Arjuna memberi semangat sambil menekan lembut perut Daisha dan mendorong ke bawah.Inilah yang diajarkan ibunya, seorang bidan, saat membantu anjingnya melahirkan.Bila kepala janin belum keluar, tekan perut bagian bawah agar janin meluncur ke bawah. Setelah kepala janin keluar ....Sementara Arjuna dan Daisha sibuk dalam proses persalinan, Disa juga dengan hati-hati membuka selimut."Anak laki-laki, itu anak laki-laki!"Suara Disa yang bersemangat terdengar melengking tinggi."Benarkah?" Tulip, Anggrek dan pembantu lainnya berkumpul di s
Arjuna melepas mantelnya, kemudian dengan cepat mengikatnya ke dua sisi kereta, sambil memberi instruksi kepada Disa yang berdiri diam."Jangan kaget atau bingung. Masuklah ke rumah sekarang, keluarkan pakaian kecil dan selimut yang telah disiapkan Daisha. Minta Dafodil untuk merebus beberapa panci air. Minta Tulip untuk memotong kelambu yang baru dicuci menjadi beberapa bagian agar aku bisa menggunakannya sebagai kain kasa. Kemudian minta Anggrek untuk menaruh gunting di atas api untuk memanaskannya hingga merah, lalu bawakan semuanya kepadaku.""Aku pergi sekarang juga."Pada saat ini, tidak ada gunanya bertanya apakah Arjuna bisa membantu melahirkan bayi.Tak lama kemudian.Disa membawa setumpuk pakaian kecil dan selimut.Tulip membawa setumpuk kain kasa yang terbuat dari kelambu.Anggrek membawa beberapa pasang gunting yang membara.Dafodil memimpin beberapa pembantu lainnya, membawa baskom berisi air mendidih dari rumah."Daisha."Arjuna membantu Daisha yang pingsan untuk bangun.
Seketika, orang yang menyerbu sambil membawa pisau dapur itu diam tak bergerak, seakan-akan dia dipaku di tempat.Niat membunuh yang tak tersamar di mata Arjuna membuat mereka bergidik.Pada saat ini, dia bukan manusia, dia adalah dewa kematian.Setiap kata yang diucapkannya penuh dengan aura mematikan.Arjuna menggendong Daisha sambil melangkah maju selangkah demi selangkah, sementara orang-orang yang mengelilinginya juga mundur selangkah demi selangkah.Tidak ada seorang pun yang berani menghentikannya."Jangan takut, dia hanya menakut-nakuti kita.""Hentikan dia, jangan biarkan dia keluar!"Irwan berteriak sampai tenggorokannya serak, tetapi orang-orang itu seakan tidak mendengarnya. Mereka mundur terus mundur.Roh jahat itu menakutkan saat keluar, tetapi Arjuna lebih menakutkan sekarang."Disa, cepat kendarai kereta ke gerbang utama."Tamael mengingatkan Disa.Pada saat ini, Arjuna telah berhasil keluar."Oh, aku akan segera pergi!"Disa melompat beberapa kali, kemudian menghilang.
Daisha yang ada di atas kasur makin melemah.Disa dan yang lainnya telah tertunda di luar begitu lama hingga ketuban Daisha pecah, sudah terlambat untuk menunggu bidan datang."Daisha, ayo."Arjuna menggendong Daisha, kemudian berjalan keluar.Terjadi kekacauan di luar gerbang kediaman Arjuna.Orang-orang mengepung rumah Arjuna dalam tiga lapisan. Disa dan Tamael yang ingin bergegas keluar, terhimpit oleh orang-orang yang menghalangi pintu. Disa bahkan tidak bisa mencabut anak panahnya.Karena orang-orang itu mendesak begitu erat hingga tidak ada ruang sama sekali.Mois mengirim banyak petugas pemerintah ke tempat, tetapi tidak peduli berapa jumlah mereka, mereka kalah banyak dari rakyat. Mereka terkepung dan tidak bisa bergerak sama sekali.Terdengar suara-suara pertengkaran, teriakan dan makian. Semuanya bercampur jadi satu."Ah!"Daisha sudah merasa sangat tidak nyaman, suara-suara itu membuatnya frustrasi.Dia berteriak sambil menutup telinganya.Akan tetapi, berteriak membuatnya l
"Astaga!""Dik Daisha!""Kak Daisha!"Disa dan Dinda bergegas masuk.Ayumi berusaha untuk membuka matanya yang tertutup.Pandangannya kabur."Tuan, maaf. Ayumi salah, Ayumi gagal melindungi Nyonya."Ayumi tidak hanya mengalami luka pada kedua matanya, tetapi punggungnya juga penuh luka.Darah mengalir di punggungnya, bercampur dengan Daisha."Siapa yang melakukannya? Siapa yang menyakiti Daisha dan anakku? Siapa yang melakukannya?!"Pada saat ini, Arjuna seperti singa yang mengamuk, api di matanya saja sudah cukup untuk membakar orang."Tuan, Nyonya Daisha tidak terluka, dia hanya terkejut. Dia akan segera melahirkan. Cepat ... kalau terlambat ...."Ayumi memuntahkan seteguk darah, jatuh ke lantai, kemudian kehilangan kesadaran sepenuhnya."Ayumi, Ayumi! Cepat, Disa, pergi cari tabib dan bidan!""Aku akan mencari tabib. Disa, kamu cari bidan saja," ucap Tamael."Oke!"Disa dan Tamael bergegas pergi.Arjuna menggendong Daisha. Pada saat yang sama, dia memberi instruksi dan mengajari Daf
Orang-orang di luar yang menggedor-gedor pintu berhamburan masuk, berkerumun. Suara jeritan kesakitan terus terdengar.Arjuna melangkah mundur begitu pintu terbuka. Dengan tangan di belakang punggungnya, dia melihat segalanya dengan tenang.Lebih dari sepuluh menit kemudian, kerumunan yang padat akhirnya terpisah. Beberapa orang yang terjatuh terluka parah. Keluarga mereka menggendongnya keluar sambil menangis."Arjuna, sialan kamu!""Kamu pasti sengaja!"Orang-orang itu mengalihkan kemarahan mereka kepada Arjuna.Arjuna merentangkan tangannya sambil berkata dengan polos. "Kalian yang mendobrak pintuku, menyuruhku keluar. Aku membuka pintu dan keluar sesuai perintah kalian. Kenapa dibilang aku sengaja?""..."Semua orang terdiam setelah mendengar apa yang dikatakan Arjuna.Hal ini memang benar adanya.Mereka tidak pernah menyangka bahwa Arjuna akan membuka pintu sendiri. Kebanyakan orang akan berpikir untuk melarikan diri ketika mendengar kejadian seperti ini.Mereka tadi mendengar Tam
"Dasar bodoh."Arjuna mencolek hidung Daisha pelan. "Orang-orang itu tidak senang melihat kita punya anak, jadi mereka berkata begitu. Kamu malah memercayainya.""Tapi ...." Daisha masih tampak khawatir."Aku pernah melihat banyak orang hamil, tidak ada yang sebesar perutku. Selain itu ...."Melihat mata Daisha yang memerah, Arjuna merasakan sedih. Tanpa berpikir panjang, dia memegang wajah Daisha, kemudian mencium bibirnya.Emosi sensitif Daisha yang sedang hamil ditenangkan oleh Arjuna, ditelan di antara bibir dan giginya.Setelah beberapa saat.Arjuna dengan lembut membelai perut Daisha. "Tenanglah, jangan berpikir terlalu banyak. Ada lebih dari satu bayi di dalam perutmu, jadi tentu saja perutmu lebih besar daripada yang lain.""Benarkah?"Mata Daisha yang besar dan bagaikan bintang berbinar, bulu matanya berkedip-kedip.Hati Arjuna hampir meleleh saat melihatnya, dia mencium perut Daisha."Sungguh.""Kalau begitu ...." Daisha menatap perutnya dengan tatapan penuh kasih sayang khas
Malam itu, Bayu dan Irwan keluar dengan gembira menggunakan kereta.Begitu Bayu dan Irwan pergi, Ayumi masuk ke ruang kerja Arjuna."Tuan, seperti dugaanmu, Bayu mereka sudah keluar, ada tiga kereta."Arjuna berhenti menulis sejenak. "Oke, ikuti mereka.""Baik!" Ayumi menerima perintah itu, lalu pergi."Tunggu." Arjuna memanggil Ayumi. "Setelah meninggalkan kota, kurasa tiga kereta mereka akan berpisah. Jangan ikuti kereta mana pun, langsung pergi ke Gunung Kelana saja.""Tuan, apakah kamu curiga bahwa perjalanan mereka adalah ke Kuil Dewi?""Kemungkinan besar seperti itu."Hari itu di Kuil Dewi, Arjuna curiga bahwa keluarga Irwan memiliki hubungan dengan Kuil Dewi....Di kuil dewi."Konyol, benar-benar konyol!"Mendengarkan pernyataan Bayu, Sena terus menggelengkan kepalanya, dengan ekspresi jijik di wajahnya yang kelihatannya tenang.Ingin berdebat denganku? Kamu masih terlalu kecil.'"Pertapa, masalah ini sudah jelas sekarang. Kamu sudah boleh mengambil tindakan. Jangan berbelas ka