Share

Bab 864

Author: Abimana
Dalam sekejap, dua orang jatuh tersungkur.

Dua pukulan diikuti oleh dua tendangan berputar.

Dua tamparan, lalu dua orang lagi jatuh dan menjerit.

Ilham memiliki total lima antek, Disa menumbangkan empat orang dengan dua tinju dan dua tendangan.

Di tanah seputih salju, darah dan gigi sangat menarik perhatian.

"Aduh, aduh."

Keempat antek yang dikalahkan oleh Disa berguling kesakitan di lantai.

Orang yang tidak terkena pukulan itu menatap Disa dengan ngeri sambil melangkah mundur. Setelah beberapa saat, dia pun menabrak tuannya, Ilham.

"Kenapa kamu mundur?" Ilham tampak kesal. "Hanya seorang wanita, apa yang kamu takuti? Mereka tidak siap tadi. Kamu punya pisau, maju, bunuh dia!"

Kata-kata Ilham menyadarkan pelayan itu.

Dia pun mulai berpikir bahwa tadi mereka dipukul oleh Disa karena mereka tidak waspada.

Pria itu menggenggam pisau di tangannya, lalu bergegas menuju Disa sambil berteriak, "Dasar wanita jalang, pergilah ke neraka!"

Saat pisau itu diayunkan ke arah, tubuh Disa menghindar.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 866

    "Ya Tuhan, dia cantik sekali!""Dia pasti peri dari surga!"Orang-orang terkesima dengan kecantikan Amara."Jreng!"Amara memetik senar."Nona!"Shinta di samping menatap tangan Amara dengan cemas.Pasalnya, tangan Amara masih terbungkus kain putih.Amara terus memetik senar seolah dia tidak mendengar apa yang dikatakan Shinta.Dari alisnya yang sedikit mengernyit, terlihat bahwa dia kesakitan.Dia memaksakan diri untuk bermain.Konsekuensi dari memaksakan diri bermain ....Tangan Amara memetik senar lebih cepat.Tidak masalah jika tangan cacat, tetapi dia akan lebih sedih jika dia tak bisa bermain alat musik lagi.Dia mencari nafkah dengan bermain alat musik tradisional.Jika dia tidak bermain di saat-saat terakhir hidupnya, dia tidak akan merasa tenang sekalipun dia meninggal.Mata Amara melirik Arjuna sekilas, lalu langsung menariknya kembali.Ya.Ini adalah hari-hari terakhir dalam hidupnya.Karena ....Jika tidak melarikan diri, dia akan mati kelaparan di Pondok Salju, tempat dia

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 865

    Semua orang terjebak. Tanpa makanan, mereka akan menjadi beban bagi orang lain."Hei, Kak, kalau kamu menolak lagi, itu namanya munafik. Jika aku menyelamatkanmu tapi tidak membawamu masuk, apa bedanya dengan tidak menyelamatkanmu?"Disa memiliki kepribadian yang lugas, berbicara juga terang-terangan."Istriku benar." Arjuna mengangguk setuju.Astri berlutut lagi.Dia tidak tahu kata apa yang harus digunakan untuk berterima kasih kepada Arjuna dan orang-orangnya.Namun, putrinya yang ada dalam gendongannya tampak lebih tenang daripada dirinya.Dalam perjalanan kembali.Gadis kecil itu terus membuka tangan kecilnya yang montok, meminta Arjuna untuk menggendongnya.Dari pakaiannya bisa dilihat bahwa kondisi keluarga Astri tidak buruk.Gadis kecil itu diberi makan hingga tampak sehat dan gemuk, dengan sepasang mata hitam pekat, membuat hati orang-orang meleleh."Gendong, Paman, gendong!"Gadis kecil itu gigih, tangan kecilnya yang montok terangkat makin tinggi."Yuni, jangan." Astri buru-

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 864

    Dalam sekejap, dua orang jatuh tersungkur.Dua pukulan diikuti oleh dua tendangan berputar.Dua tamparan, lalu dua orang lagi jatuh dan menjerit.Ilham memiliki total lima antek, Disa menumbangkan empat orang dengan dua tinju dan dua tendangan.Di tanah seputih salju, darah dan gigi sangat menarik perhatian."Aduh, aduh."Keempat antek yang dikalahkan oleh Disa berguling kesakitan di lantai.Orang yang tidak terkena pukulan itu menatap Disa dengan ngeri sambil melangkah mundur. Setelah beberapa saat, dia pun menabrak tuannya, Ilham."Kenapa kamu mundur?" Ilham tampak kesal. "Hanya seorang wanita, apa yang kamu takuti? Mereka tidak siap tadi. Kamu punya pisau, maju, bunuh dia!"Kata-kata Ilham menyadarkan pelayan itu.Dia pun mulai berpikir bahwa tadi mereka dipukul oleh Disa karena mereka tidak waspada.Pria itu menggenggam pisau di tangannya, lalu bergegas menuju Disa sambil berteriak, "Dasar wanita jalang, pergilah ke neraka!"Saat pisau itu diayunkan ke arah, tubuh Disa menghindar.

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 863

    "Ah, sakit, ah!"Wanita itu menjerit kesakitan. Dalam tarikan kasar ini, anak perempuan yang ada di dalam pelukannya pun terlempar ke lantai oleh beberapa pria itu.Gadis kecil itu baru berusia dua atau tiga tahun, masih belajar berbicara. Dia yang terlempar ke tanah pun menangis. Tangan serta kakinya mencoba merangkak ke arah ibunya, sambil mengeluarkan suara-suara yang tidak jelas."Ibu ... Ibu ....""Yuni, Yuni!"Wanita yang rambutnya dijambak itu, mengabaikan rasa sakitnya. Dia meronta keras, ingin pergi menggendong putrinya.Namun, itu malah menjadi bumerang. Makin dia meronta, makin keras pula antek-antek Ilham menjambak rambutnya, wanita itu pun menjerit kesakitan."Ibu, Ibu ...."Gadis kecil itu merangkak ke sisi wanita itu, lalu memukul para pria itu dengan tangan kecilnya."Jahat, jahat!"Melihat pukulannya tidak berefek, sang gadis kecil pun membuka mulutnya untuk menggigit pria yang berjarak paling dekat dengannya."Ah!"Pria itu menjerit kesakitan. "Dasar setan kecil!"Sam

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 862

    "Benar-benar tidak disangka bahwa Tuan seorang pria bisa memasak. Selain itu ...."Johan melirik ibunya yang ada di samping, lalu dengan cepat dan pelan berkata, "Lebih enak dari masakan ibuku.""Dasar bocah!" Ibunya Johan menjewer telinga Johan, kemudian berkata dengan galak. "Apa katamu? Aku tidak akan memasak untukmu lagi!""Ibu, sakit, pelan-pelan. Aku salah, aku salah!" Johan berulang kali meminta maaf.Arjuna melihat sambil tersenyum.Di zaman modern, ibunya juga suka menjewer telinganya seperti ini.Bagaimana mungkin seorang ibu tega memukul anaknya? Ketika Johan mengatakan sakit, ibunya Johan langsung melepaskannya.Melihat Arjuna menatap mereka, ibunya Johan merasa sedikit malu. "Tidak boleh bicara saat makan. Maaf membuat Tuan melihat lelucon. Masakan Tuan memang lebih enak dari masakanku."Arjuna menggelengkan kepala lalu tertawa. "Bibi terlalu rendah hati, bagaimana mungkin masakanku lebih lezat dari masakanmu?""Aku bukan rendah hati." Ibunya Johan tampak serius. "Masakan

  • Sang Menantu Perkasa   Bab 861

    "Sebenarnya, nasi bisa dimasak dengan merendamnya dalam air selama setengah jam lalu meletakkannya di atas lempengan batu. Sayang sekali gosong di dalam tabung bambu."Melihat tabung bambu yang gosong, ibunya Johan juga tampak menyesal.Arjuna tidak mengatakan apa-apa, tetapi menyerahkan pisau kepada ibunya Johan."Tuan, jangan marah. Ibuku hanya sayang dengan makanannya." Mengira Arjuna marah, Johan buru-buru melindungi ibunya di belakangnya."Aku tidak marah. Membuang-buang makanan itu memang mubazir." Arjuna menggoyangkan pisau pendek di tangannya. "Berikan pisau ini kepada ibumu, minta dia membelah bambunya, maka kalian akan tahu."Ibunya Johan membelah bambu dengan ragu.Begitu bambu itu dibuka."Harum sekali, sepertinya aroma nasi.""Sepertinya benar. Aku belum pernah mencium aroma nasi seharum ini. Wangi dan manis. Siapa yang memasaknya? Apakah Nona Amara dan yang lainnya?""Nona Amara? Aroma nasi itu jelas berasal dari Arjuna sana."Banyak orang menyeka mata mereka berulang kal

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status