Share

5. Kerja Sama Baru

"Halo, Ibu. Maaf, aku baru aja sampai rumah," sapa Valentino.

"Iya, nggak apa-apa. Bagaimana kabar kamu di sana?" tanya Hera.

"Aku baik-baik saja, Ibu. Bagaimana kabar Ibu?" tanya Valentino balik.

"Yah, tentu Ibu baik-baik saja. Daddymu seperti biasa masih memanjakan Ibu," ucap Hera.

Valentino tertawa pelan.

"Tentu saja daddy memanjakan Ibu. Daddy kan cinta mati sama Ibu," goda Valentino.

"Hm. Kami udah tua, Valentino. Sudah bukan waktunya lagi untuk memikirkan cinta segala. Yang penting kami hidup berdua rukun aja udah nyaman rasanya," ujar Hera.

Valentino tersenyum, namun tentu saja ibunya tak bisa melihat senyum itu.

"Aku senang banget karena kalian selalu rukun," ucap Valentino.

"Sudah-sudah berhenti membicarakan soal kami. Kamu bagaimana? Kapan kamu menikah? Usia kamu sudah menginjak tiga puluh tahun. Memangnya tidak ada ya wanita yang bisa menarik hati kamu?" tanya Hera.

Valentino sebenarnya tak suka dengan arah pembicaraan ibunya ini. Dia sebenarnya juga bosan selalu diingatkan tentang pernikahan.

"Ibu, Ibu kan tahu aku kembali ke Indonesia bukan untuk mencari seorang wanita. Aku bahkan belum memikirkan hal itu sama sekali. Yang aku pikirkan adalah sekarang aku harus mencari tahu sebanyak-banyaknya tentang kejadian di balik meninggalnya ayah yang menurutku mencurigakan. Dan belum lagi aku harus berusaha merebut perusahaan milik ayah dari tangan si brengsek itu," ucap Valentino.

Darah Valentino seketika mendidih ketika ingat tentang mereka yang sudah merebut apa yang menjadi miliknya.

"Valen, sebenarnya Ibu tak ada masalah kalau soal perusahaan itu. Tapi memang kematian ayah kandung kamu itu sangat mencurigakan. Kalau untuk soal ini, Ibu mendukung kamu sepenuhnya sampai kamu bisa mengungkap kejadian dibalik kematian ayah kamu itu," ucap Hera.

Valentino benar-benar merasa kalau ibunya itu memang seorang malaikat. Ibunya dulu bercerai dari ayahnya karena sang ayah terlibat hubungan dengan wanita jahat itu, Rosa Melinda.

Saat itu dirinya masih muda. Namun, dia sangat ingat dengan pasti kalau wanita yang sudah merebut ayahnya dari sisi ibunya itu memang sengaja masuk kedalam rumah tangga orang tuanya.

Budi Araya saat itu benar-benar buta karena sudah terpikat oleh kecantikan palsu yang dimiliki oleh Rosa Melinda.

Dan karena Hera sudah tak tahan dengan kelakuan suaminya yang dengan terang-terangan berselingkuh di depan matanya, dia memilih untuk mengakhiri rumah tangganya dengan Budi.

Setelah bercerai, Hera membawa serta anaknya untuk tinggal di Inggris. Dan di sanalah dia bertemu dengan seorang pria asli keturunan Inggris yang mencintainya dengan tulus dan kemudiam menikahinya. Pria itu adalah Thomas Miller.

Thomas adalah seorang pengusaha properti yang belum pernah menikah sama sekali. Dirinya yang usianya lebih muda lima tahun dari Hera, bersungguh-sungguh untuk menikahi wanita yang sudah memiliki anak yang memasuki usia remaja kala itu.

Thomas juga menerima Valentino dan merawatnya seperti anak kandungnya sendiri.

"Terima kasih, Ibu. Dukungan dari Ibu itu paling penting buat aku. Oh ya Daddy di mana sekarang?" tanya Valentino.

"Hey, Sayang. Kalau lupa kalau perbedaan waktu antara Indonesia dan Inggris itu tujuh jam? Sekarang ini di sini masih jam sebelas siang. Tentu saja dia masih ada di kantor," ucap Hera.

Valentino menepuk jidatnya karena baru sadar akan hal itu.

"Ibu, maafkan aku. Aku lupa," ucap Valentino.

"Hm. Kamu pasti sangat kecapean karena terlalu banyak pekerjaan di sana sampai lupa hal seperti ini," ucap Hera terdengar cemas.

"Nggak, Ibu. Aku tak capek tapi hanya sedikit mengantuk. Mungkin karena itu konsentrasiku jadi kurang," ucap Valentino.

"Hm. Ya sudah kamu mau mandi kan? Mandilah dan makan malam lalu istirahat. Ibu tak ada di sana bukan berarti Ibu tak bisa mengawasi kamu. Ibu akan telepon Ruslan kalau kamu tidak melakukan apa yang Ibu katakan tadi," ancam Hera.

Valentino tersenyum.

Ibunya itu masih sama saja. Masih sangat mencemaskan dirinya. Tapi dia tak keberatan karena dia tahu ini adalah bentuk rasa peduli ibunya terhadap dirinya.

"Ibu tutup dulu. Sampai nanti, Nak," putus Hera.

"Sampai nanti, Ibu," balas Valentino.

***

Valentino sedang bersiap-siap untuk pergi ke kantor dan seperti biasa dia menggunakan taksi untuk pergi ke AL grup.

Salah satu orang kepercayaannya sebenarnya menyarankan dirinya untuk menggunakan jasa sopir taksi yang tetap namun dia menolaknya.

Ini karena dia tidak mempercayai orang-orang yang selain orang yang dia bawa dari Inggris.

Saat dia sedang mencegat taksi, sebuah mobil berhenti di depannya.

Agusta menjulurkan lehernya ke luar sedikit.

"Ayo masuk!" ajak Agusta.

Valentino mendekat ke arah mobil Agusta. Dia sedikit membungkuk.

"Bro, apa kau tahu Alfredo, atasanku dari bagian produksi sudah mulai curiga tentang hubungan kita?" tanya Valentino.

"Who cares? Lagipula dia kalaupun curiga tak bisa berbuat apa-apa," sahut Agusta santai.

"Sudahlah, masuk saja! Kau bisa turun di depan gedung jadi si Alfredo tak akan tahu," lanjut Agusta lagi.

Valentino ragu namun akhirnya dia memutuskan untuk ikut temannya itu saja.

"Oke, aku turun sebelum sampai di depan gedung," ucap Valentino.

Agusta segera membukakan pintu mobilnya untuk Valentino.

"Aku sudah mulai membuat proposal untuk kerjasama dengan Reis Ltd," ucap Valentino.

Agusta yang sedang berkonsentrasi mengemudi itu langsung menoleh ke arah Valentino.

"Reis Ltd? Perusahaan milik pengusaha asal Italia itu?" tanya Agusta terkejut.

"Iya, pemiliknya Antonio Cassano. Aku pernah berkerja sama dengannya saat di Inggris. Dia memiliki anak perusahaan di sana," jelas Valentino.

"Wow, that's wonderful, man! Aku nggak menyangka jika kamu kepikiran untuk mengajaknya kerja sama lagi. Tapi ini kan atas nama AL Group. Apa menurutmu dia akan menerimanya?" tanya Agusta ragu.

"Tentu saja dia akan menerima proposal buatanku. Aku tahu betul bagaimana membuat dia tertarik untuk berkerja sama," ucap Valentino.

Agusta menyeringai.

"Kau sungguh luar biasa. Tapi semoga saja si bodoh itu tak mengacaukan presentasinya," harap Agusta.

Valentino tersenyum masam.

Agusta benar, sebaik apapun sebuah proposal namun jika sang presenter tidak bisa menjelaskan dengan baik dan tidak mampu menarik minat sang investor ya sama aja tidak akan lolos.

"Mungkin kau harus mengajarinya," ucap Valentino enteng.

Agusta menoleh ke arah Valentino dengan tatapan sebal namun Valentino malah tersenyum tanpa dosa.

***

"Selamat pagi, Pak Agusta!" sapa salah seorang karyawan cantik.

"Selamat pagi!" balas Agusta.

Agusta berhenti di lobby kantor untuk mengangkat sebuah panggilan.

Valentino masuk tak lama setelahnya. Dia sengaja masuk setelah Agusta agar tak ada yang mencurigainya.

Saat Valentino berjalan dia tersandung oleh kaki seseorang. Dia terjerembab. Itu adalah kaki Levi.

Semua orang menertawakannya.

"Woi, culun! Kalau jalan itu mata harus lurus ke depan," ejek Diana.

Wanita itu menertawakannya.

"Atau jangan-jangan kacamata kamu itu kurang ya minusnya? Makannya nggak bisa lihat dengan jelas? Dah, sana ke dokter mata lagi. Periksakan mata kamu itu!" ucap Levi sambil tersenyum mengejek.

Tak ada satu pun diantara mereka yang menolongnya.

Agusta yang melihat semua itu mengepalkan tangannya.

Dia segera berlari kecil menuju temannya itu.

"Kau tak apa-apa?" tanya Agusta dan dia membantu Valentino untuk berdiri.

Semua orang yang ada di sana langsung terdiam dan terkejut karena seorang manager umum AL Group mau menolong karyawan rendahan seperti Aditya, nama samaran Valentino.

"Apa yang kau lakukan? Mereka bisa curiga," bisik Valentino pelan. Suaranya hanya bisa didengar oleh Agusta.

"Nggak akan," jawab Agusta.

"Kenapa kalian hanya diam saja saat melihat orang lain terjatuh?" tanya Agusta dengan setengah berteriak.

Agusta menatap tajam semua orang yang ada di area lobby itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status