Share

Bab 237.

Penulis: BayS
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-08 16:31:21

"Masuklah Nona Nanako, Elang. Mari kita bicara di dalam ruang pribadiku," ajak Hiroshi mempersilahkan.

Elang, Nanako, dan tak ketinggalan Keina ikut menuju ruang pribadi Hiroshi. Nanako nampak canggung, saat melihat Keina langsung menggandeng tangan Elang.

Sesampainya di dalam ruangan, mereka pun langsung duduk di sofa.

"Elang, bagaimana dengan rencana kita..?" tanya Hiroshi.

"Rencana berjalan baik Pak Hiroshi, ini dokumen-dokumen rahasia 'Yoshida Corporation' yang mereka curi," sahut Elang, sambil menyerahkan dokumen-dokumen rahasia Hiroshi yang hilang.

Hiroshi menerimanya dan langsung memeriksa dokumen-dokumen itu, wajahnya tampak berseri gembira sekali.

"Ahh..! Terimakasih Elang. Semua dokumen masih lengkap tak kurang satupun. Sungguh aku berhutang budi padamu Elang.

Dokumen-dokumen ini bagai nafas bagi perusahaanku," Hiroshi berkata sambil menunduk hormat pada Elang.

Dan beban berat yang menghantui hati dan jiwanya, seakan terangkat lepas saat itu juga.

Bahkan di dalam do
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 405.

    "Suitthh..!!!" Tantri bersuit nyaring, dengan memasukkan telunjuk dan ibu jari ke mulutnya. Tak berapa lama kemudian. Dari rerimbunan semak di tepi danau, yang tak jauh dari tempat mereka berdiri. Spyarrsh..! Melesat turun sebuah sampan ke danau, sampan itu pun langsung menghampiri mereka. "Selamat datang Tuan Putri. Silahkan naik," ucap sang pendayung, yang berbaju kuning. Tantri dan Surapati pun masuk ke dalam sampan itu, lalu mereka pun melintasi danau itu menuju ke Pulau Neraka. Tak berapa lama kemudian, sampan itu sudah menepi di pinggir Pulau Neraka. Terdapat sebuah gapura, dengan jalur yang diapit oleh dua buah tebing di kiri kanannya. Bagai sebuah jalan lorong tanpa atap. Tantri memandu Surapati, dengan memberitahukan rahasia tanda batuan putih, yang harus mereka pijak. Untuk sampai pada istana atau kediaman Tantri tanpa kendala. "Luar biasa Tantri, sungguh tingkat keamanan yang hebat. Tak sembarang orang bisa sampai ke kediamanmu," ucap Surapati kagum. Selama perjalan

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 404.

    "Elang Prayoga, Prasti! Silahkan kalian duduklah di kursi kehormatan tamu istana ini," sang Raja akhirnya mengantarkan sendiri Elang dan Prasti, duduk di kursi kehormatan. Hatinya sungguh diliputi rasa bersalah, karena telah berlaku kurang hormat terhadap dua orang muda itu. Walaupun sebenarnya sang Raja tak bisa disalahkan, karena ketidaktahuannya itu. "Terimakasih Paduka Raja. Hamba rasa paduka Raja tak perlu terlalu sungkan pada kami," ucap Elang, yang juga menjadi rikuh dengan kejadian itu. "Tidak Elang. Kau adalah tamu kehormatan kerajaan, sejak saat ini juga. Dan soal masalah Juru Judi itu, aku telah putuskan untuk memenjarakan mereka..! Kita akan memprosesnya, sesuai hukuman yang berlaku dikerajaan ini. Terimakasih atas laporanmu Elang," sahut sang Raja, menyatakan putusannya saat itu juga, soal kasus juru judi Suseno itu. Tak lama kemudian, datanglah sang Patih bersama pemilik Rumah Judi serta 10 orang pengunjung rumah judi. Mereka akan dijadikan saksi, dalam kasus juru j

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 403.

    "Hmm, Prayoga. Apakah kau sadar, jika membuat tuduhan tanpa bukti bisa mengakibatkan kau dihukum berat?" tanya sang Raja penuh wibawa. "Hamba paham paduka Raja. Dan hamba siap menghadirkan saksi, jika memang itu dibutuhkan dalam masalah ini Paduka Raja," sahut Elang mantap. "Baik Prayoga. Siapakah kiranya yang akan kau ajukan sebagai saksi, dalam masalah ini?" tanya sang Raja. Sepasang matanya menatap tajam ke arah Elang. Ada rasa kagum yang mulai merayapi hatinya, terhadap keberanian pemuda itu. "Pemilik Rumah Judi dan semua pengunjung di rumah judi itu. Mereka semua bisa menjadi saksi atas masalah ini, Paduka Raja," sahut Elang mantap. "Baik. Patih Narotama..! Segera bawa pemilik Rumah Judi dan 10 orang, yang sedang berada di sana ke Pendopo ini!" titah sang Raja pada patihnya. "Siap Yang Mulia..!" sahut sang Patih. Segera dia beranjak keluar dari pendopo istana. Patih Narotama lalu memerintahkan seorang Senopatinya, untuk melakukan perintah sang Raja. Namun diam-diam, ada s

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 402.

    "Gusti Putri hendak keluar istana..!" terdengar seruan kepala pengawal, yang berada di barisan terdepan mengawal kereta kencana kerajaan. Nampak seorang putri jelita berada di atas kereta kencana itu. Aura keanggunan dan wibawa, nampak memancar dari putri jelita tersebut. "Siap..!" seru salah seorang prajurit, yang tengah mengepung Elang. Seketika keempat prajurit penjaga gerbang itu bergerak, membukakan pintu gerbang istana. Nampak kepala keempat prajurit itu menunduk hormat, saat kereta kencana sang putri jelita melewati pintu gerbang. "Hei..! Prajurit..! Tubuh siapa ini menghalangi jalan kereta kencana Gusti Putri..?!" seru sang kepala pengawal marah. Tangannya menunjuk ke arah dua kelompok orang, yang diikat dan tergeletak begitu saja di tengah jalan. "A-ampun Tuan Putri. Mereka adalah penjahat kerajaan, yang hendak hamba laporkan pada Raja," sahut Elang cepat. Mendahului menjawab seruan sang kepala pengawal itu. Elang pun anggukkan kepalanya, memberi hormat pada putri jeli

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 401.

    "Hmm. Baiklah Tantri. Mas akan menuruti keinginanmu cantik," sahut Surapati tersenyum. Dia juga hendak melihat latar belakang Tantri lebih dulu. Karena dia merasa, Tantri bukanlah putri seorang tokoh sembarangan. Hal itu dilihatnya dari pakaian serta sikap Tantri, yang penuh percaya diri dan tak seperti wanita lainnya. 'Siapa tahu ada yang bisa kumanfaatkan darinya', bathin Surapati. "Wah..! Ini menyenangkan Mas Elang. Ayah pasti suka dengan kemampuan Mas Elang," ujar Tantri dengan wajah bahagia. Siapa gadis yang tak bahagia, saat pria yang dikasihinya bersedia mengenal keluarganya. Bagi Tantri itu adalah pertanda, jika pria tersebut serius menjalin hubungan dengannya. Dan yang paling membahagiakan adalah, jika kedua orangtuanya memberi restu atas hubungan mereka. Itulah kebahagiaan tertinggi bagi Tantri. Akhirnya malam itu mereka berdua keluar dari ruang khusus dalam telaga Wangipandan itu. Dan seumur hidup Tantri takkan lupa dengan kenangan di telaga itu. Sebuah telaga, dima

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 400.

    "Curang bagaimana, Paman Juru Judi..?!" seru Elang kesal, tak terima dibilang curang oleh Suseno. Ingin rasanya dia berkelebat, dan mengemplang hancur kepala Suseno yang panjul itu. Namun ditahannya rasa emosinya itu. "Kau memakai ilmu setan, untuk menang dalam pertaruhan ini..!" seru marah Suseno. Dia pun mencari segala alasan dan cara. Untuk lepas dari kewajibannya membayar sisa taruhannya, yang bernilai 45 keping emas itu. Karenanya dia menuduh sembarangan pada Elang. Karena dia tadi melihat betapa tempurung di atas meja diselimuti kabut hitam, dan Aki Bendot yang diandalkannya sampai tersentak seraya memegangi kepalanya. Elang segera memasukkan semua keping emas di atas meja, ke dalam kantung uangnya. Lalu dia memberikannya pada Prasti, yang sejak tadi menatapnya dengan pandangan kagum. Sementara semua penonton terdiam. Tak ada satupun dari mereka yang berani bersuara, saat sang juru judi sedang marah begitu. "Paman Juru Judi..! Sejak tadi saya masih menghormati Paman sebag

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 399.

    "Hey anak muda..! Jika kau bisa menang kali ini, maka aku akan membayar 2 kali lipat dari pasangan taruhanmu..!" seru Suseno dengan nada angkuh, dan senyum mengejek ke arah Elang. "Benarkah demikian Juru Judi..?! Baiklah semua yang menyaksikan jadi saksi ya..!" seru Elang, pada semua yang menyaksikan. "Siapp..! Kami semua saksinya..!" seru para penonton serentak. Saat itu Elang sudah kalah 50 keping emas, dan wajah Prasti juga terlihat agak cemas. Namun Elang menatap ke arahnya seraya tersenyum, menenangkan gadis itu. "Sudah jangan banyak bicara..! Pasang saja taruhanmu anak muda..!" seru Suseno kesal. Karena Suseno tak bisa menarik lagi ucapannya, di depan begitu banyaknya orang yang menjadi saksi. Namun dia tak merasa khawatir. Karena sejauh ini Elang selalu salah, dalam menebak jumlah angka dadu. "Baik. Aku pasangkan semua sisa keping emas yang kumiliki," ucap Elang tenang. Seolah pasangan taruhannya bukanlah suatu yang berharga. "Baik..! Ada 65 keping emas tersisa. Kau yaki

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 398.

    "Cara biasa saja Aki Bendot..! Mainkan judi dadu dan tebak angka dadunya. Siapa yang tebakkannya paling mendekati atau tepat, maka dialah pemenangnya!" sahut Suseno jelas dan tegas. Wajahnya menyiratkan senyum mengejek pada Elang. 'Kau takkan bisa menang pemuda bodoh..!' bathinnya sinis memaki Elang. "Baik kuikuti permainan kalian," ucap Elang tenang. Diam-diam Elang pun mulai membuka mata bathinnya. Maka kini semua yang tadinya tersembunyi, menjadi nampak jelas dalam pandangannya yang menembus. Bahkan saat itu Elang bisa melihat sesuatu benda beraura ungu terang, yang berada di dalam ikat kepala Aki Bendot. Bentuknya bulat lonjong seperti batu cincin. Dan Elang diberi wisik ghaib, bahwa nama jimat yang dikenakan Aki Bendot itu adalah, mustika pohon salam. Sontak kini para pengunjung yang menonton pun berdesakkan, mengelilingi meja judi dadu. Meja di mana Elang dan Aki Bendot bertaruh. Itu adalah kejadian luar biasa menurut mereka. Karena memang selama ini, tak ada yang berani

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 397.

    Elang hendak menghampiri dua orang berbaju hitam itu, saat sebuah suara membuatnya terkejut. "Plakhh! Jangan kurang ajar kau!" seru Prasti marah. Secepat kilat dia menampar seorang pemuda, yang hendak mencolek bokong indahnya. "Akhssg..!" seru kesakitan si pemuda tonggos, yang tak menduga harus kehilangan dua buah gigi depannya. Ya, dua butir giginya mencelat tanggal, akibat tamparan Prasti. Tampak darah mengalir di bibirnya. "Hey, heii..! Ada apa ini..?!" seru keras Suseno, yang memang berwenang menertibkan arena perjudian di dalam Rumah Judi itu. Dia datang didampingi tiga orang prajurit kerajaan di belakangnya. "Dia hendak memegangku..!" sentak marah Prasti, seraya menunjuk pemuda tonggos itu. Sementara si Tonggos kini terdiam gentar, melihat sang 'juru judi' hadir di tengah mereka. Keributan yang terjadi di tengah arena judi itu, sontak mengundang perhatian banyak para pengunjung. Namun sebenarnya lebih banyak dari mereka, yang tak menghiraukan masalah yang terjadi. Ya,

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status