Share

Bab 398.

Author: BayS
last update Last Updated: 2025-05-22 19:37:47

"Cara biasa saja Aki Bendot..! Mainkan judi dadu dan tebak angka dadunya. Siapa yang tebakkannya paling mendekati atau tepat, maka dialah pemenangnya!" sahut Suseno jelas dan tegas.

Wajahnya menyiratkan senyum mengejek pada Elang.

'Kau takkan bisa menang pemuda bodoh..!' bathinnya sinis memaki Elang.

"Baik kuikuti permainan kalian," ucap Elang tenang. Diam-diam Elang pun mulai membuka mata bathinnya. Maka kini semua yang tadinya tersembunyi, menjadi nampak jelas dalam pandangannya yang menembus.

Bahkan saat itu Elang bisa melihat sesuatu benda beraura ungu terang, yang berada di dalam ikat kepala Aki Bendot.

Bentuknya bulat lonjong seperti batu cincin. Dan Elang diberi wisik ghaib, bahwa nama jimat yang dikenakan Aki Bendot itu adalah, mustika pohon salam.

Sontak kini para pengunjung yang menonton pun berdesakkan, mengelilingi meja judi dadu. Meja di mana Elang dan Aki Bendot bertaruh.

Itu adalah kejadian luar biasa menurut mereka. Karena memang selama ini, tak ada yang berani
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 398.

    "Cara biasa saja Aki Bendot..! Mainkan judi dadu dan tebak angka dadunya. Siapa yang tebakkannya paling mendekati atau tepat, maka dialah pemenangnya!" sahut Suseno jelas dan tegas. Wajahnya menyiratkan senyum mengejek pada Elang. 'Kau takkan bisa menang pemuda bodoh..!' bathinnya sinis memaki Elang. "Baik kuikuti permainan kalian," ucap Elang tenang. Diam-diam Elang pun mulai membuka mata bathinnya. Maka kini semua yang tadinya tersembunyi, menjadi nampak jelas dalam pandangannya yang menembus. Bahkan saat itu Elang bisa melihat sesuatu benda beraura ungu terang, yang berada di dalam ikat kepala Aki Bendot. Bentuknya bulat lonjong seperti batu cincin. Dan Elang diberi wisik ghaib, bahwa nama jimat yang dikenakan Aki Bendot itu adalah, mustika pohon salam. Sontak kini para pengunjung yang menonton pun berdesakkan, mengelilingi meja judi dadu. Meja di mana Elang dan Aki Bendot bertaruh. Itu adalah kejadian luar biasa menurut mereka. Karena memang selama ini, tak ada yang berani

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 397.

    Elang hendak menghampiri dua orang berbaju hitam itu, saat sebuah suara membuatnya terkejut. "Plakhh! Jangan kurang ajar kau!" seru Prasti marah. Secepat kilat dia menampar seorang pemuda, yang hendak mencolek bokong indahnya. "Akhssg..!" seru kesakitan si pemuda tonggos, yang tak menduga harus kehilangan dua buah gigi depannya. Ya, dua butir giginya mencelat tanggal, akibat tamparan Prasti. Tampak darah mengalir di bibirnya. "Hey, heii..! Ada apa ini..?!" seru keras Suseno, yang memang berwenang menertibkan arena perjudian di dalam Rumah Judi itu. Dia datang didampingi tiga orang prajurit kerajaan di belakangnya. "Dia hendak memegangku..!" sentak marah Prasti, seraya menunjuk pemuda tonggos itu. Sementara si Tonggos kini terdiam gentar, melihat sang 'juru judi' hadir di tengah mereka. Keributan yang terjadi di tengah arena judi itu, sontak mengundang perhatian banyak para pengunjung. Namun sebenarnya lebih banyak dari mereka, yang tak menghiraukan masalah yang terjadi. Ya,

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 396.

    "A-ampunn Tuan Pendekar..! Hoekss..!" ucap gagap pimpinan brewok itu dengan susah payah. Sementara muntahannya kini, hanyalah berupa cairan putih bening. Sungguh mengenaskan.!Terlintas suatu pemikiran dibenak Elang. Maka dihampirinya kawanan brewok yang masih muntah bersahutan itu. Tukh..! ... Tukhh..!! Seketika acara muntah berjamaah keempat brewok itu pun terhenti. Setelah dengan cepat, Elang menotok bagian samping perut dekat pinggang mereka semua. "Kalian bersihkan lantai rumah makan ini..! Bayar pesanan makanan kalian tadi..! Lalu tunggu kami selesai makan, di luar rumah makan ini!" seru Elang tegas. "Ba-baik Tuan Pendekar!!" sahut empat brewok itu serentak, dengan wajah pucat dan tubuh yang masih lemas. Mereka segera meminta alat-alat untuk membersihkan lantai pada sang pelayan, yang segera memberikannya dengan senang hati. Lalu mereka pun bekerja bhakti, membersihkan lantai bekas muntahan mereka sendiri. Beberapa pengunjung lain, yang sejak awal memang sudah kesal deng

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 395.

    Namun jangan ditanya, jika ada yang berani coba-coba kurangajar padanya. Prasti bahkan bisa berubah galak dan liar, melebihi singa betina bila dia sedang marah. Dan kesukaannya memang warna hijau. Karena itulah kebanyakkan pakaiannya di dominasi oleh warna hijau. Dari warna pakaian hijau pupus, hijau daun, sampai hijau tua dia memilikinya. "Duh..! Kumis halusnya itu lho. Hmmshh..!" seru gemas brewok yang satunya lagi, seraya makin terbelalak menatap wajah Prasti. 'Degh!' Hati Prasti pun mulai merasa panas. Dia melirik tajam ke arah si Brewok, yang menggodanya itu. Dan memang sudah menjadi kebiasaan lelaki penggoda sejak jaman batu. Semakin si perempuan yang digoda memberi respon, maka semakin latahlah lelaki itu berulah menggodanya. Demikian pula dengan si Brewok satu ini. Melihat wajah merengut sebal Prasti, maka makin bersemangatlah dia menggoda si Prasti. "Duh..! Lirikan matanya tajam sekali. Bagaimana rupanya, jika mata itu terbeliak merasakan nikmatnya permainanku di atas

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 394.

    "Aihh! Mas..!" sentak Tantri, seraya menggelinjang, saat bibir rakus Surapati mencerucup ujung dadanya. Sungguh sensasi rasa geli dan kenikmatan, seketika menyentak hingga ke ubun-ubunnya. "Hhh.. hhh..! Kita ke atas dipan saja sayang," Elang berkata terengah menahan gejolaknya, seraya memondong tubuh Tantri dari dalam telaga. Nampak tubuh ramping padat dan mulus milik Tantri sudah gemetaran, menahan hasrat dan rangsangan yang belum pernah dirasakannya itu. Bibir Surapati terus menelusuri tubuh gadis perawan itu. Selama dia berjalan ke arah dipan, yang tersedia di dalam ruang dalam telaga itu. Sesuatu di bawah tubuhnya terasa agak pegal. Akibat kerasnya sesuatu itu, yang tegak kokoh mengacung disana. Dan terjadilah sesuatu yang semestinya tak terjadi atas diri Tantri, yang masih polos dalam asmara itu. "Ahks..! Sakith.. Mass ...." erang Tantri tersentak, dengan sepasang mata terbelalak kaget. Dahinya terlihat berkerut, menahan rasa nyeri sesaat yang melandanya. Ya, Surapati tel

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 393.

    "Ahh..! Untuk apa Mas Elang melakukannya?!" tanya Tantri, yang melihat aksi Elang melumpuhkan kedua prajurit jaga tersebut. "Sejak kemarin aku penasaran, dengan isi di ruang dalam telaga Wangipandan itu Tantri. Kita juga berhak tahu isi di dalamnya. Karena kau juga adalah putri bangsawan di mataku Tantri," ujar Elang menjelaskan alasannya, disertai rayuan mautnya pada Tanri. Tak diragukan lagi memang pengalaman 'Surapati koplak' ini, dalam hal menaklukkan hati wanita. Tentu saja Tantri tak bisa menolak ajakkan pemuda yang dikasihinya ini, egonya juga timbul. Dia membenarkan ucapan Elang, karena Tantri juga merasa sebagai putri dari Penguasa Pulau Neraka Prabadewa. Seorang yang memiliki kerajaannya sendiri di pulau Neraka. Mereka berdua pun lalu masuk dengan bergandengan tangan, ke bagian dalam Telaga Wangipandan itu. Tempat yang hanya dikhususkan bagi kalangan istana saja. Saat hendak masuk, Surapati sempat menambah totokkannya, pada kedua prajurit yang tengah pingsan itu. Kini

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 392.

    "Psspph..! Huph..!" Surapati mendesiskan nafas panjangnya, layaknya orang yang baru saja berolah nafas. Sementara Tantri yang melintas tepat saat Surapati mendesiskan nafasnya, sontak menoleh ke samping kanan jalur. Dan seketika matanya berbinar gembira. Saat dia melihat pria yang berada dibenaknya, kini menjelma nyata di depan matanya. "Mas Elang..?!" seru Tantri, dengan tatapan mata penuh keterkejutan ke arah Elang. Surapati perlahan menolehkan pandangannya ke arah Tantri, lalu dia pun tersenyum tenang. 'Ahh senyum itu', bathin Tantri, dengan wajah memerah. Senyum yang memabukkan hati Tantri semalaman, kini kembali dilihatnya saat itu. Sungguh membuat hati Tantri berdebar tak karuan. "M-mas Elang, kenapa kau bisa berada di sini? Kemana teman wanitamu si Prasti murid Eyang Wilapasara itu?" tanya Tantri heran. Karena sejak bertemu di bukit Rajawali, dia memang sudah mengenal Prasti. Wanita yang diperkenalkan oleh Ki Randujati, sebagai perwakilan dari Eyang Wilapasara di pertem

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 391.

    Rumah makan Pakde Harjo, adalah sebuah rumah makan terbesar di Kotaraja Shaba kala itu. Di waktu yang masih sepenggalah matahari di pagi hari itu. Rumah makan Pakde Harjo telah ramai, dikunjungi para pelanggan yang ingin mengusir rasa lapar di perutnya. Beberapa pelayan rumah makan nampak sibuk hilir mudik, menerima dan mengantar pesanan makanan para pengunjung. Dan di sudut ruangan rumah makan itu. Nampak seorang gadis jelita yang bermata dingin, duduk melamun menunggu makanan yang dipesannya datang. Ya, dialah Tantri, yang memilih tetap berada di Kotaraja Shaba. Usai kegagalannya bersama sang Guru mendapatkan Batu Mustika Hijau semalam. Sementara gurunya Ki Ranuwulung sendiri dia telah berangkat kembali ke lereng Marapat pagi-pagi tadi. 'Ahh..! Elang, nyaman sekali berada dalam dekapanmu semalam', bisik lirih bathin Tantri. Pengalamannya berada dalam dekapan Elang semalam. Saat dia diselamatkan dari belitan Naga Hijau, selalu terbayang-bayang di benaknya. Bahkan ucapan dan

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 390.

    "Tantri..!" seru Ki Ranuwulung kalap dan putus asa. Hantamannya tadi bahkan tak memberikan pengaruh yang berarti, bagi sang Naga Hijau. Bahkan malah makin menambah kemurkaan sang Naga saja. Disaat semua orang hanya bisa menatap tanpa daya. Sang Naga Hijau nampak hendak semburkan lagi apinya. Berniat untuk menghanguskan dua wanita yang ketakutan, panik, dan pasrah dalam belitannya itu. "Kyaarrghsk..!!" terdengar pekikkan dahsyat dari sosok Ki Naga Merah, yang melesat cepat ke arah sang Naga Hijau. Di atas punggung Ki Naga Merah nampak Elang dan Prasti, yang duduk tenang di sana. Mendengar suara pekikkan berwibawa yang tak asing baginya, seketika Naga Hijau palingkan kepalanya ke arah sosok Ki Naga Merah, yang datang menghampirinya. Dan keanehan pun terjadi..! Naga Hijau seketika tundukkan kepalanya, di hadapan Ki Naga Merah. Belitan ekornya terhadap Nyi Kedasih dan Tantri pun melemah dan terlepas. Slaph..! Taph..! Taph..! Elang segera melesat cepat merangkul dua tubuh wanita it

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status