Share

Bab 426.

Author: BayS
last update Huling Na-update: 2025-05-30 17:04:42

"Celaka..! Ini malah akan lebih parah, dibanding Ki Somanata sebagai Ketua Persilatan.

Para pendekar akan dipaksa ikut, untuk mendukung segala kebijakkan Raja mentah-mentah..!" seru seorang penonton lagi menimpali.

"Hei..! Para pendekar keparat..! Dengar..! Kompetisi pemilihan Ketua Persilatan ini bersifat umum, dan semua pendekar boleh mengikuti..!

Asalkan dia adalah penduduk dan rakyat di tlatah Palapa ini..! Bukankah begitu aturannya..?!" teriak lantang Panglima Es, dengan wajah murka.

Dia merasa tak terima dan marah sekali, mendapat cacian dan cemoohan, dari sekalian pendekar yang hadir.

"Tapi sudah semestinya pihak kerajaan tak ikut campur, dalam pemilihan Ketua Persilatan di Tlatah Palapa ini..!

Karena Gurumu Resi Mahapala, adalah Guru Besar kerajaan Palapa. Kau juga secara tak langsung ikut menjadi bagian dari kerajaan..!

Kau tak berhak ikut dalam pemilihan ini Panglima Es..!" seru seorang penonton tak terima.

"Yang menjabat Guru Besar adalah Guruku! Bukan aku, muridnya
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 597.

    "Hidup Maharaja Palapa yang baru..!!" Teriak seorang dari rombongan itu. Dan tentu saja hal ini menjalar dengan cepat. "Hidup Maharaja Danuthama Syailendra..!!" "Jayalah Tlatah Palapa..!!" "Bangkitlah Palapa..!!" Seruan-seruan kegembiraan terdengar riuh rendah, di pendopo istana Belupang pagi itu. Suatu pagi yang akan mengawali babak baru, bagi perubahan besar Tlatah Palapa, menuju puncak kejayaannya..! *** Sementara itu di dalam istana kerajaan Kalpataru. Saat itu tengah digelar pertemuan besar, membahas hukuman bagi Surapati. Seorang penjahat 'besar' bagi Tlatah Kalpataru, dan juga bagi Elang yang telah difitnah olehnya. Nampak sosok Surapati berlutut ditengah-tengah pertemuan itu. Tubuhnya dalam keadaan terbelenggu. Ya, Elang telah memusnahkan 'power' dalam diri Surapati, dan menotok pusat energinya. Agar Surapati tak bisa menghimpun kekuatannya kembali. Kini Surapati benar-benar tak berdaya. Dia hanya bisa menjawab atau menanggapi, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 596.

    Seruan sang Maharaja Mahendra lantang menggema. Mengingatkan rakyat dan seluruh pasukkannya, agar tak terlalu larut dalam kegembiraan. Ya, adalah ironis jika bergembira berlebihan, sementara banyak pula prajurit Tlatah Kalpataru yang gugur, dalam mempertahankan kejayaan Kalpataru. Termasuk ayahanda sang Maharaja sendiri, Begawan Ekapaksi..! Perang..! Satu kata yang tak menimbulkan manfaat sedikitpun, bagi yang menang ataupun kalah..! Akhirnya semua pihak langsung kerja bhakti, bergotong royong membersihkan, dan mengurus mayat-mayat yang berserakkan. Tentu saja mereka memilah, mana koban pasukkan musuh, dan mana korban dari pasukkan Tlatah Kalpataru. Bahkan tawanan perang musuh pun disuruh ikut serta, mengumpulkan korban-korban dari pihak mereka sendiri. Tak ada kesewenang-wenangan dari pihak Tlatah Kalpataru. terhadap para tawanan perang yang hanya berpangkat prajurit itu. Ya, karena hakekatnya para prajurit hanyalah korban. Mereka sama sekali tak memiliki pilihan lain, selai

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 595.

    Khraa - Blaatzzshk..!! Byaartzsshk..!! Ledakkan dahsyat pun terjadi, gelombang energi petir menjalar cepat ke segala arah. Sedangkan ratusan sayap-sayap api hitam buyar seketika, dan pecah memercikkan api hitam berkobar ke segala arah. Bagaikan gumpalan awan hitam raksasa super panas, yang pecah berkeping..!"Edann..!!" "Awass..!! Tekanan hawa panas dari langit..!!" "Tiarap semuanya..!!" Brugh..! Brukhg..! ... Brukhh..!!! Sontak seluruh prajurit dan pasukkan di bawah sana jatuhkan diri bertiarap. Ya, mereka semua bagaikan melihat sebuah cincin api raksasa yang berwarna hitam keemasan. Indah dilihat memang, namun sesungguhnya sangat mengerikkan akibatnya. Apalagi jika kita berada dekat, dengan pertarungan dua tokoh sakti itu. Karena dengan hanya terkena sambaran hawa serangannya saja, niscaya orang akan lenyap menjadi serbuk debu..! "Haarrghks..!!" Wuussh..!! Surapati berteriak keras, seraya muntahkan darah kehitaman dari mulutnya. Lalu sosoknya pun terhempas deras ke bumi

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 594.

    Scraatzsh..!! Wuunnnggztt...!! Seketika itu juga, muncul kilatan cahaya putih yang menyilaukan mata. Melesat tebarkan asap puti, dan mendengung tebarkan hawa panas luar biasa, dari ketinggian langit. Ya, sebilah pedang menyilaukan berwarna putih berpijar dengan terangnya. Pedang itu langsung melesat ke arah Kebo Sena, yang telah kembangkan telapak tangan kanannya. Taph..!! Pedang Matahari yang berpijar putih menyilaukan mata itu pun, kini berada dalam genggaman Kebo Sena. "Bagus..! Kita langsung saja mulai pertarungan kita..!!" seru Elang tenang. Kini hatinya sudah tak begitu cemas lagi. Ya, setelah dia melihat datangnya ribuan pasukan Naga dari dimensi Selaksa Naga. Maka Elang merasa yakin, jika keadaan medan perang akan berbalik 180 derajat. Dan Maharaja serta para pendekar Kalpataru akan baik-baik saja. "Hiaahh..!!" Ctaarzzsh..!! Craankhhs...!! Dan pertarungan saling serang di antara ketiga tokoh itu pun berjalan dahsyat dan sengit.Sementara itu, pasukkan Tlatah Kalpataru

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 593.

    "TUJUH PETIR..!!" seru Elang menggelegar lantang. Ya, Elang memang ingin menggunakan 'Cambuk Tujuh Petir'nya. Untuk melakukan pertarungan cepat, dengan dua musuh yang agak sulit dikalahkannya itu. Karena kerjasama Surapati dan Kebo Sena, yang memang sangat kompak dan saling mengisi itu. Blaatzzsk..!! Splaarrztsh..!! Sementara dua buah pukulan jarak jauh, yang tadi dilepaskan Surapati dan Kebo Sena meleset. Dua pukulan dahsyat itu malah meledak, dan menghantam kumpulan pasukkannya sendiri di bawah. Seketika bumi berdentam keras, dilanda dua pukulan nyasar dan meleset dari keduanya, yang berniat menghantam Elang. "AArrghksskkss ... sskkhh..!!" Kembali terdengar jerit kematian bersahutan, dari pasukkan Palapa. Akibat hantaman nyasar dari dua Panglima mereka sendiri itu. Sementara di langit. Awan hitam gelap diselimuti cahaya keemasan seketika muncul, dari langit yang terbelah di atas kotaraja Dhaka. Badai angin dan tujuh lidah halilintar berkeredepan, menggemuruh dahsyat tak t

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 592.

    "Aarrghks..!" Brughk..! Dengan teriakkan ngeri kesakitan, nyawa sang Resi pun akhirnya keluar dengan terpaksa dari tubuhnya. Sosok sang Resi Mahapala pun jatuh deras ke bumi, dengan nyawa sudah melayang dari raganya. Ya, Resi Mahapala telah menghembuskan nafas terakhirnya, di medan perang wilayah Dhaka..! Dan di lokasi pertarungan lainnya. Nampak Begawan Ekapaksi telah gugur, ditangan Ki Prabadewa. Sosok sang Begawan berhasil ditarik masuk ke dalam bumi, lalu dihujani 'Pukulan Inti Bumi' oleh Ki Prabadewa.Kini lawan Ki Prabadewa adalah Eyang Sepikul, yang juga telah berhasil menghabisi Panglima Datuk Nan Tabanam. Sementara perang terus berkecamuk dahsyat. Namun kalah jumlah dalam selisih yang teramat jauh, sungguh sangat berpengaruh bagi stamina para prajurit, serta para pendekar Tlatah Kalpataru. Walau nampak korban di pihak musuh, bahkan sudah sebanyak jumlah total pasukkan Kalpataru lebih. Ya, jumlah pasukkan musuh yang tewas, dalam perang hingga siang menjelang sore itu s

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status