Share

Bab 446.

Author: BayS
last update Last Updated: 2025-06-04 21:55:03

"Nanda Arum. !" seru sang Permaisuri, tak dapat menahan gejolak kecemasan dihatinya.

Setengah berlari dia menghampiri putrinya, yang tergolek di atas ranjang pembaringan. Hatinya berdebar cemas sekali.

Dan hati sang Permaisuri agak lega, saat mengetahui putrinya masih hidup, dan hanya pingsan tak sadarkan diri.

Namun tetap saja hatinya berdebar kencang. Pada saat dia menyaksikan, jika dibalik selembar kain yang menutupi tubuh putrinya itu. Dia sama sekali tak melihat penutup tubuh lainnya.

'Nanda Arum..! Apakah ... apakah kau telah ...' sang Permaisuri tak melanjutkan dugaan jeleknya, walau itu hanya dalam hati.

"Kanda Prabu ...." ucapnya lirih, seraya menoleh ke arah sang Prabu, yang juga tengah memperhatikan kondisi putrinya itu.

"Dia tak sadarkan diri Yayi. Minggirlah, biar kakanda yang menyadarkannya," ujar sang Prabu, seolah mengerti kecemasan permaisurinya itu.

Sang Prabu memang memiliki kemampuan untuk itu. Segera ia menekan sebuah titik, di belakang leher Arum. Lalu dia
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rika Bohayy Bohayy99
ayoo kluar elang aduh hatiku ikut marah besar ini sama suropati ............
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 453. KEMBALI SEJENAK

    "Patih Giricakra..! Bagaimana bisa seluruh pasukkan Panglima Surya dan Panglima Es, yang berjumlah ribuan itu bubar tercerai berai begitu saja..? Itu adalah suatu kerugian besar bagi kita, yang tengah menyusun kekuatan penuh..! Karena kita akan menyerang Tlatah Kalpataru, pada saat yang tepat nanti..! Apakah kau bisa mengumpulkan pasukkan yang telah tercerai berai itu, Patih Giricakra..?!" kini sang Maharaja berseru, pada sang Patih Giricakra. "Baik Paduka Maharaja. Hamba akan mencoba mengumpulkan kembali, pasukkan Panglima Surya dan Panglima Es yang tercerai berai itu. Dan akan langsung hamba satukan dan latih, bersama pasukkan kerajaan kita. Agar kekuatan pasukkan kerajaan kita bertambah besar Paduka Maharaja..!" jawab tegas sang Patih. Itulah contoh jawaban ARS (Asal Raja Senang), dari Patih Giricakra. Sesungguhnya Giricakra sendiri masih bingung memikirkan. Dengan cara bagaimana dia bisa mengumpulkan ribuan pasukkan, yang telah tercerai berai itu? Bahkan sesungguhnya dia me

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 452.

    "Hahh..?!" betapa terkejutnya Surapati. Ya, Surapati baru menyadari, bila ternyata sarung dan gagang Pedang Rajawali Api, yang saat dicabut tadi seluruhnya berwarna merah berpijar bak besi membara. Namun kini sarung pedang itu berubah warna menjadi Hitam Legam. Sarung itu bercorak sayap-sayap burung rajawali, namun juga berkilat menggidikkan. Terdapat mustika batu, yang juga berwarna hitam legam berkilat. Tepat di bagian mata kepala burung rajawali, yang menjadi gagang pedang pusaka itu. 'Coba kulihat mata pedang ini', bisik hati Surapati penasaran. Perlahan Surapati mulai menarik gagang pedang itu, seketika tangannya bagai dialiri getaran energi panas yang merasuk menjalari tubuhnya. Sementara batu mustika hitam di kepala gagang pedang mulai memancarkan cahaya merah, cahaya merah membara mulai menyeruak terang dari bagian mata pedang, yang baru sepertiga bagiannya tertarik keluar. Srakh..! Surapati kembali masukkan pedang ke dalam sarungnya, dengan tangan gemetar. Hatinya pun

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 451.

    "Kecuali apa Eyang Guru..?" tanya Surapati penasaran, dengan ucapan Eyang Salsapala yang terputus. "Hmm. Tapi sepertinya tidak mungkin Surapati..! Setelah 'Manusia Setengah Dewa' tiada. Rasanya tak mungkin lagi, ada manusia yang bisa memiliki pusaka langit 'Cambuk Tujuh Petir'..! Dan andai pun ada. Maka tak mungkin orang itu memiliki 'daya' 300 tahun, yang akan Eyang berikan pada dirimu Surapati..!" seru Eyang Salsapala menjelaskan. "Ahh..! Pusaka 'Cambuk Tujuh Petir'..?! Apakah pemilik pusaka itu bisa mendatangkan pusaran awan hitam, dan menangkap lidah petir di dalamnya, eyang Guru..?" tanya Surapati kaget. Dia teringat cerita dari pendekar yang dulu minum bersamanya. Pendekar itu bercerita pada saat pertarungan dengan Panglima Awan. Jika Elang mampu mengeluarkan jurus yang bisa memanggil awan gelap, dan menangkap sambaran petir. "Jagad Dewa..! Siapa orang yang kau maksud Surapati..?!" kejut Eyang Salsapala bukan olah-olah. Dia sangat paham dengan ajian 'Guntur Jagad' yang di

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 450.

    Sementara di sebuah telaga yang dikenal dengan nama, 'Muara Tiga Naga'. Nampak dua sosok sedang duduk bersila. Kedua sosok itu berada dalam keadaan melayang, di tengah-tengah permukaan air telaga yang sunyi dan agak gelap. Karena telaga itu memang dikelilingi oleh rerimbunan pohon besar dan lebat, di pinggiran telaga itu. Sebuah telaga yang nampak indah di permukaan. Namun seperti menyimpan misteri dan rahasia mengerikkan, di balik keindahannya itu. Ya, Muara Tiga Naga adalah sebuah telaga, yang berada di daerah 'Lembah Tiga Naga'. Tempat kediaman sosok sepuh termumpuni saat itu di tlatah Palapa, Eyang Paminggir."Elang. Sudah hampir 4 hari kau berada di sini menemani Eyang. Apakah kau masih belum menemukan jawaban, atas pertanyaan dalam dirimu sendiri..?" ucap Eyang Paminggir, seraya tersenyum teduh menenangkan. Nampak kini sosoknya bahkan lebih lama saat menjadi samar dan lenyap. Lalu kemudian muncul lagi dalam sosok utuh, namun hanya sekejap. Dan kemudian menjadi samar dan len

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 449.

    Saat itu hati Kirani tengah gundah, karena telah seminggu lebih dia kehilangan jejak Elang yang dibuntutinya selama ini. Baginya mengikuti sepak terjang pemuda itu menimbulkan keasikkan tersendiri, dan penuh dengan kesan mendalam di hatinya. Semakin lama dia mengikuti perjalanan pemuda itu. Maka semakin dalamlah sebuah rasa, yang perlahan tumbuh bersemi di hatinya. Dan kini tentu saja hatinya terbakar. Di saat dia mendengar orang yang dikaguminya, dihina begitu saja oleh 3 orang kasar, yang nggak ada indah-indahnya sama sekali itu. "Hei..! Kalau kamu memang mau tahu jawabannya, buka dulu capingmu itu..! Kalau kami lihat kau cukup cantik maka ... Plaghk..! Sebuah tamparan cepat dan keras menerpa rahang orang itu. Saat dia belum sempat menyelesaikan ucapannya. Nampak 2 butir gigi meluncur indah, lalu jatuh ke tanah dari mulut orang itu. "Aaarghhskk..!" jerit sengau kesakitan terdengar dari orang itu. Darah pun seketika mengalir, di sudut bibirnya yang membiru. Srankh..! Srakkh.

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 448.

    Maharaja Mahendra Wijaya juga telah memanggil ke-5 Raja Wilayahnya. Untuk datang ke Kerajaan Kalpataru, demi membahas sesuatu hal penting. Padahal sebenarnya, Maharaja Mahendra hanya ingin meminta keterangan dari Raja Galuga Dewangga Kusumawhardana. Sehubungan dengan isi 'maklumat'nya, yang dirasa aneh oleh Maharaja Kalpataru itu. Semua pendekar yang mengenal Elang dibuat tak percaya, dengan julukkan yang disematkan pada Elang. Kini hampir semua para pendekar turun ke dunia ramai. Untuk mencari si penyebar daftar di daun lontar itu. Dan tentu saja, Prasti adalah satu-satunya pendekar wanita. Yang paling merasa marah dan penasaran, dengan pembuat daftar di daun lontar tersebut. Karena dia merasa sebagai orang yang paling mengenal siapa Elang. Andai Elang memang seorang Penjahat Mata Keranjang. Maka pastilah dia telah lama menjadi korban dari Elang, yang sempat mengembara bersamanya. Dia langsung meminta ijin pada Eyang Wilapasara. Untuk turun ke dunia ramai, dan mencari dalang da

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status