Share

3. Perlawanan

Anak buah Alice mendekati Aslan. Sikapnya terlihat dingin menatap Aslan. Hal itu membuat Aslan harus memundurkan diri untuk melindungi diri.

“Kau mau apa?” Aslan waspada.

Kraaaakk!

“Arrrghhhh!” keluh Aslan kesakitan saat tangannya dipelintir oleh anak buah Alice secara tiba-tiba.

“Masih ingin menolak?” tanya Alice dengan mengangkat sebelah alisnya.

"Lepaskan dulu! Aku akan melakukan perintahmu!" Aslan akhirnya berusaha percaya, demi menghilangkan rasa sakitnya.

Alice memberi kode pada anak buahnya untuk melepaskan tangan Aslan. Tentu saja anak buah Aslan menuruti perintah. Barulah Aslan menekan ikon play video pada tablet yang diberikan Alice.

Video terputar. Aslan serius menonton video yang disajikan. Di dalam sana tampak ayah dan ibunya diperlakukan tidak adil oleh mafia kejam hanya karena tidak ingin menyerahkan Aslan sebagai generasi selanjutnya menjalankan perintah dari mafia kejam. Rupanya terdapat perjanjian kalau Aslan berumur lebih dari dua puluh tahun, maka harus diserahkan pada mafia kejam dengan batas maksimal usia dua puluh lima tahun. Pantas saja saat usia Aslan menginjak dua puluh lima tahun sekarang, orang tuanya dilenyapkan. Karena mereka melanggar perjanjian.

Tidak ada satu menit pun yang dilewatkan oleh Aslan. Walaupun mata Aslan memanas saat melihat kedua orang tuanya disayat hingga meninggal. Tangan Aslan mengepal kuat. Aslan semakin tidak terima dengan tindakan mafia itu. Rasa bersalah Aslan juga bertambah, karena ada kesimpulan pengusiran Aslan beberapa tahun silam sebagai bentuk penyelamatan yang dilakukan orang tuanya.

"Apa benar mereka melakukan perjanjian seperti ini?"

"Iya. Tapi, sejujurnya perjanjian itu tidak berlaku. Karena orang tuamu telah menukarnya dengan menjalankan misi besar. Sayangnya mafia brengsek itu tetap saja tidak sabar menunggu hasil dari misi besar yang dijalankan. Jadinya, mereka dibunuh."

"Lalu kau siapa? Ada di pihak mana?"

"Aku ada di pihak membebaskan saudariku dari mafia kejam itu."

"Apa hubungannya denganku?"

"Baca ini!" Alice memberikan sebuah berkas pada Aslan.

Aslan membaca berkas yang diberikan Alice. Isinya tentang wasiat sang ayah. Ayah Aslan menuliskan jika terjadi hal yang buruk, maka Aslan harus membalaskan dendam dan merebut apa kembali sesuatu yang direbut oleh mafia kejam. Kunci pembalasan dendam bisa terwujud dengan bergabung dengan lima wanita cantik yang menyimpan sebuah senjata penting untuk melawan mafia kejam.

"Lima wanita cantik? Siapa?"

"Aku dan keempat saudariku."

"Kau?"

"Iya. Kenapa kau terkejut? Aku juga cantik."

"Iya, tau. Aku tidak buta. Tapi kau minim attitude."

"Sepertinya ini gara-gara bergaul dengan mafia. Jadi, aku seperti ini jika bertemu orang baru. Intinya kita harus jadi rekan."

"Sebelum itu, apa yang membuatku bisa mempercayaimu? Bisa saja kau membohongiku dengan membawa video dan surat ini palsu, lalu kau menyerahkanku pada mafia kejam itu."

"Ck! Lalu, untuk apa aku menolongmu?"

"Bisa saja hanya tipu muslihat agar bisa mengendalikanku."

"Kalau saja senjata yang dimiliki saudariku tidak ada hubungannya denganmu, pasti aku enggan mendatangimu."

"Kenapa bisa berhubungan denganku?"

"Saudari-saudariku menyegel pintunya bersama ayahmu menggunakan sidik jarimu."

Aslan mengerutkan keningnya. Ia tidak pernah memiliki ingatan pernah memberikan sidik jarinya pada sebuah pintu yang menyimpan senjata.

"Kau pasti bertanya-tanya bagaimana caranya?" Alice menebak dari raut wajah Aslan.

"Iya."

"Aku pun tidak tahu. Hanya saudari tertuaku yang tahu caranya. Aku hanya diberitahu tentang mencarimu. Selebihnya saudariku yang lain diberi kepercayaan oleh saudari tertuaku masing-masing satu senjata."

"Lalu, di mana keempat saudarimu yang lain?"

"Mereka ada di dalam genggaman mafia kejam menjalankan bisnis kotor. Hanya aku yang bisa kabur."

"Jadi, intinya?"

"Kita harus bekerja sama membebaskan saudariku, lalu mencari keberadaan senjatanya."

"Kenapa tidak langsung diberitahu saja di mana letak senjatanya? Dengan begitu kita bisa melawan mafia kejam dan membebaskan saudarimu."

"Tidak bisa. Saudariku berjaga-jaga jika kau menghianati kami. Jadi, kau harus menyelamatkan mereka dulu baru bisa ditunjukkan tempatnya."

"Jadi, sebenarnya kau tau tempatnya?"

"Ah! Kau ini! Lambat sekali mencerna perkataanku! Intinya aku tidak tau keberadaannya sama sekali. Begitu pula dengan anak buahku yang sekarang. Hanya saudariku yang tau. Jadi, kau selamatkan mereka agar bisa berbincang tentang letak senjata itu di mana."

Aslan tampak berpikir. Tawaran dari Alice cukup menggiurkan dan terhubung. Namun Aslan tidak tahu bahaya apa yang akan dihadapi.

"Aku mencari jalan sendiri saja. Aku tidak ingin bertanggung jawab atas nyawa kalian."

Alice tersenyum miring. "Kau pikir semudah itu masuk dunia mafia? Kau tidak bisa masuk ke dalam dunia mafia kalau tidak memiliki tiketnya. Harus ada identitas. Selain itu, harus mencapai level tertentu agar kau bisa bertemu langsung dengan musuh utama."

Aslan tak menyangka akan serumit itu. "Baiklah. Aku akan bergabung denganmu jika kau menyetujui syarat dariku."

"Apa? Harus ada syarat segala? Hei ... tujuan kita sama. Ingin membunuh mafia kejam. Dan jelas hubungan kita saling memguntungkan."

"Kau harus menjamin adikku aman. Itu syarat dariku."

"Baiklah. Itu mudah. Aku buatkan surat perjanjian kita dulu." Alice kemudian memerintahkan anak buahnya untuk membuatkan surat perjanjian.

"Kau sudah tau tentang kabar sahabatku yang tadi?" tanya Aslan.

"Sudah. Sahabatmu baik-baik saja. Sepertinya dia tadi sempat pergi dulu dari rumah sebelum ledakan terjadi. Kenapa kau mengkhawatirkannya?"

"Dia sudah kuanggap sebagai saudara kandungku. Jadi, wajar saja aku peduli. Aku juga meminta dia ikut bersama adikku."

"Banyak sekali syarat yang kau ajukan?"

"Kalau kau tidak mau. Ya sudah, kita sudahi saja pertemuan ini sampai di sini."

"Baiklah." Alice setuju dengan syarat yang diajukan Aslan.

Aslan merasa lega. Ia tidak perlu khawatir berlebihan dengan sang adik jika ada Gavin. Karena adik Aslan kurang pandai bergaul dengan orang baru.

Surat perjanjian yang dibuat oleh Alice telah selesai. Giliran Aslan menandatanganinya. Sebelum menandatangani, Aslan membaca seluruh isinya. Rupanya Alice tidak menambahkan hal yang di luar pembicaraan, sehingga Aslan yakin menandatanganinya.

Klek!

Pintu ruangan terbuka. Seorang perawat masuk dengan membawa sebuah tangga alumunium. Aslan bertanya-tanya dengan tindakan perawat membawa tangga.

"Kenapa membawa tangga kemari?" tanya Alice pada perawat yang masih menata tangga.

"Kalian harus segera pergi. Ada orang yang mencari kalian. Mereka baru saja tiba di lobi rumah sakit. Ciri-cirinya persis dengan anak buah orang yang memburu kalian." Perawat menjawab setelah berhasil membuka bagian plafon.

"Baiklah! Ayo pergi!" Alice segera mengemasi barang-barangnya.

Perawat yang turun dari tangga segera menghampiri Aslan. Selang infus Aslan harus segera dicabut. Jika dicabut paksa oleh Aslan akan menimbulkan rasa sakit, sehingga dibantu oleh perawat.

Alice bergerak menaiki tangga tanpa ragu. Baru kali Aslan melihat wanita yang berani seperti itu. Tidak ada drama alasan takut jatuh atau tidak bisa melakukan hal ekstrim.

"Jangan hanya memandangi. Cepat naik!" Anak buah Alice mengingatkan Aslan.

Aslan menaiki tangga yang disediakan. Anak buah Alice menyusul ketika Aslan telah berhasil masuk ke dalam plafon.

Braaak!

Suara pintu terbanting terdengar keras. Aslan yang mendengarnya segera mendorong Alice untuk bergerak lebih cepat.

Dor!

"Arrrrgghhhh!" teriakan anak buah Alice terdengar kesakitan terkena tembakan. Aslan sampai menoleh ke belakang.

"Cepat pergi! Aku akan menahan mereka!" ucap anak buah Alice.

Dor!

Tembakan dilepaskan kembali. Tubuh anak buah Alice terjatuh seketika. Bisa dipastikan orangnya meninggal.

"Jatuhkan tubuhmu sekarang!" ucap Aslan pada Alice.

"Kau gila? Kalau kita jatuh di ruang ICU bagaimana? Bisa menimpa orang sekarat."

Aslan segera mendatangi Alice dan memeluknya. "Tutup matamu!" teriaknya.

"Apa?! Kau mau apa?!" Alice mencoba melepaskan diri.

"Diam! Tutup matamu!"

BRAKKKKK!!!

Mereka menjatuhkan diri bersama.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Haryulinda
Readers, bab ini ada revisi yang sedang ditinjau. jadi, harap bersabar untuk revisi bab barunya. sementara bacanya bab 1-3 yang ini. lalu ke bab 5 ya nantinya.
goodnovel comment avatar
Thru14
mafianya perlu dibinasakan segera itu.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status