Share

2. Keputusan Sulit

Author: Haryulinda
last update Last Updated: 2023-07-08 18:14:33

Bagian depan rumah Aslan rusak akibat ledakan. Pusat ledakan berada di mobil Alice dan anak buahnya. Beruntung rumah warga jaraknya berjauhan, sehingga tidak memakan banyak korban.

Keadaan di dalam rumah Aslan masih terdapat beberapa orang yang tertelungkup. Orang yang pertama kali bangun adalah Alice. Tubuh Alice terlindung oleh pria berjas hitam yang merupakan anak buahnya.

Anak buah Alice yang melindungi Alice telah tewas. Hal itu bisa dipastikan dari tubuhnya yang tidak bergerak. Alice menyingkirkan tubuh anak buahnya.

"Aslan!" Alice langsung teringat pada Aslan. Matanya menatap sekeliling mencari keberadaan Aslan.

"Di sini, Nona!" panggil anak buah Alice yang selamat.

Alice langsung mendekat ke arah anak buahnya ketika melihat Aslan tengah dibawa oleh anak buahnya. "Tuhan ... tolong jangan biarkan dia mati sekarang. Tunda dulu, Tuhan." Alice merapalkan permohonan dengan nada lirih.

"Kita harus segera pergi, Nona. Sebentar lagi rumah ini akan segera hangus oleh api."

"Baiklah."

Alice dan anak buahnya pergi dengan membawa Aslan. Baru saja berjalan beberapa langkah, api langsung menyebar ke seluruh rumah Aslan. Alice dan anak buahnya mempercepat langkah menuju ke tempat aman.

Di sinilah Alice berada sekarang, yaitu di tengah pematang sawah. Tepat di belakang rumah Aslan hanya ada pematang sawah yang paling aman. Aslan dibaringkan di jalan pematang sawah.

"Dia masih hidup kan?" Alice memastikan.

"Iya, Nona. Dia hanya pingsan."

"Carilah air untuk membangunkannya."

"Baik, Nona." Anak buah Alice kemudian pergi mencari air terdekat. Kebetulan pengairan sawah sedang dalam keadaan air yang terbatas, sehingga perlu mencari ke bagian lain.

Alice menelepon anak buahnya yang lain untuk datang menjemputnya. Ia harus segera membawa Aslan untuk menjalankan misi yang telah disusun. Walaupun dalam benak Alice tidak mempercayai Aslan bisa menjalankan misi.

"Apa yang bisa diperbuat dengan orang seperti ini?" Alice memandang rendah seorang Aslan.

"Saya sudah menemukannya, Nona." Anak buah Alice membawa air dengan sebuah botol air minum bekas.

"Siram!"

Byuurr!

Anak buah Alice menyiram tepat di wajah Aslan. Hasilnya Aslan terbatuk-batuk akibat kemasukan air di hidung. Ditambah air yang berbau membuat Aslan cepat bangun.

"Akhirnya bangun juga. Tidak merepotkan lagi," ucap Alice.

Aslan mendudukkan dirinya. Kepalanya terasa pening dan basah. Tangan Aslan meraba kepalanya. Ternyata kepalanya berdarah.

"Santai saja. Luka itu tidak akan membuatmu mati. Sebentar lagi bantuan datang." Alice seakan mengerti apa yang dikhawatirkan Aslan.

"Apa yang terjadi?"

"Tentu saja tanda belasungkawa yang sebenarnya tadi dikirim."

"Jangan berbelit-belit."

"Baiklah. Sepertinya kau tidak cepat mengerti. Jadi, serangan bom tadi adalah untuk membunuhmu dan saudaramu yang tersisa. Termasuk juga membunuhku."

"Jadi, tadi dia ada di sini?"

"Tidak. Hanya anak buahnya saja yang bertindak. Boss mafia tidak mungkin turun tangan langsung."

Aslan kemudian teringat dengan Gavin. Sejak tadi Gavin ada bersamanya. Namun sekarang Gavin tidak ada.

"Di mana Gavin?"

"Siapa Gavin? Bukannya adikmu bernama David?"

"Pria yang bersamaku. Dia sahabatku."

Alice menggidikkan bahu. Begitu pula dengan anak buah Alice.

Jawaban Alice membuat Aslan bangkit dari posisinya dan berniat mencari Gavin. Namun tangan Alice dengan cepat menarik Aslan.

"Jangan membahayakan dirimu! Aku sudah bersusah payah menyelamatkanmu."

Aslan melepaskan tangan Alice dengan kasar. Ia tidak bisa meninggalkan Gavin yang telah dianggap sebagai saudara sendiri. Berlari mendekati rumahnya, Aslan ternyata tidak cukup memiliki tenaga. Perlahan sakit kepala yang ditahannya semakin terasa menyakitkan hingga Aslan tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya.

Bruuukk!

Tubuh Aslan terjatuh, lalu pingsan kembali. Alice yang menatap dari jauh hanya menghela napas. Ia berdiri bersama anak buahnya mendekati Aslan.

"Hah ... cukup merepotkan," keluh Alice.

"Iya, Nona. Sebenarnya buat apa kita mencari dia sampai kemari?"

"Cuma dia yang bisa membantu kita membalas dendam pada mafia brengsek itu! Kau akan tau fungsi pria itu nanti." Alice mempercepat langkahnya untuk mencapai Aslan.

Anak buah Alice membawa Aslan seperti membawa karung beras dengan cara dipanggul. Alice tidak peduli bagaimana anak buahnya membawa Aslan, yang terpenting dirinya tidak repot membantu. Mereka kemudian berjalan bersama keluar dari daerah rumah Aslan.

Di ujung jalan pematang sawah dapat dilihat banyak orang sedang bahu-membahu memadamkan api di rumah Aslan. Alice menghentikan langkahnya saat melihat Gavin ada di sana. Gavin sedang menenangkan adik Aslan yang meronta ingin menerobos masuk mencari Aslan.

"Rupanya teman Aslan masih hidup. Baguslah! Aslan tidak perlu dramatis lagi mencari temannya saat bangun nanti," gumam Alice.

"Nona, mobil untuk Anda sudah siap. Ada di ujung sana." Anak buah Alice mengingatkan.

"Oke, mari kita percepat langkah." Alice tidak peduli berat tidaknya tubuh Aslan dibawa oleh anak buahnya.

Alice tiba di depan mobilnya. Aslan diletakkan di kursi belakang dengan hati-hati oleh anak buah Alice. Akibat tidak ada kursi lain yang bisa ditempati Alice, maka terpaksa Alice harus duduk di sebelah Aslan.

Mobil berjalan meninggalkan lokasi. Rumah sakit terdekat yang menjadi tujuan Alice dan anak buahnya. Selama perjalanan Aslan sempat mengigau. Pikir Alice cukup merepotkan Aslan sekarang.

"Percepat!" Alice tidak tahan mendengar rintihan Aslan dari dalam bawah sadar.

Perjalanan menuju ke rumah sakit memakan waktu tiga puluh menit. Aslan dibawa masuk ke dalam ruang tindakan. Urusan administrasi tidak perlu repot diurus oleh Alice, karena rumah sakit yang sekarang merupakan jaringan kerja samanya dalam dunia gelap.

Selama satu jam Alice menunggu Aslan sadar, usai diberi tindakan. Perlahan mata Aslan terbuka. Wajah bingung pertama kali yang ditunjukkan oleh Aslan pada Alice.

"Kau jangan akting amnesia seperti di televisi. Kalau sampai akting, akan kubunuh kau sekarang!" Bukan sambutan hangat atau sekadar basa-basi menanyakan keadaan, Alice justru memberi ancaman.

Aslan mendudukkan dirinya. Ia memegangi kepalanya yang terasa pusing. "Kau memang tidak pernah memiliki sopan santun. Aku ingat semua."

"Baiklah. Langsung saja kita pergi dari sini. Jangan buang-buang waktu!"

"Kau saja belum menceritakan dengan jelas apa tujuanmu. Bagaimana mungkin aku ikut denganmu?"

Alice memberi kode pada anak buahnya untuk mengambilkan sesuatu di dalam tas. Anak buah Alice langsung menjalankan perintah tanpa protes.

Sebuah tablet dikeluarkan dari tas Alice. Anak buah Alice menyerahkan pada Aslan. Selanjutnya Alice memberitahu apa saja yang harus dilihat oleh Aslan.

"Cepat buka video itu!" perintah Alice yang tidak sabar melihat Aslan hanya termenung memandangi tab yang diberikan Alice.

Aslan tak menuruti perintah Alice. Ia masih curiga dengan tujuan Alice yang sebenarnya. “Apa hubungannya video di dalam sini denganku?”

Alice tampak murka. Berbicara dengan Aslan tidak membuahkan hasil yang sesuai harapan. Ia kemudian menatap ke arah anak buahnya. Anak buah Alice tampak mengerti harus melakukan apa sesuai dengan kode dari Alice.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Taksonomi Tumbuhan
pasti keren kalau aslan sama alice bekerja sama
goodnovel comment avatar
Taksonomi Tumbuhan
ngeri ya! bisa di bom gitu
goodnovel comment avatar
Haryulinda
Readers, bab ini ada revisi yang sedang ditinjau. jadi, harap bersabar untuk revisi bab barunya. sementara bacanya bab 1-3 yang ini. lalu ke bab 5 ya nantinya.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sang Pelindung Mafia Cantik   30. Wajah Memucat saat bertemu Orang

    "Kita lewat sini saja!" Bella memberitahu Aslan tentang adanya sebuah jendela kamar yang terhubung keluar, letaknya ada di belakang lemari. "Tidak ada tralis yang menghalangi?" Aslan memastikan terlebih dahulu. Karena kamar yang digunakan untuk menyekap Aslan dengan Alice jendelanya tidak bisa digunakan kabur."Tidak ada."Alice segera mengunci pintu, agar bisa mencegah musuh masuk ke kamar yang sekarang. Tanpa membuang waktu, Aslan mendorong lemari ke arah kanan yang masih kosong. Bella dan Alice ingin membantu. Namun Aslan lebih kuat dari dugaan mereka. Kini terlihat jendela besar yang masih kuno. "Ayo cepat! Aku mendengar suara derap langkah mendekat." Alice memperingatkan."Aku akan coba membukanya. Kalian cari apapun yang bisa digunakan untuk mengganjal pintu."Alice dan Bella mengangguk bersamaan. Mereka berdua tidak ada yang sempat merasakan rasa sakit tubuh masing-masing. Dalam keadaan apapun, mereka tetap bisa bergerak sesuai perintah.Beralih pada Aslan yang perlahan memb

  • Sang Pelindung Mafia Cantik   29. Sudah Siap?

    Tanpa pikir panjang, Aslan merebut ujung tombak yang dipegang Alice. Total ada lima sel yang dibuka oleh Aslan. Semua orang yang ada di dalam sel keluar. Keadaan orang-orang yang keluar dari sel tahanan milik mantan Bella tampak masih bisa berdiri dan melawan dengan tangan. Berbeda halnya dengan satu wanita yang kakinya terluka hingga membusuk."Apa rencanamu?" tanya salah satu orang yang dibebaskan oleh Aslan. "Kita akan menyerang musuh yang menyekap kalian. Apapun caranya harus menang!" Semua orang setuju dengan apa yang diungkapkan Aslan. Alice dan Bella hanya percaya saja pada Aslan. Braakk!Pintu utama terbuka. Terlihat ada lima orang musuh yang tampak geram melihat pemandangan kaburnya tawanan dari sel masing-masing. "Kita harus menyerang paling belakang." Aslan berbisik pada Alice. Perkelahian terjadi. Beruntung musuh tak menggunakan pistol, sehingga perkelahian masih ada kemungkinan untuk menang. Bugh! Bugh!Aslan membantu dengan memukul punggung musuh yang sedang menyer

  • Sang Pelindung Mafia Cantik   28. Melarikan Diri

    Orang yang sempat datang ke hadapan Alice dan Aslan hanya menyeringai. "Dasar bodoh! Salahkan Bella! Bukan aku." Alice akan menyerang pria tersebut. Namun dicegah Aslan. Karena Aslan melihat ada beberapa orang yang dari jarak dua puluh meter telah mengarahkan senapan pads Aslan dan Alice."Lepas! Aku harus memberi dia prrhitungan!" Alice memberontak dengan menarik-narik tangannya dari Aslan. "Lihat ke arah jam sembilan dan jam dua belas. Kau akan menyesal bergerak gegabah." Aslan berbisik pada Alice.Alice menatap ke arah yang diberitahu Aslan. Rupanya ada dua orang penembak dari jarak jaug. "Ha ... Ha ... Hahaha. Rupanya kalian melakukan hal yang sia-sia sejak tadi. Kabur sejauh ini ternyata tertangkap."Aslan jelas kesal dengan ucapan pria di hadapannya. Jika saja tidak bersama wanita, mungkin Aslan masih nekat menyerang. Namun jika bersama Alice, bertindak nekat sedikit saja mungkin penembak yang disiapkan sudah menghabisi nyawa Alice. Sebisa mungkin Aslan tidak menyelesaikan de

  • Sang Pelindung Mafia Cantik   27. Mencari Celah

    "Oke. Aku percaya padamu." Aslan menyerahkan segala cara pada Alice. Ia ingin membangun rekan tim yang baik, sehingga tidak perlu memandang Alice seorang wanita yang tidak memiliki kemampuan."Aku akan berakting berteriak histeris. Nanti saat pintu terbuka, kau langsung serang mereka!"Aslan setuju dengan rencana Alice. Ia kemudian mencari sesuatu yang bisa dijadikan sebagai senjata.Di dalam kamar tidak terdapat apapun yang berguna. Hanya ada ranjang, seprei dengan dua bantal. Menyerang orang dengan bantal hanya menghasilkan barang tertawaan saja. Apalagi yang dihadapi anak buah mafia. "Kenapa?" tanya Alice dengan nada lirih saat melihat Aslan tampak berpikir sembari memandangi tempat tidur.Aslan mengambil tindakan dengan menarik seprei hingga terlepas dari kasur. Ia kemudian memberi kode pada Alice untuk memulai rencana.Posisi Aslan saat ini berada di balik pintu. Teriakan Alice terdengar histeris. Aslan sampai terkejut hingga sempat tidak fokus.Suara kunci dimasukkan ke lubang

  • Sang Pelindung Mafia Cantik   26. Hanya Ada Satu Cara

    Aslan tidak beranjak. Walaupun rasa penasaran menggebu di dalam pikiran Aslan. Alice yang bukan orang sabar, bertindak menarik tangan Aslan hingga terduduk."Sial! Kau tidak tahu badanku rasanya remuk?" Aslan geram atas tindakan Alice."Salah sendiri nakal. Aku bilang makan, setelah itu aku beritahu berita bahagia.""Apa cluenya?""Adikmu.""Cepat beritahu aku!" Aslan tidak suka ada orang lain yang mengatur kebahagiaannya. Terutama tentang sang adik."Makan dulu." Alice tetap memaksa Aslan makan. Bukan tanpa alasan, Alice kasihan pada Aslan dijadikan percobaan oleh Bella. Tubuh Aslan juga terlihat lemas."Kau seharusnya tidak perlu mengkhawatirkanku. Khawatirkan dirimu sendiri." Aslan masih tak percaya Alice yang mengalami luka di bagian kepala saat ini terlihat biasa saja. Alice tidak mendengarkan Aslan. Ia justru memakan makanan yang ada di dalam piring. "Kau lihat? Aku tidak apa-apa kan? Jadi makanan ini tidak ada racunnya."Aslan masih diam. Ia berusaha membaringkan tubuh kembal

  • Sang Pelindung Mafia Cantik   25. Kacau Balau

    Bella dan Alice saling berpandangan. Mereka seperti merasa puas dengan apa yang telah dilakukan. Tanpa ada niat untuk menolong Aslan, Bella dan Alice justru hanya menatap Aslan yang terjatuh di lantai.Aslan terlihat sekarat. Bella masih tak gentar dengan keputusannya. Ia membiarkan Aslan berusaha sendiri. Alice merasa Aslan tak main-main merasakan hal buruk. Ia mengambilkan minuman yang masih ada di meja. Tangan Alice dicegah oleh Bella. "Dia bisa mati sungguhan." Alice melepaskan tangan Bella yang menarik sebelah tangannya. Alice membantu Aslan duduk. Namun ada sedikit perlawanan. Ketika Aslan mulai melemas, Alice menjadikan kesempatan itu untuk mendudukkan Aslan. Minuman yang ada di tangan Alice, langsung disodorkan pada mulut Aslan. Namun Aslan enggan membuka mulutnya. Bella yang melihat adegan tersebut merasa gemas. Akhirnya Bella ikut membantu Alice. Bella menekan rahang Aslan agar bisa membuka mulut. "Cepat tuang!" Bella memberi perintah. Gelas yang ada di tangan Alice be

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status