LOGINSaat Gregory semakin larut dalam analisisnya, mata itu tiba-tiba berbinar cerah. Ia menepukkan tangannya kuat-kuat.
“Benar juga! Penambahan litsea cubeba akan bereaksi dengan bahan lainnya dan meningkatkan efektivitas obat lebih dari tiga puluh persen. Luar biasa! Benar-benar luar biasa!” Gregory kembali menatap Marcus dengan rasa hormat yang jauh lebih dalam. “Keahlian Anda sungguh menakjubkan, Tuan Reed. Saya tidak ada apa-apanya dibandingkan Anda. Bolehkah saya meminta informasi kontak Anda? Saya ingin mengucapkan terima kasih dengan benar, dan mungkin berkonsultasi lagi suatu saat.” Marcus sedikit terkejut. “Anda dokter ternama. Mengapa ingin berkonsultasi pada saya?” Dengan tulus, Gregory menjawab, “Dalam dunia medis tidak ada batas akhir untuk belajar. Yang paling menguasai suatu ilmu adalah gurunya.” Melihat ketulusan itu, Marcus akhirnya mengeluarkan ponselnya dan mereka bertukar kontak. “Tuan Reed, saya pamit dulu. Saya akan menghubungi Anda lagi nanti.” “Baik.” Gregory melangkah keluar, diikuti Andrew Fischer yang tampak malu dan hanya berkata singkat sebelum pergi, “Penyakit Tuan Tua sudah di luar kemampuan saya. Lakukan saja apa yang dikatakan Tuan Reed.” Ruangan itu langsung hening. Semua anggota keluarga Henry menatap Marcus dengan cara yang sulit dijelaskan. Victoria akhirnya yang pertama berbicara. “Marcus, barusan kamu bilang penyakit Kakekku bisa sembuh?” Marcus mengambil pena, menambahkan litsea cubeba pada resep Gregory, lalu menyerahkannya kepada Victoria. “Rebus tiga mangkuk air sampai tersisa satu mangkuk. Minum satu dosis sehari selama sebulan, tiga kali sehari. Ditambah akupunktur… hmm…” Ia sempat terdiam. Ia baru ingat bahwa perannya hanya pacar palsu. Dalam dua jam, ia tidak ada hubungannya lagi dengan keluarga Henry Blackwood. Untuk apa repot-repot memberi terapi akupunktur? Meski begitu, ia melanjutkan penjelasannya. “Jika dikombinasikan dengan akupunktur, hasilnya lebih baik. Tapi tanpa itu pun, kalau aturan ini dijalankan dengan benar, kondisinya akan membaik. Kemungkinan kambuh seperti hari ini sangat kecil.” Keluarga Henry langsung berseri-seri. Dokter utama saja sudah angkat tangan, tetapi masalah ini justru terselesaikan begitu cepat? 'Jika tidak kambuh lagi… bukankah itu berarti nyaris sembuh total?' Meskipun Marcus Reed tidak memiliki izin praktik resmi, kenyataan bahwa Gregory Hayes - dokter ternama - sampai menghormatinya dan meminta pendapat darinya saja sudah menunjukkan bahwa ucapannya memiliki bobot. Namun, Victoria Cross tetap mengernyit. "Akupunktur?" Bahkan Gregory Hayes tidak mahir melakukannya, apalagi dokter lain yang pernah menangani kakeknya. Jika pengobatan itu harus dijalani selama sebulan penuh… bukankah itu berarti ia harus terus mempertahankan hubungan pura-puranya dengan Marcus Reed setelah hari ini? 'Apa ini tidak akan berakhir?' Setelah kejadian mengerikan yang hampir merenggut nyawa Henry Blackwood, tubuh lelaki tua itu terlalu lemah untuk tetap sadar. Catherine Moore memilih tinggal di kamar untuk menjaganya, sementara anggota keluarga lain keluar ke lorong. Richard Blackwood menatap Marcus dengan wajah penuh harap. “Marcus, apakah Ayahku benar-benar bisa pulih sepenuhnya?” Marcus mengangguk tanpa ragu. “Selama akupunktur dilakukan bersamaan dengan konsumsi obat, pemulihannya tidak akan menjadi masalah.” Ucapannya membuat Victoria spontan melirik tajam. Ada sesuatu yang tidak ia mengerti dalam tatapan itu. 'Jangan bilang kau sengaja memakai akupunktur sebagai alasan supaya kita terus berpura-pura pacaran? Kau berencana menjadikan sandiwara ini nyata?' Tidak akan terjadi! Marcus menyadari tatapan menusuk itu. Ia tersenyum kecil lalu menambahkan, “Kalau akupunktur tidak memungkinkan, tidak apa-apa. Terapi obatnya hanya perlu diperpanjang satu bulan lagi, dan penyakitnya hampir pasti tidak kambuh. Kebetulan saya juga sibuk, jadi waktu saya tidak selalu cocok untuk datang setiap hari.” Victoria langsung mengembuskan napas panjang, lega. 'Bagus. Setidaknya kau tahu diri! Kau pikir siapa dirimu? Kodok kampung yang mendambakan angsa putih!' Richard Blackwood tampak memikirkan sesuatu. Setelah ragu sejenak, ia mengeluarkan sebuah kartu bank dari saku jasnya dan menyodorkannya kepada Marcus dengan kedua tangan. “Anda sudah menyelamatkan Ayah saya. Keluarga kami benar-benar berutang budi. Demi memastikan beliau tidak mengalami kondisi seperti ini lagi, saya mohon Anda memberi perhatian ekstra selama masa pengobatannya. Jangan sampai ada jadwal akupunktur yang terlewat. Saya berharap Ayah saya bisa pulih total tanpa sisa keluhan. Di dalam kartu ini ada lima ratus ribu. Mohon diterima sebagai penghargaan atas waktu dan tenaga Anda.” Lima ratus ribu. Sungguh keluarga tajir. Namun Marcus tidak langsung mengambil kartu itu. Tatapannya justru terarah kepada Victoria. Victoria terperanjat. Ia sama sekali tidak menyangka ayahnya akan memberikan kompensasi sebesar itu. Uangnya bukan masalah, tetapi… jika Marcus menerimanya, bukankah itu berarti ia harus meneruskan hubungan palsu ini? “Ayah!” seru Victoria Cross, nada jengkelnya jelas terdengar. Namun Richard Blackwood salah menafsirkan ekspresi putrinya. Ia mengira Victoria keberatan memperlakukan Marcus seolah orang asing dengan memberinya uang, sehingga kerutan di dahinya justru semakin dalam. Dengan tekad bulat, ia kembali mendorong kartu bank itu ke tangan Marcus. “Pin-nya enam delapan. Victoria, Ayah paham kalian berdua menjalin hubungan, tetapi itu urusan pribadi. Pengobatan Kakekmu adalah hal berbeda. Ayah tidak ingin keduanya bercampur atau memengaruhi hubungan kalian ke depan.” Sekilas, sorot ironi melintas di mata Marcus. Richard meremehkannya sejak awal karena latar belakangnya pas-pasan. Setelah Marcus menolong Henry, Richard memutuskan semua kebaikan itu harus dibayar tunai agar tidak ada ‘utang budi’ yang bisa menghambat rencananya nanti ketika ingin memisahkannya denga Victoria. Uang menjadi penutup rapih untuk semua urusan. Setelah uang diberikan, maka tidak akan ada yang bisa menuduhnya tidak tahu berterima kasih. “Kalau begitu, saya terima saja,” ujar Marcus, mengambil kartu itu. Melihat Victoria memerah dan marah, ia menambahkan santai, “Lagi pula nanti kalau bersama Victoria, kami juga butuh rumah sendiri. Jadi saya simpan dulu uang ini.” Wajah Victoria langsung merona panas. “Diam!” Richard mengabaikan kekesalan putrinya. Wajahnya kembali serius. “Kami akan mengikuti aturan minum obatnya. Lalu, akupunktur perlu dilakukan seberapa sering?” “Setiap tiga hari sekali sudah cukup. Setelah kondisi stabil, bisa dikurangi,” jawab Marcus. “Baik. Tiga hari lagi Victoria akan menghubungimu,” ujar Richard dengan nada yang halus tetapi penuh penegasan. Marcus memahami isyarat halus itu. “Kalau begitu, saya pamit.” Victoria berkedip dan berkata, “Ayah, aku antar dia keluar.” Richard mengangguk. “Silakan.”Seorang pria paruh baya berusia empat puluhan memimpin di depan, diikuti dua pengawal yang memapah seorang lelaki tua berambut perak berusia enam puluhan.Wajah lelaki tua itu merah padam, napasnya cepat dan pendek. Tubuhnya bersandar lemah pada pengawal dengan mata terpejam rapat, ia terlihat sangat menderita dan tak berdaya.Ekspresi Gregory berubah tegang. "Tuan Lawson!"Pria paruh baya itu berkata dengan suara berat, "Cepat obati Ayahku! Sembuhkan dia, dan kau akan aku beri hadiah uang satu juta!""Baringkan beliau dulu," perintah Gregory.Setelah lelaki tua itu dibaringkan, Gregory segera memeriksa denyut nadinya. Seketika, alisnya langsung berkerut dalam.Pria paruh baya itu bertanya tidak sabar, "Bagaimana?"Wajah Gregory tampak serius. "Qi dan darahnya kacau balau, kelima organ dalamnya mengalami kerusakan. Apakah beliau mengalami cedera akibat benturan tenaga dalam?"Ekspresi lega terlintas di wajah pria paruh baya itu. "Benar! Kau bisa mengobatinya?"Gregory tersenyum kecut.
Victoria tiba-tiba terdengar kesal. "Kau tidak lupa kalau kita sedang pura-pura pacaran, kan? Berpakaianlah yang rapi, sesuaikan dengan gayaku. Apa itu susah?!" Marcus mengerjap. "Tapi kontrak dua jam kita waktu itu sudah berakhir, kan? Bukannya sekarang kita cuma fokus pada pengobatan Kakekmu saja?" Victoria sebelumnya telah membayar lima puluh ribu agar Marcus berpura-pura menjadi pacarnya selama dua jam, dan kesepakatan itu sudah selesai. Dalam pikiran Marcus, bayaran lima ratus ribu yang ia terima itu, murni untuk biaya medis Tuan Besar Henry. Victoria terdiam sejenak, lalu berkata, "Selama masa pengobatan ini, kau harus terus berpura-pura jadi pacarku. Kalau tidak, sandiwaranya akan terbongkar. Aku bisa bayar lebih, sebut saja harganya." 'Terus berpura-pura jadi pacar?' Apakah dia dianggap aktor profesional? Di satu sisi dia jadi suami kontrak Emma Sterling, di sisi lain jadi pacar pura-pura Victoria Cross? Setelah berpikir sejenak, Marcus berkata, "Lupakan soal uang t
Nyali Nathan langsung ciut. Keringat dingin muncul di dahinya. Ia buru-buru mengambil kembali folder itu dari meja Marcus sambil memaksakan senyum kaku di wajahnya."Salah paham, salah paham. Aku benar-benar ingin membantumu agar cepat memahami bisnisnya. Tapi karena kamu tidak mau, ya sudah. Aku akan kerjakan sendiri..."Marcus Reed menyeringai, tak perlu lagi berpura-pura. Akulah orang dalam yang tertinggi disini! Kalau kau berani, pergilah mengadu pada Emma Sterling!Tidak punya nyali?Kalau begitu diam!Nathan Clark menyelinap pergi, lalu masuk ke kantor Ketua Tim Brett Palmer. Tak lama kemudian, Brett Palmer datang ke meja Marcus Reed membawa folder, wajahnya tegas."Karena kamu menolak bantuan Nathan Clark, berarti kamu sudah cukup familiar dengan bisnis ini. Karena kamu baru datang, rasanya tidak realistis memintamu untuk membuka pasar baru. Folder ini berisi semua data detail peralatan medis yang dijual tim kita, beserta daftar pelanggan yang sudah jadi. Kamu cukup kerjakan da
Setelah selesai mandi, Marcus Reed mengeringkan rambutnya, mengenakan kaus dan celana pendek, lalu naik ke tempat tidur. Ia melirik Emma Sterling yang sedang berpura-pura tidur di lantai. Marcus tak bisa menahan rasa gelinya. Wanita pada umumnya pasti akan memilih tidur di kasur empuk dan menyuruh si pria tidur di lantai. Namun, Emma tanpa ragu menawarkan tempat tidur itu kepada Marcus. Wanita itu mungkin terlihat dingin dan angkuh, tetapi ia bersikap rasional dan memiliki harga diri yang tinggi. Harga dirinya bukan berasal dari kecantikannya, melainkan dari hatinya yang bijaksana. Marcus, yang rambutnya belum sepenuhnya kering, bersandar di kepala tempat tidur dan mulai memainkan ponselnya. Tiba-tiba, Emma berbicara dari lantai dengan suara lirih, "Bisakah kau... tidak menggunakan bathtub?" Marcus terkejut. Nada bicaranya terdengar seperti sedang bernegosiasi? "Baiklah, aku akan pakai shower saja." Emma menghela napas lega. Ia tidak fobia kuman, tetapi membayangkan pria as
"Kakek, ini surat nikah kami." Emma Sterling meletakkan dua surat nikah ke tangan Thomas Sterling, dan Thomas Sterling melihatnya dengan senyum di wajahnya, "Nah, sekarang kalian sudah mendapatkan surat nikah, sekarang kita perlu memilih tanggal untuk resepsi pernikahannya…" Emma Sterling menjawab sambil tertawa, "Kakek, jangan adakan resepsi pernikahan dulu untuk saat ini, lagipula, ini terjadi begitu mendadak. Pertama, akan mudah menimbulkan kritik, dan kedua, Kakek harus memberi kami waktu untuk saling mengenal satu sama lain dan memupuk perasaan, kan?" Thomas Sterling berkedip, tatapannya tertuju pada Marcus Reed, "Marcus, bagaimana menurutmu?" Marcus Reed berkata sambil tersenyum, "Aku setuju dengan pendapat Emma. Selain itu, aku tidak tahu ke mana Guruku pergi. Aku juga bahkan tidak punya orang tua yang bisa menghadiri acara pernikahanku." Thomas Sterling menganggap itu masuk akal, surat nikah sudah didapat, dan mengadakan resepsi hanyalah formalitas, sesuatu yang dilak
"Emma, aku ingin menanyakan sesuatu. Apa kau punya saudari perempuan atau semacamnya..?"Tatapan Emma Sterling tiba-tiba menjadi dua derajat lebih dingin, rasa jijik di dalamnya hatinya membuncah seketika.Melihat kau tak bisa menikahiku, kini kau malah ingin mengincar saudari perempuanku?Pikiranmu benar-benar kotor!Emma Sterling menjawab dengan dingin, "Tidak, aku anak tunggal."'Tidak?'Kalau begitu, Victoria Cross dan Emma Sterling yang mirip bagai pinang dibelah dua itu. Apa mungkin Emma Sterling punya saudari kembar yang hilang tanpa diketahuinya ? Atau itu hanya sekadar kebetulan saja wajah mereka serupa?Marcus Reed merasa aneh dan mulai berusaha menjelaskan, "Emma, aku rasa ada kesalahpahaman di antara kita. Saat itu di pintu masuk perumahan, ucapan yang aku sampaikan padamu, itu karena aku bertemu dengan seorang wanita..."Marcus Reed belum selesai menjelaskan ketika Emma Sterling dengan tak sabar memotongnya dengan nada dingin, "Marcus Reed, hubunganku denganmu tidak lebih







