Share

Bab 02. Master.

Author: Zayn Z
last update Last Updated: 2025-09-09 23:03:51

Bab 02. Master.

Tian Zhi membuka matanya perlahan, pandangannya yang kabur mulai berangsur jelas. Matanya terpaku pada deretan bambu merah yang menyangga dedaunan besar sebagai atap pelindung. 

Aroma obat tradisional bercampur bau darah menusuk hidungnya, membuatnya meringis. Ia mengangkat kepalanya pelan, memperhatikan luka menganga di dada dan perutnya yang kini tertutup oleh serbuk herbal halus.Tersebar di seluruh tubuhnya, tanda-tanda perawatan terlihat jelas, seperti jari-jari tak terlihat yang berjuang menyembuhkan.

Suara tumbukan ritmis membuatnya menoleh ke kiri. Seorang pria tua berusia sekitar lima puluh tahun duduk di pojok ruangan, serius menghaluskan ramuan herbal dengan alu kayu sederhana. Matanya yang tajam dan fokus tak pernah lepas dari pekerjaan itu, seolah nyawanya ikut tercurah di setiap tumbukan.

“Tuan tua… terima kasih sudah menyelamatkan diriku,” suara Tian Zhi serak, napasnya masih tersengal. Matanya menatap lemah ke depan, namun pria tua itu sama sekali tak menoleh.

Dengan suara pelan tapi tegas, sang pria berkata, “Aku tidak menyelamatkanmu, anak muda. Keinginan dan tekadmu sendiri yang membuatmu bertahan sampai sekarang.” 

“Tugasku hanya mengobati lukamu,” lanjutnya tanpa ragu, tangan keriput itu meraba perlahan ramuan yang dibuatnya. Tian Zhi menarik napas panjang, merasa kagum sekaligus tersentuh.

Pria tua itu menghampiri Tian Zhi, duduk di sebelahnya sambil memeriksa luka di tubuh Tian Zhi.

“Tuan sangat rendah hati. Namun tanpa bantuan Tuan, aku, Tian Zhi… mungkin sudah jadi korban Beast itu.” Ia menunduk sedikit, lalu menatap dalam mata pria tua itu.

“Terima kasih.” Pria tua itu berhenti merawat luka, matanya yang tajam akhirnya menatap penuh arti ke arah Tian Zhi. 

Ada keheningan sejenak, seperti menyimpan banyak kata tak terucap. Lalu perlahan, pria itu bangkit, melangkah mendekat, dan duduk di kursi kayu yang berdiri di samping ranjang bambu tempat Tian Zhi berbaring. Suasana menjadi hangat walau tanpa sepatah kata baru terucap.

“Siapa namamu tadi, anak muda… Tian Zhi? Apa kau berasal dari Klan Tian yang ada di ibukota?” tanya pria itu dengan suara berat, matanya menelusuri wajah Tian Zhi penuh arti.

Tian Zhi terdiam sesaat, dadanya berdebar tak terduga. Pertanyaan itu seperti cambuk yang membangkitkan luka lama, tapi ia tidak berani menaruh curiga pada orang yang telah menyelamatkannya. 

“Aku memang dari Klan Tian, Tuan…” jawabnya pelan, nada suaranya bergetar antara canggung dan ragu.Pria tua itu lalu tersenyum tipis, tetapi matanya yang menyipit penuh rahasia. 

Tatapan itu menusuk ke dalam jiwa Tian Zhi, membangkitkan rasa ingin tahu sekaligus waspada. Tian Zhi menelan ludah, mencoba mengartikan maksud senyum itu yang seolah menyimpan cerita lebih dari yang diungkapkan.

Pria tua itu menatap tajam ke arah Tian Zhi, kerutan di dahinya makin dalam ketika suaranya mengalun dengan nada sinis. 

"Seorang dari klan terkemuka, tapi tinggal di negeri timur yang jauh, di mana segala sumber daya berbeda jauh dengan ibukota."

Matanya menyorot tajam. "Dengan kondisi seperti itu, kau pasti cuma dianggap sampah oleh klanmu, bukan?" 

Tian Zhi mendengarkan dengan bibir yang mengerut pelan. Senyum pahit terbentuk di wajahnya, tanpa sedikitpun kemarahan. Ia tahu, itu memang kenyataan yang harus dia terima. 

Di usianya yang hampir sembilan belas, dia masih terjebak di ranah petarung awal.Sementara teman sebayanya sudah berlari jauh ke ranah tubuh emas. 

Di tengah kesunyian, Tian Zhi menghela napas dalam-dalam. Matanya memandang kosong, menerima hinaan itu sebagai cermin dari kegagalannya selama ini. Tidak ada benci, hanya rasa penyesalan yang sulit ia tutupi.

Adapun tingkat cultivator sendiri di Kekaisaran Huo terbagi menjadi sembilan tingkat ranah, di mana ranah pertama berada di ranah petarung, lalu ranah tubuh emas, ranah bumi, ranah rajabumi, ranah langit, ranah raja langit, ranah pertapa sakti, ranah saint, dan terakhir ranah immortal. Puncak dari kekuatan tertinggi seorang kultivator.

Pria tua itu menatap wajah Tian Zhi lama, matanya yang tajam seolah mencoba membaca segala luka yang tersembunyi di balik senyum pahit pemuda itu.

“Dari raut dan senyummu, aku tahu kau sudah sering menerima hinaan seperti itu. Tampaknya kau sudah terbiasa sampai kebal dengan itu semua, benar bukan?” suaranya mengalun, penuh arti. 

Tian Zhi hanya membalas dengan senyuman tipis, tanpa kata-kata, seakan sengaja menyimpan beban itu jauh dalam hatinya.

“Jika langit sudah berkehendak, aku hanya bisa menjalani,” jawabnya tenang, pandangannya tak teralihkan.

“Namun manusia punya nasib, dan nasib pun punya cara merubah takdir itu semua kembali pada kemauan dan kesungguhan yang dimiliki orang yang menjalaninya.”

Mendengar itu, pria tua itu tersenyum lebar, terkagum oleh kedewasaan pemuda yang kurus itu, jauh melampaui usianya. Dengan gerakan perlahan, pria itu mengeluarkan sebuah botol kecil dari cincin penyimpanannya, lalu membuka dan memperlihatkan pil berwarna emas dengan garis perak di tengahnya pada Tian Zhi, seperti sebuah janji misterius yang menunggu untuk diambil.

Pria tua itu mengangkat botol kecil berisi pil berwarna cerah sambil berkata, “Ini pil penyembuh terbaik milikku. Dengan satu pil ini, lukamu bisa langsung sembuh.”

Matanya tajam menatap Tian Zhi, “Tapi pil ini berharga mahal, jadi kau harus menggantinya dengan sesuatu yang sepadan.”

Tian Zhi menarik napas panjang, senyum kecut tersungging di bibirnya. Tatapannya kosong, menyiratkan beban yang sulit ia ungkapkan.

Ia memalingkan wajahnya sebentar, menatap luka-luka yang mulai diramu pria tua itu dengan cairan beraroma aneh.

“Tuan Tua, terima kasih atas kebaikanmu,” suaranya lirih, namun ada getar keputusasaan yang terselip.“Tapi… meski aku membelinya, pil ini tak akan berpengaruh padaku. Tubuhku sudah tidak menyerap esensi apapun lagi.”

Tian Zhi menutup matanya sebentar, menahan rasa sakit sekaligus rasa hampa yang makin menyesakkan dada.Pria tua itu menyela sebelum Tian Zhi menyelesaikan kalimatnya, matanya tajam menatap luka yang menganga di tubuh sang anak muda.

"Tubuhmu bermasalah, itu jelas. Ditambah meridianmu tersumbat karena sesuatu yang spesifik, bukan?" katanya dengan suara berat, membuat Tian Zhi terdiam terpaku. 

Wajahnya berubah antara terkejut dan tidak percaya.

"Tuan, bagaimana Anda bisa tahu?" tanyanya pelan, nadanya penuh keraguan. 

Sang pria tua hanya tersenyum misterius, lalu menarik napas dalam."Anak muda, kau terlalu meremehkan aku. Aku ini seorang alkemis. Aku paham betul apa yang terjadi di dalam dirimu." 

Matanya berkilat menandakan pengalaman dan pengetahuan yang mendalam.

"Kadang, apa yang menimpa kita di masa lalu dan sekarang, adalah bagian dari takdir yang saling terkait." Ia berhenti sejenak, lalu menambahkan dengan suara penuh arti, "Dan luka yang kau derita... bisa jadi itu adalah berkah tersembunyi di balik musibahmu."

Tian Zhi menatap pria tua itu dengan mata terbuka lebar, dadanya berdebar tak menentu. 

Rasa aneh merayapi pikirannya saat kata-kata yang terlontar belum sepenuhnya bisa ia cerna.Pria tua itu tersenyum tipis, lalu melanjutkan dengan suara tenang, "Luka yang dibuat oleh Beast Harimau Merah itu rupanya menyelesaikan sebagian masalahmu. Bahkan, saat kau bergumul di tanah, darah harimau itu tanpa sengaja membasuh tubuhmu dan menetralkan racun yang bersemayam di dantian serta meridianmu."

Tian Zhi terpaku, alisnya berkerut bingung. Dadanya seolah sesak oleh kebingungan dan kekagetan yang bercampur.

"Apa... darah Beast Harimau itu benar-benar memberikan manfaat?" gumamnya pelan, matanya menatap jauh ke dalam diri sendiri.

"Racun… racun apa yang Tuan Tua maksud?" suaranya bergetar antara penasaran dan ragu.

Pria tua itu tersenyum tipis, sorot matanya penuh teka-teki yang membuat Tian Zhi semakin penasaran. 

“Kau penasaran? Aku bisa berikan jawabannya, tapi ada syaratnya,” ucap sang pria tua pelan, seolah menyimpan rahasia besar.

Tian Zhi menatapnya tanpa ragu, suaranya menggelegar sedikit serius. “Baiklah, apa syaratnya?”

Sang pria tua mengangguk pelan. “Kau harus menjadi muridku.”

Mata Tian Zhi membelalak, tak menyangka syarat itu sesederhana tapi juga sebesar itu. Ia terdiam, pikirannya berputar cepat, mencoba mencerna tawaran yang sekaligus beban itu.

Tiba-tiba, sebuah sensasi aneh merayapi seluruh tubuhnya. Rasa sakit lama yang pernah menggerogoti dirinya terasa menyesakkan, namun ada juga getaran hangat yang baru dan asing mengalir dalam jiwa dan raganya.

Dalam hati, Tian Zhi bergumam, “Benar-benar seperti yang dikatakan pria tua ini… meski terluka, tubuh dan jiwaku bereaksi berbeda.” 

Ia teringat pada racun yang katanya meracuni dantian dan meridiannya. Pikiran Tian Zhi melayang pada masa lalu, memikirkan luka dan penderitaan yang belum pernah terjawab.

“Jika aku tahu siapa dalangnya… mungkin aku bisa tahu juga siapa yang sudah membuatku begitu menderita.”

Kehadiran pria tua itu, dengan tawaran tak terduga, kini membuka pintu bagi Tian Zhi untuk mencari jawaban yang selama ini terkubur dalam bayang-bayang kelam.

Tian Zhi terbaring di lantai, napasnya tersengal, dan matanya menatap kosong ke arah langit-langit.

Hatinya pun berkecamuk masa depan yang tak pasti, bayangan Sekte Naga Api yang kini terasa sangat jauh. Pengkhianatan dari sahabat dan orang-orang terdekatnya seperti beban berat yang menekan dada.

Semua itu membuatnya ragu, apakah dia pantas dan mampu kembali.Dengan susah payah, Tian Zhi mengangkat tubuhnya, perlahan duduk sambil menatap pria tua di depannya dengan pandangan yang penuh arti dan sedikit getir. 

Tangannya ia satukan rapi di depan dada.

“Tuan, murid Tian Zhi memberi hormat pada Master!” suaranya rendah namun tegas, terpancar rasa hormat yang tulus. 

Pria tua itu tersenyum lebar, matanya berkilat semangat.

“Bagus sekali! Sekarang kau menjadi muridku!” katanya dengan suara penuh semangat yang menghangatkan suasana.

“Mulai sekarang, panggil aku Master Fan!” tegas pria tua itu.

Tian Zhi mengangguk mantap, suaranya nyaring tanpa keraguan, “Baik, Master Fan!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sang Pemilik Takdir Langit dan Tujuh Wanitanya yang Cantik   Bab 09. Informasi.

    Bab 09. Informasi.Tian Zhi menghabiskan waktu malam ini dengan melatih fisiknya, ia tak ingin menghabiskan waktu dengan bersantai, karena ingin segera naik ranah kembali guna membuka ingatan yang tersegel di kepalanya. Tian Zhi mengingat kembali sebagian ingatan Master Fan yang terpatri di memorinya. Dari ingatan tersebut ada beberapa orang dan kelompok yang ikut andil membuat gurunya terluka.“Racun perusak dantian, itu yang membuat Master tidak bisa menggunakan kekuatannya, dan ia menggunakan semua qi yang ia miliki pada saat membuka ruang spasial dan membuat pengaturan untuk latihanku di dalam sana.” “Itu semakin membebani kekuatan Master yang membuat esensi kehidupannya terkuras!” “Kelompok jubah merah…aku akan mencari kalian!” ujarnya pelan sambil mengingat beberapa wajah yang terpampang di ingatannya.Tian Zhi teringat wejangan masternya“Antara beast dan manusia kenapa lebih berbahaya manusia? Karena manusia sifat identiknya adalah kecemburuan, hasad dan dengki, saling iri

  • Sang Pemilik Takdir Langit dan Tujuh Wanitanya yang Cantik   Bab 08. Rencana.

    Bab 08. Rencana.Tian Zhi menggendong gadis yang baru ditemuinya di punggungnya, gadis cantik itu tak sadarkan diri akibat kelelahan dan setelah ditelisik lebih lanjut ternyata ia terkena racun dari Beast Ular Api yang dibunuh oleh para Beast Serigala Perak.Dengan menaiki Beast Serigala Putih Tian Zhi segera kembali ke kediamannya untuk mengobati luka gadis tersebut.“Sepertinya aku sedikit paham situasinya, tampaknya Beast Serigala Putih dan kawanannya membawaku kemari karena gadis ini.” “Mereka mungkin melihatnya sejenis denganku,karena itu mereka tidak menghabisinya,” pikirnya menduga.Tian Zhi menoleh ke belakang, tampak para Beast Serigala Perak itu bekerja sama membawa bangkai beast itu ke tempat tinggalnya. Ia tak ambil pusing dengan apa yang mereka lakukan, yang jelas saat ini ia merasa kawanan Beast Serigala ini menganggapnya sebagai sekutu dan ia tak merasa rugi dengan itu.“Sepertinya aku harus memberi nama pada mereka untuk memudahkan berkomunikasi dengan mereka kedepan

  • Sang Pemilik Takdir Langit dan Tujuh Wanitanya yang Cantik   Bab 07.  Pertemuan takdir?

    Bab 07. Pertemuan takdir?Tian Zhi membelah udara dengan satu tangannya, sebuah celah ruang tercipta di depannya, ia kemudian memasuki celah tersebut dan muncul di satu tempat yang dikenalnya.Ia muncul di satu ruangan gua yang menjadi tempat gurunya tinggal, kembali hatinya merasakan sakitnya kehilangan saat melihat barang-barang yang ada di ruangan gua tersebut.Tian Zhi menghadap ke satu arah dimana dulu sang master selalu berdiri di area tersebut, ia mengambil sikap bersujud untuk memberikan penghormatan terakhir pada Masternya yang telah tiada.Setelah tiga kali memberikan penghormatan, Tian Zhi bangkit dari posisinya, kemudian membereskan semua barang yang ada di ruangan tersebut dan menyimpannya di dalam ruang spasial yang diwariskan Master Fan padanya.Setelah selesai ia pun berjalan menuju bagian gua lainnya, danau dan air terjun petir yang menjadi tempat tujuannya.Baru saja ia memasuki area tersebut ia dikejutkan dengan apa yang dilihatnya, tampak tiga Beast Serigala Per

  • Sang Pemilik Takdir Langit dan Tujuh Wanitanya yang Cantik   Bab 06. Harapan dan tujuan.

    Bab 06. Harapan dan tujuan.Tian Zhi berjalan keluar melewati batas cahaya yang berada di area terakhir, dengan tenang ia menembus lapisan cahaya tersebut sebagai tanda selesainya pelatihan tertutupnya.Tian Zhi berdiri mematung untuk beberapa saat di tempatnya, ia menghirup nafas dalam dan mengeluarkannya perlahan seakan akan udara yang dihirupnya itu lebih berharga dari emas.Ya, dirinya bersikap seperti itu bukan tanpa sebab, selama masa pelatihannya ia berada dalam ruangan magis dengan gravitasi tinggi dan dalam situasi penuh tekanan, lepas dari hal itu membuatnya merasa seperti burung yang lepas dari sangkarnya.Tian Zhi kemudian melihat tubuhnya sendiri, tampak otot di tangan dan di tubuhnya begitu keras tanpa sedikitpun lemak yang tersisa.“Tubuhku kini sudah berada di tingkat keempat, tubuh tulang naga, hanya tinggal selangkah lagi untuk bisa memiliki tubuh dewa!” “Entah berapa lama waktu yang kuhabiskan untuk menyelesaikan semua ujian dari Master, tapi, semua rasa lelah,

  • Sang Pemilik Takdir Langit dan Tujuh Wanitanya yang Cantik   Bab. 05. Ujian dan warisan.

    "Bab. 05. Ujian dan Warisan Tian Zhi terpana melihat apa yang dilakukan gurunya. Sang master membungkus tangannya dengan qi lalu membelah udara di depannya.Terbuka sebuah celah energi yang di dalamnya terdapat sebuah ruang khusus.Master Fan memasuki tempat itu, dan Tian Zhi segera mengikutinya dengan cepat.Saat melewati lapisan cahaya tersebut, Tian Zhi terpesona dengan pemandangan yang dilihatnya. Tempat itu berupa padang rumput luas dengan sebuah arena berbahan batu di tengahnya."Master, tempat apa ini? Kenapa ada ruang seperti ini di dalam gua?!" tanyanya penuh rasa penasaran.Master Fan tersenyum penuh arti lalu menjawab singkat, "Murid bodoh, tempat ini adalah dimensi berbeda, di mana hukum alam dan aliran waktu tidak seperti biasanya."Penjelasan itu membuat mata Tian Zhi membelalak."Jadi ini yang disebut ruang spasial, luar biasa!" ujarnya tak percaya.Tatapan Tian Zhi berubah penuh arti. Apa yang dilakukan gurunya telah menunjukkan sesuatu yang selama ini ia belum ketahui.

  • Sang Pemilik Takdir Langit dan Tujuh Wanitanya yang Cantik   Bab 04. Syarat.

    Bab 04. Syarat.Satu tahun berlalu….Traaang…traaang…traaang.Master Fan tersenyum lebar sambil menatap seorang pemuda berambut hitam dan bertelanjang dada yang kini sedang menambang kristal hitam di dalam gua.Tampak pemuda berambut hitam panjang dengan tubuh berotot tanpa lemak itu sangat lihai memainkan alat di tangannya itu, ayunan alat tambang di tangannya membuat kristal hitam yang sangat keras melebihi logam tungsten itu berhamburan ke udara.“Anak ini…hanya dalam waktu satu tahun ia mencapai tingkatan tubuh kelima, tubuh dewa perang. Sungguh di luar dugaan!” “Kekerasan hati, tekad dan tujuannya membuatnya bertahan dengan latihan yang kubuat. Bahkan, ia menambahkan beban lain untuk meningkatkan kekuatan fisiknya,” ujar Master Fan bermonolog sambil menatap muridnya itu dari sudut ruangan gua.Tian Zhi menghentikan tindakannya karena ia mendengar langkah kaki mendekat ke arahnya.“Master, kenapa kemari? Harusnya Master istirahat saja di kamar Master!” ujar Tian Zhi sambil menya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status