“Ya,” kata Yuri sembari duduk di meja. “Dia bilang ingin spa bersama yang lain.”“Dan kau tidak?”“Aku menolak tawaran mereka.”“Kenapa?” tanya Angga tatapan mata pria itu benar-benar sulit dikondisikan sekarang sebab dari balik jubahnya Angga bisa mengintip dada si wanita matang tanpa penutup apa-apa.“Aku butuh waktu untuk diriku sendiri,” kata wanita itu sambil tersenyum. “Dan sekarang waktunya, makan malam.”“Iya silahkan,” ujar Angga sembari membuka tutupnya dan meletakan nampan besar tersebut di atas meja yang sudah siap untuk digunakan. Namun ketika melihat betapa banyaknya makanan yang disediakan. Angga merasa heran lantaran porsi ini jelas tidak akan habis bila dimakan oleh satu orang. Dia pun menatap ke arah sang wanita yang bertubuh sintal dihadapannya, sedikit bertanya-tanya apakah dibalik tubuhnya yang indah itu dia makan sebanyak ini setiap hari. Jika iya, maka bisa dipastikan bahwa dia sangat pandai menjaga badannya sendiri.Yuri yang sadar di tatap oleh Angga sesaat se
Angga duduk di tepi ranjang sembari menguap, dia masih merasa lelah meskipun durasai tidurnya terbilang panjang dan juga normal untuk ukuran dirinya yang dahulu kerap kali sering begadang. Tapi kalau dipikir lagi sebenarnya wajar, toh kemarin dia banyak menghabiskan energi dan cukup kelelahan melayani tiga perempuan berbeda sekaligus. Mengingat hal itu, Angga tiba-tiba saja mengendus bau tubuhnya sendiri dan hidungnya seketika mengerut. Dia masih bisa mencium bau manis Bunga di tubuhnya, juga bau Sofia dan Tia meskipun milik mereka jauh lebih samar. Dia tidak mengira bahwa mandi sekali tidak cukup untuk menghilangkan aroma seorang wanita. Ini kejadian baru, dan mungkin saja itu cuma perasaannya.Angga lantas mengerang dan mulai melakukan ritual perenggangan sebelum memulai aktivitas harian. Meskipun hari ini bisa dibilang segalanya berjalan apa adanya. Tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa pikiran Angga masih stuck di hari kemarin. Seharusnya dia tidak mengambil kesempatan gegabah itu di
‘Kau tidak tahu apa akibat dari yang kau katakan’ sisi hatinya berbisik, dan sebagai gantinya pria itu malah menyeringai. Sadar betul bahwa Bunga tampaknya sudah sangat terpesona dengan kejantanannya yang sudah siap bertempur. “Jadi kau mau melakukannya?”“Ya,” bisik Bunga lirih, miliknya sudah berkedut, menginginkan lebih dari sekadar jari atau pun lidah. Namun sesuatu yang bisa mengisi, menyentuh titik terdalam yang tidak terjangkau dengan apapun selain milik sang pria yang begitu gagah di hadapannya sekarang. Bunga sudah kehilangan akal sehatnya. Dia bahkan tidak memikirkan apapun seperti sedang dimana dia sekarang, atau apa akibat dari tindakannya. Dia sudah melewati batas. Ini mungkin menjadi titik terliarnya sebagai seorang wanita. Bercinta di kamar mandi adalah sesuatu yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya, tetapi terdengar seru dan mendebarkan untuk dicoba. “Aku menginginkanmu… Aku ingin kau di dalamku,” ungkap Bunga lagi dan kali ini terdengar malu-malu.Mendapat lampu h
Hanya perlu beberapa saat sampai akhirnya Angga pulih kembali, pria itu pun kemudian mengambil posisi duduk dan memperhatikan Bunga yang sedang membersihkan dadanya gara-gara disembur cairan cinta oleh Angga menggunakan handuk. Dari sudut pandangnya Angga bisa melihat bahwa ekspresi wajah Bunga tampak terengah-engah, menilai hal itu dia jadi teringat dengan ekspresi wajah Sofia beberapa saat lalu. Sehingga Angga menduga bahwa wanita itu sedang terangsang. Angga bahkan sampai mengecek ke arah selangkangan Bunga dan menemukan lantai dibawah sana tampak berkilau dan basah.Seluruh ide nakal muncul seketika. Selain karena Bunga telah memberinya service yang memuaskan sebelumnya, sebagai seorang pria Angga merasa perlu bertanggung jawab penuh untuk memberikan hal serupa. Dia harus membalasa budi pada gadis itu. “Apa kau ingin kubuat enak juga, Bunga?” tanya pria itu dengan nafsu yang jelas terpancar berbaur dengan ketulusan yang terpancar jelas dimatanya.Senakal apapun Bunga, mustahil bag
Angga tampak sedikit kebingungan dengan tingkah polah Bunga yang mendadak malu-malu, dia juga penasaran dengan penyebab mengapa gadis itu sedikit curi-curi pandang ke arahnya. Ketika Angga menundukan kepala, saat itu pula si pemuda sadar apa yang menyebabkan gadis itu mendadak mati kutu. Ada gundukan besar dicelananya. Angga jadi sedikit ikut malu gara-gara kedapatan ereksi di depan Bunga yang pada saat itu memang tidak mengenakan apa-apa. “Maaf!” kata Angga buru-buru mencoba menutupi celananya dengan tangan.Melihat bahwa Angga salah tingkah, Bunga bisa merasakan panas membakar di pipinya. Dia memang tidak punya riwayat berkencan dengan pria karena ibunya yang strict dan satu-satunya pria yang pernah menyentuhnya adalah Angga. Jadi Bunga kadang kerap menganggap dirinya tidak lebih menarik dari siapapun jika dalam hal daya tarik. Jadi ketika sekali lagi dia mendapati Angga secara terang-terangan menunjukan ketertarikan padanya meskiupn tanpa sengaja itu membuat Bunga merasa senang.Me
Angga menunggu di luar kamar mandi, memperhatikan wanita terakhir yang pergi dari kolam renang. Setelah menghabiskan sedikit waktu sebelumnya untuk membersihkan kamar mandi pria, kini giliran kamar mandi wanita-lah yang perlu dia bereskan. Tapi sebelum dia bisa menyelesaikannya, Angga perlu memastikan kondisi kamar mandi wanita telah benar-benar kosong. Jadi, dia memutuskan untuk beristirahat sejenak setelah sebelumnya dia banyak memakai tenaga untuk menggilir Tia dan kemudian asistennya Sofia di hari ini hanya dalam jeda beberapa jam saja. Angga benar-benar merasa bahwa ini adalah hari yang paling aneh yang dia lewati, dan berharap tidak mendapatkan kejutan gila seperti itu di masa depan.Bukannya dia keberatan sih, karena terus terang sebagai seorang lelaki normal dia jelas-jelas menikmati setiap moment yang ada dengan sepenuh hati. Apalagi saat dia masih bisa merasakan adanya gelenyar rasa yang tersisa ketika kulit telanjangnya menempel erat dengan tubuh polos Tia serta mendengar S