Share

Pelan Tapi Mendalam

Author: Rucaramia
last update Last Updated: 2025-05-24 13:08:35

Itu jelas adalah penawaran yang tidak mungkin dapat Angga abaikan. Agna sudah memberinya lampu hijau, jadi bukankah tidak apa-apa? dia sudah tidak bisa lagi berpura-pura setelah ini.

Tapi tiba-tiba saat tangan Angga hendak menyibak rok yang Agna kenakan. Tangisan bayi memecah keheningan, kencang, dan menggelegar.

Agna sontak menurunkan roknya yang dia singkap sebelumnya, jantungnya berpacu. Napasnya terengah.

“Oh tidak…”

Angga pun beringsut membuat jarak karena terkejut atas apa yang baru saja terjadi. Mereka saling pandang sejenak, ada ketegangan yang menggantung diantara mereka berdua. 

Angga hanya bisa diam, matanya masih menatap Agna yang berdiri ragu-ragu untuk menjauh darinya. Dadanya naik turun. Pakainnya sudah berantakan. Memperlihatkan sisa dari pijatan barusan dan baru saja mereka hendak naik ke sesi intim berikutnya. 

Tangisan bayi makin nyaring.

Agna menoleh, setengah panik. Meski… ada getaran lain ditubuhnya yang belum hilang.

Angga pun bangkit perlahan dari posisinya. Kecanggungan merebak.

“Agna…” panggilnya pelan.

“Tunggu dulu, biarkan aku mengurus bayiku dulu.” katanya sebelum melangkah menuju ke arah kamar bayi, meninggalkan Angga berdiri sendiri di ruang tengah dalam kondisi tangan dan hatinya masih menggantung.

Angga kini sudah menududukan dirinya di sofa, menyandarkan dirinya di sandaran dengan jari-jari mengepal pelan. Napasnya belum stabil. Warna kulit di ujung jarinya masih terasa hangat— bekas tubuh Agna barusan.

Suara tangisan bayi dari dalam kamar terdengar mulai samar sekarang. Tetapi untuk Angga, yang paling nyaring sekarang justru karena detak jantungnya sendiri. Saat dia nyaris menikmati dia harus rela ditinggalkan. Digantung.

Dia menunduk, menatap sisi kursi yang barusan di duduki oleh Agna. Masih ada lekukan kecil dari tubuhnya, aroma tubuh Agna –kehangatan air susunya, kulit, dan sedikit peluh— segalanya masih mengambang di udara.

“Apa tadi aku sudah kelewatan ya?” pikir Angga seraya menutup wajahnya dengan tangan. Dia bisa mencium aroma natural air susu wanita itu disana. Sial. Isi kepalanya benar-benar sudah berkabut sekarang.

Tadi itu nyaris saja, karena Agna sudah begitu dekat, begitu terbuka. Dan ketika dia melihat sisi dari dirinya yang hanya diketahui oleh suami wanita itu. Angga ingin seluruh dunia langsung menghentikan waktu dekti itu juga.

Keterbukaannya pada Angga, cara wanita itu memandangnya, dan tarikan napasnya. Jelas mengindikasikan bahwa dia membutuhkannya. Dia mengizinkannya.

Dan Angga punya kesempatan untuk menjamahnya.

Bukan hanya tubuh Agna saja yang membuatnya terpikat, tetapi memang dulu sekali Angga pernah merasakan adanya ketegangan aneh yang tersembunyi di antara mereka. Sejak dia resign, dan interaksi diantara mereka tidak terlalu intens. Lalu berlanjut dengan keputusannya menikah. Dia dan Agna terpisah secara fisik dan energi.

Tapi tadi, untuk sesaat… dia rasa Agna nyaris membiarkan dirinya tenggelam. Dia memberi kesempatan pada Angga untuk membelainya dirinya yang kesepian. Mungkin suaminya tak cukup memberinya kepuasan.

“Sialan,” bisiknya sambil memejamkan mata.

Agna memintanya menunggu, walaupun Angga tidak tahu akan seperti apa kelanjutannya. Tapi dia tahu satu hal:

Masih ada kesempatan untuk melanjutkan petualangan yang terjeda.

***

Agna menatap bayinya yang akhirnya terelelap kembali. Napas mungilnya naik-turun perlahan, tangis telah mereda yang tersisa hanya desahan halus yang menandakan dunia kecilnya telah tenang kembali.

Namun di dada, Agna sekarang justru malah diterpa badai yang baru saja dimulai.

Dia menyandarkan punggungnya pada dinding kamar. Jantungnya masih berdetak cepat. Bukan karena tangis bayinya, tetapi karena… Angga.

Tatapan pria itu tadi…

Sentuhannya…

Hela napasnya yang hangat saat dia memainkan miliknya…

Semua itu belum selesai.

Dan Agna tidak ingin semuanya selesai seperti itu.

Dia kemudian mulai melepaskan satu persatu kain yang menutupi tubuh. Ini memang keputusannya, alasan sebenarnya kenapa dia menyewa pria itu. Dia butuh perhatian dan sentuhan karena suaminya sudah jarang memberikan apa yang dia inginkan. Dia sudah terlalu kesepian, sejak bayinya lahir hingga sekarang.

Agna pun kemudian berdiri di depan cermin di kamar tersebut sambil menggigit bibir bawah. Matanya menatap bayangan dirinya sendiri. Payudaranya yang penuh karena sedang dalam masa menyusui, lingkar tubuhnya yang belum kembali ramping, stretch mark sebagai bukti dirinya adalah seorang ibu yang telah melahirkan. Agna berharap ada sisi dari dirinya yang masih diinginkan, dan Angga jelas memberikan tanda bahwa pria itu menginginkannya.

Dia menghela napas lalu membuka pintu kamar tanpa suara, dan mulai melangkah keluar.

***

Angga masih duduk di sofa, isi pikirannya yang rumit membuat pria itu terlihat pening. Tetapi sekali lagi dia kembali bersemangat tatkala melihat sosok Agna yang muncul dari balik pintu kamar yang semula tertutup rapat.

Langkahnya pelan, ringan, hampir seperti melayang.

Dan yang membuat kedua mata Angga melotot segar adalah fakta bahwa wanita itu keluar dari sana tanpa mengenakan pakaian sama sekali. Dia berjalan dengan kedua tangan yang menutupi bagian dirinya yang paling privat meski upaya itu terbilang percuma..

Payudaranya yang padat tampak mengintip dari tangannya yang tersilang, pemandangan yang jelas tidak akan Angga hapus dari memori hidupnya. Terlalu indah dari bayangannya.

Agna tidak berkata apa-apa. Hanya berdiri disana, mata mereka bertemu. Tapi Angga bisa melihat ada semburat merah yang menjalar di pipi sampai ke telinga. Angga tahu wanita itu malu, tetapi dia juga menginginkannya.

Untuk sesaat, waktu terasa terhenti. Angga menikmati apa yang tersuguh di depan mata tanpa jeda seperti ini. Sampai akhirnya Agna sendiri yang memecah keheningan.

“Tadi kita belum selesai kan, Aang? Masih mau?” katanya pelan, nyaris seperti bisikan.

Suara itu jelas bukan suara layaknya seorang junior yang Angga kenal, tetapi suara seorang wanita yang membutuhkan perhatian dan pelayanan.

Persetan dengan fakta bahwa Agna sudah menikah dan punya anak. Persetan dengan bantuan pijak laktasi. Mereka sudah terlalu jauh tadi, dan Angga juga butuh pelepasan. Mereka saling membutuhkan, walaupun sekarang rasanya dia benar-benar sesuai dengan apa yang Doni harapkan. Dia betulan seperti seorang gigolo yang dipesan untuk memuaskan hasrat perempuan binal. 

Tanpa bicara Angga bangkit perlahan, dia bawa tubuhnya mendekat. Kemudian saat hanya ada jarak tipis diantara mereka, pria itu berlutut mensejajarkan dirinya tepat di tangan Agna yang menutupi miliknya.

Angga menyingkirkan tangan itu dan kemudian mencondongkan tubuhnya untuk lebih dekat, hidungnya nyaris menyentuh lipatan basah Agna. Dia bisa mencium aroma unik yang menguar dari sana. Campuran memabukan dari aroma musk alami dan sesuatu yang jauh lebih manis dari yang dia telah coba sebelumnya. Hal yang membuat mulutnya berair.

Agna bisa merasakan kakinya sedikit bergoyang ketika pria itu mengendus vaginanya. Mencipta gelenyar asing yang membuat bulu kuduknya berdiri.

“Kalau begitu selamat makan,” kata Angga setengah menggeram sebelum membenamkan wajahnya dicelah basah nan menggoda dihadapannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sang Pemuas Hasrat Wanita Kesepian   Extra Part : III

    Tubuh Riri gemetar sekaligus menggigil hebat tatkala diberi overstimulasi dengan puncak dadanya yang diberi servis tanpa ampun oleh Angga juga vaginanya yang tak luput pula dari jamahan tangannya membuat wanita itu pusing tujuh keliling. Dirinya dibuat mabuk, rasanya dia berada di awang-awang saking enaknya.“Kenapa jangan? Tapi badan kamu sepertinya meminta lebih tuh,” sahut Angga sembari terkekeh. “Kan dari awal kamu sendiri yang memasang vibrator itu disini, kenapa setelah aku mainkan malah jangan?”Riri menggelengkan kepala, dirinya masih belum bisa berpikir jernih dengan pinggul yang bergerak sendiri, membuat Angga makin senang saja.“Mmhhh… Fuck… Anggahhhh,” desah Riri.“Iya, apa?”“Nghhhh… ahhh!”“Apa sayang?” Angga mengangkat dagu Riri, dicengkramnya dagu si cantik itu lalu menatapnya dengan jahil. “Mau apa?”Riri tidak kuasa lagi menahan segalanya, akhirnya dengan mata yang berair dan ekspresi memohon wanita itu berusaha untuk berkata. “Pleaseeee… aku sudah tidak tahan lagi,

  • Sang Pemuas Hasrat Wanita Kesepian   Extra Part: II

    “Berani ya, sayang nantang aku begini. Aku tidak akan memberimu waktu istirahat ya sehabis ini,” kata Angga seraya menggeram.Tubuhnya kontan langsung menunduk mempertemukannya pada bibir milik kekasihnya yang telah dihiasi oleh cream strawberry yang menambah kesan manis dibibir tersebut. Kecupan manis berubah menjadi lumatan yang dihiasi oleh desahan halus tatkala gigi Angga menggigit bibir bawah milik kekasihnya, meminta izin untuk bertindak lebih guna dapat menginvasi bibir cantik milik kekasihnya.Riri sendiri, yang bibirnya sedang dikerjai oleh sang adam mulai menggeliatkan tubuhnya. Bibirnya diobrak-abrik oleh sang kekasih, membuatnya langsung secara refleks mengalungkan tangannya pada leher jenjang milik Angga. Riri mendadak merasa pening. Ciuman yang dilakukan oleh sang kekasih kepadanya selalu memberinya efek pening. Rasanya Riri tidak pernah merasa cukup hanya dicium sekali oleh Angga. Dia ingin lagi, ingin lagi, terus menerus tanpa henti sampai pria itu puas dan Riri mendes

  • Sang Pemuas Hasrat Wanita Kesepian   Extra Part: I

    Haiii Angga sayanggg! Aku baru selesai pemotretanPesan masuk yang Angga baca lamat-lamat yang saat itu masih berada di singgasananya meskipun sudah menunjukan pukul dua belas siang yang tandanya sudah masuk waktu makan siang. Namun disini, ada yang lebih penting dari pada sekadar mengisi perut. Pesan dari sang kekasih yang sedang menjalani aktivitas pemotretan di salah satu studio foto ternama di kota, membuat senyum terpatri sempurna di wajah si pria. Ya, dia berakhir senyum-senyum sendiri sekarang hanya karena dapat sebuah pesan.Tidak menunggu lama, Angga ketikan balasan untuk pesan yang Riri kirimkan kepadanya.Di tempat lain, wajah Riri sedang dirias ulang karena konsep photoshoot yang akan dilakukan berganti. Hari ini dia di brief untuk melakukan dua kali sesi pemotretan dengan dua konsep berbeda. Sesi pemotretan pertama Riri didandani sedemikian rupa dengan konsep fairytail yang dreamy. Tetapi untuk konsep yang kedua ini, mereka mengusung konsep yang edgy chic bold glam. Diman

  • Sang Pemuas Hasrat Wanita Kesepian   Officially Dating

    Angga menurut, pinggulnya bergerak dengan kekuatan yang nyaris tak terkendali lagi. Tangannya meraih payudara Riri yang bergoyang dan meremasnya kasar, menikmati seberapa lembut dan kencangnya payudara itu di tangannya. Ranjang bergetar hebat, meskipun rangkanya kokoh. Angga bahkan tidak tahu kapan terakhir kali dia berhubungan seks yang seliar dan seintens ini sebelumnya, tetapi kali ini dia sungguh ingin melakukannya sampai dia tidak bisa merasakan apapun lagi.Riri sudah tak sanggup lagi menahan diri. Penis Angga telah memasuki rahimnya dan dia sudah meleleh dalam pelukan Angga. Pergerakannya membuat tubuh Riri melengkung ke dada Angga ketika dia tidak bisa melihat apa-apa lagi. “ANGGAAAAA!” jeritnya, dan dari vaginanya menyembur cairan cinta yang membasahi penis Angga yang masih menyumpalnya. “NGGGGHHHHH! KELUAR!”Tak mampu lagi menahan godaan yang berasal dari ketatnya dinding-dinding vagina si wanita yang menegang, Angga segera melepaskan diri dari Riri dan mencengkram pinggulny

  • Sang Pemuas Hasrat Wanita Kesepian   Give Me More

    Riri tersipu ketika Angga mulai menciumi lehernya sementara tangannya sendiri mulai menjelajahi punggung telanjangnya. Keringat mulai membasahi tubuh Riri, lantaran tubuhnya memanas seiring dengan sentuhan yang Angga berikan untuknya. Angga menciumi bagian depan Riri hingga wajah pria itu menempel di dadanya. Riri mengerang keras ketika lidah Angga menjilati puncak dadanya yang sudah mengeras, menggodanya dengan cara yang luar biasa membagi basah dari lidahnya.“Angga… rasanya nikmat sekali…” Riri mengerang ketika pria yang dia cintai itu memanjakan payudaranya dengan lidahnya yang terampil. “Ahhh! Angga!” serunya merasakan Angga melingkarkan penuh bibirnya disekitar puncak payudara Riri, menghisapnya seolah-olah ada ASI di dalamnya.Tangan Angga menyelinap ke bawah Riri untuk menyentuh punggungnya yang melengkung karena sentuhan lembutnya. Dia menghisap payudara Riri dengan penuh perasaan, berniat memberikan Riri kenikmatan sebanyak yang dia bisa. Merasa bosan dengan yang satu, Angga

  • Sang Pemuas Hasrat Wanita Kesepian   Sentuh Aku Seutuhnya

    Satu pukulan menderat di pipi Angga, dan kejadiannya begitu cepat sehingga dia bahkan tidak sempat untuk menghindar. Angga langsung menyentuh pipinya yang dipukul dan berusaha untuk berdiri tegak saat wanita itu memperlihatkan sebuah kertas kusut padanya. “Apa maksudnya ini? Doni bilang padaku kalau kau…” Dia tampak begitu putus asa dan seolah dia tidak tahu bagaimana caranya memproses semua emosi di dalam diri. “Angga, kau menjual dirimu pada perempuan?” katanya lagi yang pada akhirnya membuat Angga memahami alasan dibalik pukulan sang wanita terhadapnya.Sangat wajar sih sebetulnya dia marah, apalagi setelah semua hal yang telah mereka jalani hingga hari ini. Dan lagi Angga pun belum memberikan kepastian bahkan membicarakan soal ini saja padanya tidak. Karena terakhir kali mereka bicara adalah dua bulan lalu saat mereka beradu argument dan tidak mendapati kesepakatan apa-apa soal hubungan diantara mereka.Jadi Angga pun kini hanya bisa menatap wanita yang sedang marah padanya sekara

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status