Share

Teman Dekat

Keni merupakan angkatan yang ke - 80 di Kampus tempatnya menimba ilmu, sedangkan Ato merupakan Mahasiswa yang seharusnya sudah lulus tiga tahun lalu, sebelum Keni.

Perbedaan usia di antara dua lelaki itu, ternyata tidak menjadikan batasan pergaulan dalam pertemanan mereka, walaupun Keni berada di Fakultas yang berbeda dengan Ato, nampaknya persahabatan mereka sangat terjaga dengan baik.

Persahabatan mereka adalah pertemuan yang berawal dari sebuah ketidak sengajaan.

Peristiwa yang mungkin tidak bisa terlupakan dalam sejarah hidup mereka.

Peristiwa itu, bermula saat Ato pulang dari Kampusnya pada malam hari. Di kala itu suasana jalan seakan sepi tak seperti biasanya. Ternyata bukan tanpa alasan jalanan itu menjadi sepi.

Namun sesuatu telah menjadi faktor utama penyebab keadaan menjadi hening.

Saat itu warga kampung Bajri tengah berurusan dengan kelompok pemuda dari kampung sebelah. Kampung Bajri adalah nama tempat dimana Ato menyewa Kontrakannya.

Urusan besar itu di karenakan perebutan lahan parkir yang berada di terminal dan sudah lama menjadi sumber pendapatan bagi sebagian pemuda kampung Bajri.

Hanya gara-gara rupiah, nyawa tiga orang pemuda Kampung Bajri melayang di tangan para pemuda Kampung tetangganya.

Sontak saja akibat kejadian itu, semua warga Kampung Bajri lebih memilih diam di rumah, dari pada pergi keluyuran di jalanan. Baik siang ataupun malam hari. Kecuali ada keperluan mendadak atau sangat penting.

Ato yang belum mengetahui permasalahan itu, sempat menjadi sasaran pemuda Kampung Negla yang memang tengah mengincar para pemuda Kampung Bajri.

Saat Ato lewat, Pemuda Kampung Negla langsung menyergap Ato, mereka menyangka bahwa Ato merupakan pemuda Kampung Bajri, padahal dia hanyalah Mahasiswa yang kebetulan menyewa di Kampung Bajri.

"Serang!" satu teriakan terdengar dari belakang Ato.

Kemudian tiga pemuda Kampung Negla berlari dengan membawa balok dan berbagai perkakas lain dari benda tumpul.

Ato yang sedang dalam keadaan lengah, sempat terbentur balok itu, dan benturannya telah mengenai bahu kanan Ato.

Di saat yang bersamaan, Keni kebetulan lewat, ia mencoba menjadi penengah dan membela Ato. Hal itu dikarenakan Keni mengetahui bahwa Ato adalah teman satu Almamater dengannya.

Dalam benak Keni, bukanlah hal yang salah jika tiba-tiba ia ikut mencampuri urusan sesama Mahasiswanya, hal itu dikarenakan Keni telah dibesarkan dengan jiwa sosial yang tinggi, oleh kedua orang tuanya.

"Woi! maksud kalian apa? kok langsung maen pukul aja!" sergah Keni dengan nada kesal.

"Bacot luh!" sahut seorang pemuda kampung Negla. 

Kemudian Keni menjadi sasaran pengeroyokan berikutnya.

Fakultas Pendidikan Olah Raga dan Kesehatan/ FPOK, yang menjadi bidang peminatan Keni, ternyata bisa berguna di saat terhimpit seperti ini.

Walaupun badan Keni hanya mempunyai tinggi 155 cm, tapi daya tahan tubuhnya tidak bisa di remehkan.

Postur padat milik Keni, menjadikan anugrah tersendiri baginya. Dengan tinjuan tangannya, Keni berhasil menjatuhkan tiga pemuda yang telah berniat mencelakainya.

"Bro! kamu gak apa-apa kan?" tanya Keni yang belum mengenal Ato saat itu.

"Enggak lur! makasih yah dah bantu!" ucap Ato, yang masih menahan rasa sakit pada bahunya.

Ternyata permasalahan belum selesai sampai di situ.

Tiba-tiba sepuluh pemuda dari kampung Negla datang dengan mengenakan sepedah motor. Entah siapa yang memberitahu mereka untuk datang ke tempat Ato berada.

Keni dan Ato, mendapatkan masalah yang cukup serius. Mereka berdua seperti mengantarkan nyawa di tengah pemuda Negla yang membawa perkakas dan senjata tajam di tangannya.

Akhirnya, Ato menyarankan untuk lari dari tempatnya saat ini.

Penomena saling kejar-mengejar pun, terjadi antara dua Mahasiswa dan Sepuluh pemuda Kampung Negla.

Di saat Ato dan Keni berhasil menemukan tempat persembunyian, para pemuda kampung Negla mengadukan perkakas yang sedang di bawanya, hingga suara bunyi nyaring terdengar sampai beberapa meter.

"Lur! apa kamu tahu, siapa mereka itu?" bisik Ato pada Keni yang berada di sisinya, hal itu seakan mengawali pembicaraan dalam persembunyian.

"Gak tahu bro! memangnya kamu punya urusan apa sama mereka?" balas Keni, sambil berbisik.

"Gak tahu juga lur! tiba-tiba aja mereka memukulku, tanpa sebab ... yah otomatislah, aku jadi santapan empuk mereka!"

"Loh, gimana ini? trus, kita mau keluar atau sembunyi terus ...." bisik Keni pada Ato.

"Sepertinya ini salah paham lur!"

"Ya udah, tunggu aja sampai mereka pergi ... dari pada kita celaka!"

Setelah menunggu beberapa lama, para pemuda Kampung Negla pun belum juga pergi dari sekitaran tempat persembunyian Ato dan Keni.

Akhirnya, Ato memutuskan untuk keluar dari persembunyiannya.

Dengan bermodalkan postur tubuh yang lebih baik dari pada Keni, ia mencoba memberikan perlawanan semampunya. Perjuangan Ato, ternyata membuahkan hasil yang bisa menyelamatkan dirinya.

Enam pemuda kampung, berhasil di tumbangkan dengan keadaan kalah telak hingga tak berkutik lagi.

Keni yang tak ingin kalah berjuang melawan kelompok pemuda, dengan susah payah menjatuhkan satu persatu yang menjadi lawannya berduel.

Tinjuan yang pernah di pelajari saat Keni mengikuti materi olah raga bela diri di Kampusnya, di peraktekan dengan cara yang cukup sempurna.

Di esok harinya, Ato melapor pada RT setempat, bahwa dirinya telah di serang kelompok pemuda yang tak di kenal. Beberapa penjelasan pun, diterima Ato dan menjadikan dirinya lebih waspada jika berada di sekitaran terminal.

Setelah itu, Pak RT mengambil tindakan dengan meningkatkan keamanan pada sekitaran terminal yang menjadi akar permasalahan pemuda Kampungnya, dengan Kampung tetangga. Al-hasil keadaan terminal bisa kembali normal sampai saat ini.

Akibat dari peristiwa itulah. Saat Keni mendapatkan masalah, Ato selalu siap mengawalnya, begitupun di saat Ato mendapatkan musibah, Keni dengan senang hati selalu membantunya.

***

"Bro! ada apa sih, kok kaya orang bingung gitu?" tanya Keni, kemudian ia mengambil segelas air untuk di suguhkan pada Ato.

"Gini lur! seperti yang sudah kamu ketahui. Aku ini kan, belum ngerasain wisuda sampai sekarang. Tapi selama ini orang tuaku gak tahu bahwa aku belum lulus!"

"Ya Tuhan! kirain gak akan kepikiran sama orang lurus seperti kamu itu, jadi kemana aja selama ini? perasaan, udah ribuan kali loh, aku kasih solusi tentang masalahmu ini!" tukas Keni, sambil memegang gitar yang ada di sampingnya.

"Iya sih! selain itu, dalam waktu dekat, kerabatku mau datang kemari!"

"Hmmp! memangnya mau apa mereka?"

"Mau liat kehidupanku di sini, soalnya ada orang sekampungku. Anaknya itu, baru lulus SMA, dan mau kuliah di tempatku, trus dia nyerahin urusan perkuliahan dan ini itunya, sama aku!"

"Ya elah ... gitu aja kok repot, sini biar aku yang urus!

"Sementara waktu sih bisa! cuma lama-lama, rahasia besarku pasti bocor ke kampung!"

"Memangnya apa rahasiamu?"

"Aku pernah bilang sama mereka, bahwa aku lagi bangun perusahaan di sini, jadi perlu biaya besar untuk modalnya dan modal itu dari orang tuaku. Lalu aku berjanji, jika suatu saat nanti sudah sukses, maka aku akan kembalikan semua uang yang telah aku pinjam!"

"Haaah! perusahaan? Atooo, Atooo ... nyalimu aja yang besar, cuma ide dan kualitas bohongmu itu sepertinya terlalu besar!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status