MasukPertemuan itu menjadi hal yang pertama bagi raja Ragajaya dengan Arya. Dan dia sungguh tidak tahu kalau pemuda petir yang dia katakan itu ada di hadapannya.Selain Arya, raja Yuda juga memperkenalkan putri Utari, dan dua pangeran kerajaan pada raja Ragajaya."Apakah mungkin bisa aku gunakan salah satu pangeran ini untuk hancurkan kerajaan ini?" gumam raja Ragajaya dalam hatinya.Tapi, saat melihat keakraban dan keberadaan tiga saudara itu, harapannya untuk jadikan salah satu pangeran sebagai senjata sirna."Mungkin akan sulit," ucapnya lagi dalam hati.Ki Maja masuk dan juga perkenalkan diri pada raja Ragajaya."Siapa lagi orang ini? Aku merasakan kemampuan yang dia miliki tidak bisa diremehkan," gumam raja Ragajaya sambil tatap Ki Maja."Hahahaha! Sungguh undangan yang sangat jauh! Tidak ku sangka!" kata Ki Maja dengan tawa yang keras."Salam Ki!" kata raja Ragajaya langsung berubah sikap saat melihat keberadaan Ki Maja."Kerajaan Lingga yang aku dengar sudah hancur, ternyata masih a
Pesta besar disiapkan sebagai pesta penobatan Arya jadi raja baru kerajaan Purawa, dan itu sudah mulai terlihat.Keramaian semakin terlihat nyata, apalagi semua undangan sudah sampai di istana.Meskipun pada hakikatnya masih banyak kerusakan pada istana itu, tapi itu tidak mengurangi antusias dari para undangan yang menunggu penobatan raja baru itu.Tapi, keramaian itu mendadak hening saat dari kejauhan terlihat satu rombongan besar dengan membawa bendera berlambang kuda."Kerajaan Lingga? Apakah mereka sungguh di undang?" ucap para tamu yang tidak sangka akan datangnya utusan dari kerajaan Linga.Rombongan yang datang dengan dikawal ratusan prajurit itu berhenti di halaman istana dan semua masih diam.Patih Kuroda dengan sigap langsung mengambil keadaan, dan datang menyambut utusan kerajaan Lingga.Kereta kuda yang membawa utusan itu berhenti, dan seorang lelaki dengan pakaian kebesaran turun dari kereta kuda itu.Di sampingnya berjalan dua orang perempuan yang bersikap lembut dan be
Kota Wan, ibukota kerajaan Purawa, kota besar yang baru saja mendapatkan serangan dari lima kelompok golongan hitam.Ki Rangga sebagai pemimpin utama penyerangan itu, tewas di tangan Arya, pangeran Candra, sang putra mahkota kerajaan.Kabar tentang akan dinobatkan Arya jadi raja baru di kerajaan Purawa, sudah terdengar hampir ke seluruh wilayah negri Purawa. Bahkan sampai ke negeri Teruma yang sudah dikuasai oleh kerajaan Lingga.Umbul-umbul sudah terpasang di seluruh kota, dari pintu masuk hingga seluruh kota dihias sedemikian rupa, sehingga tidak terlihat kalau negeri Purawa baru saja dapatkan serangan dari kelompok hitam.Satu demi satu para Adipati, tumenggung hingga pejabat kota di seluruh negeri juga sudah berdatangan.Tidak hanya itu, kerajaan juga sudah bersiap penuh menunggu kedatangan semua orang yang akan hadiri upacara penobatan raja baru di kerajaan Purawa."Apa kau gugup putraku?" tanya Permaisuri Parwati pada Arya yang duduk termenung."Siapa yang tidak akan gugup ibund
Kedatangan Ki Maja, ke kerajaan Purawa ubah semuanya. Arya yang keukeh tidak ingin jadi raja pengganti raja Yuda tidak dapat lagi berkutik. Dengan terpaksa, Arya anggukkan kepala dan menerima kalau dia bersedia menggantikan ayahnya jadi penguasa kerajaan Purawa."Akhirnya! Hahahaha! Putra kita menerima juga!" kata permaisuri Parwati dengan wajah yang cerah ceria."Tapi, satu hal yang aku pikirkan adalah bagaimana aku akan memerintah sementara aku tidak ada di kerajaan ini!" kata Arya."Kau jangan bingung putraku, seperti yang ayahanda bilang, sementara ini ayah akan berada di belakang layar, dan gantikan dirimu. Dan satu lagi adikmu, pangeran Angga akan membantu ayahanda!" kata raja Yuda."Baiklah! Apakah aku bisa menolak lagi?" ucap Arya."Tidak! Kau tidak usah menolak lagi!" kata Ki Maja dan mendekati cucunya itu.Ki Maja membuka gelang yang ada di tangannya."Pakailah ini cucuku!" kata Ki Maja dan berikan sebuah gelang berwarna perak pada Arya."Apa ini kek?" tanya Arya."Ini adala
Arya dan seluruh orang yang ada di ruangan pertemuan kaget dengan suara yang terdengar dengan penuh tenaga dalam.Semua mata menoleh, dan ssmuanya kaget saat melihat hadirnya seorang lelaki tua yang berpakaian putih dan wajahnya penuh dengan janggut dan rambut yang memutih.Raja Yuda termangu, dan berjalan tanpa sadar, ke arah orang yang baru datang itu. Terlihat di mata raja itu sebuah mata yang penuh dengan kerinduan dan rasa haru yang menyatu menjadi satu."Ayahanda!" ucap raja Yuda tidak dapat menahan dirinya."Ayahanda!" teriak raja Yuda lagi dan memeluk lelaki tua yang baru datang itu."Jangan tunjukkan rapuhnya dirimu di hadapan punggawa kerajaan, putraku!" kata lelaki itu."Yuda tidak rapuh ayah, Yuda kuat!" kata raja Yuda dan hapus air mata yang menetes dari pelupuk matanya."Kakek!" kata Arya dan menemui lelaki yang baru datang itu.Pangeran Sengkala, pangeran Angga dan putri Utari saling pandang. Bingung kenapa pangeran Candra memanggil lelaki yang baru datang itu dengan pa
"Apa? Aku?" ucap pangeran Sengkala tidak percaya karena Patih Kuroda menyebut dirinya.Raja Yuda berdiri dari tempat dia berdiri. Dan heran dengan perkataan Patih Kuroda, sekalian Raja Yuda melihat kearah putranya keduanya, pangeran Sengkala."Patih Kuroda, aku ingin tahu apa alasanmu mengatakan kalau pangeran Sengkala yang layak jadi pengganti Mahapatih Tengguru, jadi Mahapatih baru kerajaan ini?" tanya raja Yuda ingin tahu alasan Patih kerajaan itu."Aku sudah melihat bagaimana pangeran dalam perang ini, yang mulia raja. Jadi aku sudah tahu kalau pangeran Sengkala yang pantas!" kata Patih Kuroda tanpa mengatakan alasannya."Tapi pangeran Sengkala masih muda, Patih. Dia masih butuh pengalaman!" kata raja Yuda."Kalau kita tidak serahkan pada yang muda, kapan lagi yang mulia? Apa kita akan terus menjadi pilar kerajaan ini? Cepat atau lambat, tampuk kepemimpinan akan jatuh ke tangan mereka!" kata pyoh Kuroda.Raja Yuda angguk-angguk kepala. Dia memahami maksud dari patih Kuroda."Aku m







