"Siapa yang memberimu pekerjaan di sini?", Marco, sepupu Arthur yang memegang posisi eksekutif bergengsi di perusahaan tempat Arthur bekerja, mengejeknya.
"Orang seperti kamu hanya merusak tempat ini. Kenapa kamu nggak pergi dan kembali ke jalanan seperti biasanya?"
Arthur punya masa lalu yang sulit. Ayahnya dicampakkan oleh keluarganya yang kaya setelah menikahi ibunya, seorang rakyat jelata, dan menjalani kehidupan yang miskin sejak kecil.
Ibunya meninggal ketika Arthur masih berusia sepuluh tahun. Ayahnya berusaha untuk membayar tagihan medis yang sangat besar, yang dikeluarkan selama perawatan mendiang ibunya. Teman baik ayahnya akhirnya menawarkan bantuan dengan meminjamkan sejumlah uang, bahkan menawarkan putrinya untuk dijodohkan dengan Arthur.
Walaupun mereka telah berupaya untuk membantu, kehidupan Arthur dan keluarganya tidak juga membaik. Utang Ayahnya yang menumpuk tidak bisa diatasi, dan akhirnya, ketika Arthur berusia 15 tahun, ayahnya meninggal.
Ketika ia berusia 25 tahun, Arthur harus menghadapi kehidupan yang berat di jalanan. Berjuang untuk bertahan hidup, menanggung penghinaan dan malu yang tak bertepi.
Namun, akhirnya ia bisa mendapatkan pekerjaan di sebuah perusahaan bergengsi, meski hanya sebagai petugas kebersihan.
Saat ini, Marco dan empat orang lainnya berdiri di hadapan Arthur dengan tatapan yang jijik.
"Kenapa kamu nggak pergi saja dan bunuh diri, dan menyumbangkan mayatmu untuk menjadi makanan anjing?" kata Marco dengan sikap angkuh. Penampilannya jelas menunjukkan bahwa ia berasal dari keluarga kaya. Meskipun mereka adalah saudara, tetapi kondisi kehidupan mereka sangatlah berbeda.
Arthur menatap Marco. "Aku mendapatkan pekerjaan ini dengan cara yang sah," ujarnya dengan mantap.
Marco lalu mendekatinya dan dengan keras mendorong Arthur ke belakang. "Siapa yang memberimu izin untuk berbicara denganku seperti itu?" tanyanya.
Arthur tidak punya pilihan lain selain tunduk pada perlakuan yang kejam itu. Dengan minimnya kesempatan kerja di negeri ini dan tuntutan untuk mendapatkan pekerjaan, ia terpaksa menurut.
Padahal, Arthur masih memendam kebencian yang mendalam di hatinya terhadap Marco dan keluarganya. Mereka telah meninggalkan Arthur dan membuangnya seperti sampah, bahkan ketika ayahnya meninggal, tidak ada satupun dari mereka yang menghadiri pemakaman.
"Arthur," kata Marco, "seperti yang kamu lihat. Aku adalah salah satu eksekutif tertinggi di sini dan aku memiliki kekuatan untuk melakukan apa saja untukmu, termasuk memecatmu sekarang juga. Jadi, demi kepentingan terbaikmu, jangan menentangku. Tunjukkan padaku bahwa kamu benar-benar ingin bekerja di sini."
Marco kemudian memberi isyarat kepada empat orang lain di ruangan itu, mendorong mereka untuk menahan Arthur dan memaksanya berlutut di lantai. Dua pasang tangan tiba-tiba mencengkeram Arthur saat kakinya ditendang. Dia berusaha melawan, tetapi empat orang itu terlalu kuat baginya. Akhirnya mereka berhasil mengalahkannya dan melemparkannya ke lantai.
"Jilat alas sepatuku!" kata Marco dengan mengarahkan sepatunya ke arah Arthur.
"Tunjukkan bahwa anjing sepertimu benar-benar mematuhi tuannya." Namun, Arthur tetap tidak bergerak dan diam, walaupun sepatu itu mendarat tepat di wajahnya.
Marco menatap Arthur dengan sinis dan mengejeknya, "Dasar tidak berguna!" Dia kemudian maju dan memberikan tendangan kuat ke perut Arthur.
Marco lalu meludah di lantai, tepat di depan Arthur.
"Arthur, jilat ludahku. Aku tahu itu sebuah kehormatan untukmu, bukan? Aku baru saja makan makanan seharga 10.000 USD, jadi masih ada rasa makanan mahal di ludahku."
Empat orang lain yang berdiri di sekitar Arthur tertawa terbahak-bahak melihat dia dipermalukan seperti itu.
"Sampah memang harus diperlakukan seperti sampah," kata Marco.
"Hahaha, Tuan Marco, dia ragu untuk menjilat ludahmu. Apa kita perlu mendorongnya? Hahaha."
Arthur mengepalkan tinjunya, berharap dia bisa membalas perlakuan Marco terhadapnya, tapi tentu saja, dia tidak punya kekuatan untuk melakukannya.
"Lebih baik kamu memukulku daripada menyuruhku melakukan ini, Marco," ujar Arthur dengan nada tegas, diikuti tendangan lain dari Marco dan beberapa orang lain yang mengelilinginya.
Tiba-tiba, pintu ruangan terbuka, dan seorang gadis masuk. Dia adalah Linda, tunangan Arthur sejak orang tuanya masih hidup. Linda adalah gadis yang sangat cantik, memiliki tubuh yang tinggi semampai, dengan rambut pirang terang, payudara penuh, pinggul lebar, dan kulit seputih salju. Kecantikannya tak terbantahkan.
"Linda?" Arthur menoleh ke Linda, tapi gadis itu berjalan ke sisi Marco dan meletakkan tangannya di pinggang pria itu. Kemudian dia mendekatkan wajahnya ke wajah Marco dan menciumnya.
"Apa yang sedang kamu lakukan?" tanya Arthur kebingungan.
Linda tidak pernah menyetujui perjodohan tersebut dan merasa tertekan selama ini. Setelah orang tuanya meninggal, dia akhirnya merasa bebas dari beban perjodohan mereka. Dia bisa menjalin hubungan dengan Marco, seorang pria kaya. Bukan lagi Arthur, yang tidak lebih dari seorang anak jalanan yang miskin.
"Arthur, kamu harus tahu, aku tidak pernah menerima pertunangan kita. Sekarang setelah orang tuaku meninggal, aku memutuskan untuk mengakhirinya," kata Linda, lalu memeluk Marco lagi.
"Hahaha...." Marco tertawa keras. "Bahkan tunanganmu telah meninggalkanmu, Arthur. Kamu nggak layak lagi untuk hidup di dunia ini."
"Linda!" Arthur mengangkat wajahnya. "Apa kamu tidak tahu bahwa Marco adalah seorang playboy? Dia hanya memanfaatkan kekayaannya untuk menarik wanita, lalu meninggalkan mereka."
"Arthur!" Seru Linda, kekesalannya meluap saat dia berbicara. "Meskipun Marco adalah seorang playboy, tapi dia telah menjanjikan kesetiaan kepadaku, dan dia bahkan membelikanku sebuah mobil sport baru seharga seratus ribu dolar! Apa yang bisa kamu tawarkan padaku? Aku yakin sepatu Marco masih lebih berharga daripada nyawamu!"
"Akhirnya, aku yang pertama merasakan pelukan Linda," kata Marco sombong, melingkarkan lengannya di pinggang gadis itu dengan bangga.
“Lihat, Arthur, mantan tunanganmu sangat cantik. Kamu bahkan tidak bisa memegang tangannya atau memenangkan hatinya. Bisakah kamu bayangkan kegembiraan yang aku rasakan saat aku memeluk gadis impianmu?" lanjut Marco dengan nada mengejek.
Arthur mengangkat wajahnya dan melihat ke arah Linda dengan sedikit kekecewaan. "Linda, kita sudah bertunangan. Kamu tidak boleh dengan mudah menghancurkan semua ini hanya karena mereka sudah tiada."
"Arthur, tampaknya kamu bermimpi terlalu tinggi. Seharusnya kamu kembali ke jalanan dan menjadi sampah, karena itulah tempatmu." Linda menjawab dengan kebencian di wajahnya. Namun, dia masih bersikap manis dengan membelai dada Marco.
Marco terkekeh, menepuk bahu Arthur. "Dan aku bisa memastikan bahwa hari ini adalah hari terakhir kamu di sini."
Arthur meninggalkan ruangan Marco dengan perasaan kecewa yang mendalam, dia merasa bahwa seluruh dunia menentangnya. Harapan-harapannya sudah pupus dan dia harus kembali ke kehidupan jalanan, mencari cara untuk memenuhi kebutuhan.
[Ding!]
Tiba-tiba, suara dengungan aneh terdengar di telinganya.
"Apa itu?" Arthur bertanya, bingung.
[Mengikat Sistem VIP...
[10%...
[30%...
[80%...
[100%...
[Pengikatan selesai.]
Kemudian, layar yang hanya bisa dilihat oleh Arthur muncul di depan matanya.
"Apa ini?" Arthur bertanya pada diri sendiri.
Arthur terlihat bingung melihat layar transparan yang muncul di hadapannya. Dia menyentuh layar itu, tetapi tangannya melewatinya.
Benda itu persis seperti yang ada dalam cerita fiksi, "tapi apakah ini nyata? Bagaimana aku bisa mendapatkan sesuatu seperti ini?"
[Nama: Arthur Gardner]
[Tubuh: 20 (Lemah)]
[Pikiran: 35 (Bagus)]
[Poin VIP: 0]
[Keterampilan: Butuh Poin VIP untuk membuka keterampilan baru]
[Komentar Sistem: Tubuh Anda mungkin terlihat bagus, tetapi tidak mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan. Itu sebabnya Anda terlihat lebih tua dari yang seharusnya dan tidak berenergi. Dapatkan makanan yang lezat dan bergizi agar Anda bisa merasa lebih berenergi dan puas serta terlihat lebih menakjubkan.]
[Selamat datang, Arthur Gardner, di Sistem VIP!]
[Misi Anda adalah untuk menjadi orang paling bergengsi, untuk meraih kekayaan dan ketenaran, dan untuk memiliki setiap wanita yang Anda inginkan.]
[Sistem ini akan memberikanmu sumber daya yang diperlukan untuk memulai perjalananmu menuju kehidupan VIP.]
"Apa yang terjadi?" Arthur masih tidak mengerti. Kata-kata tersebut muncul di depannya, dan suara lembut dan menenangkan berbisik di telinganya.
"Tunggu, siapa kamu? Apa yang telah kamu lakukan padaku?" Arthur bertanya dengan sangat bingung.
[Aku adalah Sistem yang terhubung dengan Anda dan mengikuti Anda ke mana pun Anda pergi.]
[Aku tidak akan berpindah ke orang lain sampai Anda meninggal, dan aku akan membantu Anda mendapatkan apa pun yang Anda butuhkan dalam hidup.]
"Sistem apa ini?" Arthur bertanya, bingung dengan arus informasi yang tiba-tiba.
[Sekarang, lihat notifikasi ponsel Anda.]
"Hah?" Arthur merasa bingung lalu membuka notifikasi di ponselnya.
[Bank Central World] Saldo akun Anda yang diakhiri dengan xxx69 adalah USD 10,000,000,000,000.00.
"Apa???" Arthur sangat terkejut ketika menyadari bahwa saldo di rekeningnya telah meroket.
Arthur tidak pernah membayangkan ada sepuluh triliun dolar AS di rekeningnya. Dia kewalahan memikirkan semua hal yang sekarang bisa dia beli dengan uang sebanyak itu.
"Tunggu, apa ini benar? Aku akan melakukan pengecekan ulang laporan keuanganku, pasti tidak ada kesalahan," katanya.
[Ini adalah bonus untuk Anda, Tuan, ini adalah caraku untuk memperkenalkan diri. Aku suka kepribadian Anda, dan aku yakin Anda akan menjadi orang yang besar. Gunakan uang itu sebaik mungkin.]
[Baiklah, Tuan, lakukanlah perbuatan baik, dan Anda akan mendapatkan poin keterampilan. Dengan poin VIP, Anda dapat meningkatkan keterampilan apapun yang Anda inginkan dalam hidup.]
[Selamat sekali lagi! Tuan.]
Keputusasaan terlihat jelas di wajah setiap orang. Semua harapan seolah telah hilang dari mereka. Ketika waktu yang telah ditentukan oleh Mr. Zee segera berakhir, mereka mulai takut akan kemungkinan terburuk."Bos, aku yakin kamu akan datang tepat waktu," gumam Sylvia dengan kekhawatiran, suaranya bergetar saat dia berbicara.Gemuruh suara helikopter terdengar dari suatu tempat di atas. Orang-orang bertukar pandang, tidak ada yang benar-benar percaya dengan apa yang mereka dengar sampai suara helikopter semakin keras."Apa itu? Apakah mereka datang dengan anggota lebih banyak?" seseorang berspekulasi, suaranya dipenuhi kegelisahan.“Apakah itu masih belum cukup? Kita bahkan tidak bisa melakukan apapun sekarang." orang lain menimpali dengan hampa.Semua mata tertuju pada helikopter yang melayang di atas mereka dengan perasaan tidak menyenangkan, bertanya-tanya apa yang akan menjadi nasib mereka selanjutnya.Mr. Zee dipenuhi dengan kegembiraan. Sudut bibirnya melengkung membentuk cibira
Arthur bersiap menghadapi kemungkinan terburuk ketika Sylvia meneleponnya. Pikirannya segera mulai berpacu, merencanakan rencana perlawanan terhadap musuh yang ada di hadapan mereka saat ini. "Celine," Arthur memanggil Celine melalui ponselnya, berkata dengan nada mendesak. "Aku butuh bantuanmu sekarang." "Bos," jawab Celine hati-hati. “Apakah ini berkaitan dengan berita di televisi?”“Ya, Sylvia ada di sana. Dia baru saja menelepon dan mengatakan ada sesuatu yang aneh yang sedang terjadi. Aku ingin mengetahui sejauh mana kemungkinan terburuk yang akan terjadi." Arthur menjelaskan sebelum berhenti untuk mengambil napas dalam-dalam.“Kalau begitu, aku akan mengirimkan beberapa kamera drone ke lokasi itu agar kamu bisa memantau situasi di sana, bos,” kata Celine tanpa ragu.“Baiklah,” jawab Arthur dengan tekad dalam suaranya. Dia tahu bahwa hanya masalah waktu saja sebelum segalanya menjadi lebih buruk, jadi dia harus bertindak secepat mungkin jika ingin menjaga mereka semua tetap ama
Mr. Zee, sosok misterius yang memakai jubah hitam, berdiri tegap di tengah lapangan seolah tak terkalahkan. Kehadirannya menimbulkan suasana yang menakutkan bagi semua orang, dan semua mata tertuju padanya saat pertanyaan berputar di dalam diri setiap orang: "Siapa pria ini?"Tiba-tiba, sebuah helikopter muncul dari langit dan melayang di atas stadion. salah satu penumpangnya berteriak kepada semua yang hadir, “Selamat siang, pemirsa! Bisakah kalian melihat apa yang terjadi di bawah sana? Semua orang berlarian dalam kekacauan, mencoba melarikan diri dari pria misterius itu dan para pengikutnya, tapi semua jalan keluar telah dikunci dengan ketat.”Jelas sekali bahwa dia adalah seorang reporter dari salah satu stasiun televisi yang menyiarkan acara tersebut secara langsung.Reporter tersebut melanjutkan laporannya dengan suasana kegembiraan yang semakin meningkat, “Seperti yang kalian lihat di sini, ada lusinan pria yang mengenakan pakaian serba hitam dan topeng menyeramkan yang terseba
Lima helikopter turun dari langit dan melayang di atas lapangan, membuat semua pemain panik.Walaupun bingung, satu kata bergema di benak mereka semua: "Lari!"Mereka berpencar dan berlari mati-matian dari area lapangan untuk menjauh.Pelatih meneriakkan perintahnya. "Cepat masuk!"Dia mendesak semua anggota tim sepak bola untuk bergerak lebih cepat demi keamanan mereka.Salah satu pemain berhenti, berbalik untuk melihat helikopter yang mengancam yang melayang di atas pertandingan mereka. Dia berjalan mendekati pelatih yang sedang mengeluarkan perintah dan berteriak padanya."Apa yang sedang terjadi?" Teriaknya, berusaha untuk didengar di tengah suara mesin helikopter yang semakin lama semakin keras.Pelatih membalas tatapannya dengan tatapan penuh tekad. Dengan suara yang tenang namun tegas, dia menjawab dengan kuat, "entahlah. Yang jelas aku ingin kamu selamat!"Dia kemudian dengan cepat mengeluarkan peluitnya dan meniupnya beberapa kali, sambil melambaikan tangannya ke depan untuk
Hari ini adalah hari yang dinantikan oleh seluruh warga Southlake City; kota mereka akan menjadi tuan rumah salah satu klub sepak bola paling sukses di negara ini. Tidak ada yang lebih bersemangat daripada Sylvia, yang bergegas ke Golden Chamber Hotel seperti angin puyuh. Dia menyelesaikan persiapannya untuk pertandingan besar dengan semangat membara, mengemas makanan ringan dan mengumpulkan berbagai macam pernak-pernik lainnya."Aku tidak menyangka kamu akan selesai dengan tugasmu dengan begitu cepat," komentar Arthur dari tempat duduknya di sofa. "Kamu berubah dari orang yang tidak tertarik beristirahat menjadi menganggap sepak bola seolah itu adalah hidupmu!" Ucapannya membuat Sylvia sedikit tersipu; dia belum sempat mengungkapkan cintanya pada permainan itu kepadanya sebelumnya."Ya, Bos," jawabnya sambil memutar-mutar sehelai rambut di jarinya. “Ayahku selalu mengajakku menonton sepak bola bersama sejak aku masih kecil, jadi aku tidak mau ketinggalan saat mereka bertanding.”Eksp
Arthur terjebak dalam aktivitas kantor yang menarik. Hiruk pikuk di tempat kerja membuatnya melupakan waktu yang terus berlalu. Dia pun bahkan tidak menyadari bahwa hari telah bergeser ke malam. Sylvia yang telah bekerja keras selama ini membuat Arthur cemas, lalu ia memaksanya untuk berlibur dari stres pekerjaannya.Ia telah duduk di kursi kerjanya sejak pagi, fokus pada layar laptop di hadapannya. Tanpa disadari, ia lupa waktu. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh suara ketukan di pintu, "Ya." jawabnya dengan suara tenang.Edna masuk ke ruangan dengan setelan eksekutif berwarna putih dan rok selutut berwarna krem. Rambut pirangnya yang tebal dikait rapi ke belakang menjadi sanggul. Dengan perlahan, ia berjalan mendekati Arthur dan meletakkan tangannya dengan lembut di atas mejanya."Halo, Bos. Bukankah sekarang sudah masuk waktu istirahat siang?" kata Edna dengan hati-hati. "Aku rasa Anda perlu istirahat sekarang." Dia melanjutkan dengan antusias, "Aku akan meminta koki di kantor untuk meny
Claudina terdiam setelah mendengar tawaran Arthur, agar dia berlatih seni bela diri dan senjata api. Dia menatapnya dengan mata lebar dan tidak berkedip."Arthur," gumamnya pelan, "mengapa kamu mendadak menanyakan hal ini? Apa alasannya?"Arthur menghela napas untuk memulai berbicara Tatapan mata yang tulus saat dia menatap langsung ke mata Claudina dan berbicara dengan sungguh-sungguh."Karena sekarang kamu memiliki kemampuan menghipnotis ini, Claudina. Jika di masa depan kamu harus berpartisipasi dalam pertempuran melawan The Hunters. Jadi, sebelum waktunya tiba, aku harap kamu dapat belajar ketrampilan seni bela diri dan senjata, agar tidak terjadi sesuatu hal buruk kepadamu."Claudina berhenti sejenak sebelum berbicara. Kepalanya tertunduk seolah sedang merenung. Ketika dia akhirnya membuka mulut untuk menjawab, suaranya sedikit bergetar."Arthur, tentu saja, aku sangat tertarik untuk mencobanya," ucapnya ragu-ragu. "Tetapi apakah kamu benar-benar yakin aku bisa melakukannya? Kamu
Sebuah mobil mewah berwarna hitam yang berkilauan meluncur perlahan ke pintu masuk perusahaan Brown. Jendela berkilauan di bawah sinar matahari saat berhenti, dan Arthur melangkah keluar dari pintu samping mobil.Dia mengenakan setelan eksekutif rapi yang melengkapi pesonanya yang memukau. Semua mata tertuju padanya saat dia berjalan menuju pintu masuk dengan langkah kuat dan percaya diri.“Lihat, itulah Bos Gardner. Aku sudah lama tidak melihatnya di kantor. Dia terlihat lebih tampan dari sebelumnya, bukan?" kata seseorang dengan kagum."Aku setuju denganmu. Dia semakin gagah dan menawan dari hari ke hari," tambah yang lainnya dengan kagum.“Hei, bukankah kalian semua punya hal yang lebih baik untuk dikerjakan? Namun Aku akui bahwa Bos Gardner adalah tipe pria idaman bagi setiap wanita. Meskipun usianya masih muda, dia sudah memiliki segalanya— ketampanan, kekayaan, kekuasaan...kemampuannya!" orang ketiga menimpali dengan iri.Ketika Arthur masuk ke kantor, Edna sudah berdiri menyamb
Di sebuah kafe yang terletak di atas rooftoop sebuah gedung, Arthur duduk dan menikmati secangkir cappuccino yang ada di hadapannya. Dia menyesapnya dengan perlahan dan merasakan kelegaan yang memenuhi tenggorokannya saat rasa manis espresso menyelimuti indra perasanya."Ah.. ini enak sekali," gumamnya pelan sambil mendesah puas.Angin bertiup pelan dan menenangkan, membawa dentingan lembut dari cangkir-cangkir yang ada di dalam kafe hingga ke telinganya. Dengan jumlah pengunjung yang terbatas, ia bisa merasakan ketenangan yang melingkupi jiwanya seperti sebuah pelukan.“Sudah lama sekali aku tidak merasakan ketenangan seperti ini,” pikirnya dalam hati dengan kepuasan.Melihat sekelilingnya pada pemandangan malam, lampu-lampu kota berkelap-kelip seperti berlian yang menyebar di atas karpet hitam beludru. Bintang-bintang di langit mengedipkan mata seolah-olah bergabung dalam paduan suara sunyi yang bahkan dalam kekacauan pun, tetap ada harmoni.Tiba-tiba, Arthur dikejutkan oleh sebuah