로그인Kabut hijau Vandora belum menghilang sepenuhnya ketika tim Axel mencapai koordinat cahaya biru di timur laut. Angin di sana berbau Lembab dan daun basah. Akar-akar besar menjalar di udara seperti naga tidur, dan di kejauhan terlihat cahaya biru yang berdenyut tidak beraturan.“Zordon, apa kau masih menangkap sinyalnya?” tanya Axel tanpa melepas pandangannya dari horizon.“Sinyal naik-turun, Kapten. Frekuensinya berubah setiap tiga detik. Tidak stabil,” jawab Zordon dari sistem komunikasi. “Fluktuasi ini bukan gangguan alami. Ada entitas yang mencoba berkomunikasi.”Lilian menatap layar portabel yang digenggamnya. “Polanya tidak sama dengan yang kemarin. Ini… seperti sinyal yang berusaha bertahan hidup.”Ravina menggerakkan tombak petirnya untuk membuka jalan dari semak berduri. “Seperti seseorang yang menjerit dari dalam tanah.”Nevertari menatap langit, wajahnya tegang. “Dan setiap kali sinyal itu muncul, udara jadi lebih berat. Vandora tidak suka sesuatu di bawah permukaannya.”Axel
Sudah dua hari sejak pendaratan mereka di Vandora. Hutan raksasa itu kini seperti labirin hidup yang setiap cabangnya bergerak mengikuti napas planet. Di kejauhan, sinar kehijauan memantul dari permukaan danau, menciptakan pantulan langit yang tak pernah diam.Mereka berkemah di atas dataran akar raksasa yang keras seperti batu. Zordon mengatur sistem pertahanan otomatis dan menanam sensor energi di sekeliling perkemahan. Namun meski aman, suasana tetap berat dan hening. Tidak ada yang benar-benar berbicara.Lilian duduk di depan api biru kecil, memandangi nyala api yang menembus udara lembab. “Cahaya biru itu… aku yakin itu bukan ilusi. Gideon masih ada di luar sana,” katanya pelan.Evelyn menatapnya sekilas dari balik tudung hitamnya. “Atau mungkin hanya perasaan kita saja. Kita semua ingin percaya dia masih ada.”“Tapi sinyal itu berpola. Gideon tidak pernah mengirim pesan tanpa alasan,” Lilian menegaskan, nadanya tenang tapi tegas.Axel duduk tak jauh dari mereka, menatap hening k
Tiga hari setelah meninggalkan orbit Eclipsera, pesawat Aolenric Lerion Prime menembus atmosfer kehijauan planet Vandora. Dari kejauhan, planet itu tampak seperti zamrud raksasa, penuh kabut, akar-akar kolosal, dan lautan pepohonan yang bergerak seolah hidup. Vandora bukan planet biasa; ia dikenal sebagai dunia purba yang menyimpan energi organik tertinggi di galaksi Garion.Namun tanpa Gideon, pendaratan mereka tak berjalan sempurna. Koordinat salah satu zona aman meleset dua puluh derajat ke selatan, membuat pesawat mendarat di tengah rawa energi yang berdenyut seperti makhluk hidup. Lantai kapal bergetar, dan sensor internal memancarkan suara peringatan.“Zordon, stabilkan gravitasi lokal,” seru Axel cepat.“Sistem masih menyesuaikan… analisis medan energi menunjukkan variabel fluktuatif, Kapten,” jawab Zordon dengan suara berat dan kaku. Nada suaranya belum punya kehangatan, belum punya intuisi yang dulu selalu ada pada Gideon.Evelyn berdiri di sisi Axel, rambut hitamnya berayun
Setelah pesawat Aolenric Lerion Prime melesat meninggalkan Eclipsera, suasana di dalam kabin terasa hening. Biasanya riuh oleh candaan Gideon, koordinasi jadwal, dan rutinitas belanja para istri, kini hanya terdengar deru mesin pesawat dan detak jantung yang tak tenang. Kehilangan sahabat digital mereka terasa nyata, seperti ada bagian dari tim yang hilang. Evelyn duduk di sudut kabin, menatap layar SSC yang kosong. Ia menutup wajahnya dengan tangan, berusaha menahan rasa sesak di dada. “Gideon… kenapa kau harus pergi begitu saja?” bisiknya pelan. Lilian, duduk di sebelahnya, menatap jauh ke luar jendela, sinar matahari nebula memantul di rambut abu-abunya. “Kita kehilangan arah tanpa dia,” gumamnya. Nevada menunduk, menahan air mata, mencoba tersenyum meski matanya berkaca-kaca. meskipun ia bergabung belum begitu lama, namun interaksinya dengan Gideon, bisa dikatakan cukup intens, karena Gideon juga membantu di saat-saat tersulitnya. “Seharusnya dia di sini, menenangkan kita… menun
Saat semua istri Axel menampilkan kekuatan asli mereka, seluruh penduduk Eclipsera gemetar hebat.“A... apa ini? Bagaimana bisa begini?” suara Brian bergetar hebat.Sebelum mereka sempat bergerak, Vania sudah duduk di singgasana Raja Arnold dengan kaki bersilang. Tidak seorang pun melihat gerakan Vania sampai ia tiba-tiba sudah duduk di singgasana. Semua orang terkejut dan bergidik ngeri. Jika ia ingin membunuh mereka, bukankah mereka sudah mati sebelum menyadarinya?Saat pertama kali bergabung dalam tim Skays, kekuatan Vania hanya berada di tahap satu. Namun seiring perjalanan waktu dan kebersamaannya dengan Axel, kini ia telah mencapai level enam tahap puncak. Bersama Axel, ia menyerap energi dengan gila-gilaan, dan di saat sendirian, ia berlatih keras meningkatkan kemampuan bertarungnya.Sekarang ia bukan lagi beban tim. Sifat aslinya yang jutek justru membuatnya menjadi sosok yang paling mendominasi, dengan aura penindasan yang kuat.“Bagaimana cara kalian ingin dieksekusi?”Denga
Alun-alun Eclipsera dipenuhi kerumunan. Tiang panji keluarga kerajaan berkibar, dan di tengahnya, para penjaga mengikat para istri Axel ke tiang kayu satu per satu. Lilin-lilin kecil di sekitar alun-alun berkedip seperti denyut nadi yang menunggu hukuman. Brian berdiri di depan podium dengan dada terangkat, wajahnya memancarkan kemenangan yang kotor.“Mereka penyusup, Axel sengaja meninggalkan mereka untuk memata-matai planet kita.” seru Brian dengan suara yang dibumbui arogansi. “Mereka telah mengganggu kedaulatan kita. Demi keselamatan Eclipsera, mereka harus dipenjara. Semoga ini menjadi pelajaran bagi siapa pun yang berani menginjak tanah suci ini.”Rasa panik dan kecemasan bergema. Para penduduk bersorak, didorong oleh ketakutan yang selama ini ditanamkan. Beberapa mengangkat batu, beberapa menuntut hukuman yang lebih berat. Catherine, Olivia, Evelyn, Ravina, Lilian, dan yang lain hanya bisa menahan nafas, menatap Axel yang belum tiba.Tiba-tiba, dari langit, Aolenric Lerion Prim







