Beranda / Fantasi / Sang Penguasa Elemental / Bab 229. Sinyal dari Langit Biru

Share

Bab 229. Sinyal dari Langit Biru

last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-01 12:20:02

Sudah dua hari sejak pendaratan mereka di Vandora. Hutan raksasa itu kini seperti labirin hidup yang setiap cabangnya bergerak mengikuti napas planet. Di kejauhan, sinar kehijauan memantul dari permukaan danau, menciptakan pantulan langit yang tak pernah diam.

Mereka berkemah di atas dataran akar raksasa yang keras seperti batu. Zordon mengatur sistem pertahanan otomatis dan menanam sensor energi di sekeliling perkemahan. Namun meski aman, suasana tetap berat dan hening. Tidak ada yang benar-benar berbicara.

Lilian duduk di depan api biru kecil, memandangi nyala api yang menembus udara lembab. “Cahaya biru itu… aku yakin itu bukan ilusi. Gideon masih ada di luar sana,” katanya pelan.

Evelyn menatapnya sekilas dari balik tudung hitamnya. “Atau mungkin hanya perasaan kita saja. Kita semua ingin percaya dia masih ada.”

“Tapi sinyal itu berpola. Gideon tidak pernah mengirim pesan tanpa alasan,” Lilian menegaskan, nadanya tenang tapi tegas.

Axel duduk tak jauh dari mereka, menatap hening k
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Sang Penguasa Elemental   Bab 232. Awakening Sempurna Laxia

    Fajar di Vandora tidak pernah benar-benar datang seperti di dunia lain. Matahari tidak tampak jelas, hanya sinar lembut kehijauan yang menembus kabut rimba purba. Namun pagi itu berbeda. Cahaya di atas hutan tidak lagi redup, melainkan berdenyut seperti detak jantung. Udara bergetar pelan, dan setiap daun memancarkan cahaya halus yang menyatu ke satu titik... tempat Laxia berdiri. Ia mengenakan jubah hijau yang terbentuk dari serat alami pohon Vandora, melayang ringan mengikuti angin spiritual. Di belakangnya, sebuah simbol berbentuk pohon bercabang delapan berputar perlahan, seolah menjadi bayangan hidup dari jiwanya sendiri. Catherine menatap pemandangan itu dengan kagum. “Rasanya seperti melihat dewi penjaga hutan.” Olivia menambahkan dengan nada lembut, “Energi waktu di sekitarnya bahkan ikut menyesuaikan. Vandora... seolah menunduk padanya.” Axel berdiri paling depan. Matanya tajam, tapi juga dipenuhi rasa bangga yang sulit disembunyikan. “Itu bukan lagi Laxia yang kita kenal

  • Sang Penguasa Elemental   Bab 231. Denyut Jiwa Vandora

    Malam tiba cepat di hutan purba Vandora. Langit hijau pekat kini berubah menjadi kabut gelap berpendar, seolah bintang-bintang pun tertelan oleh napas planet itu sendiri. Di tengah lingkaran akar raksasa, tubuh Laxia masih terbaring dalam kepompong cahaya hijau yang berdetak lembut, seperti jantung kedua bagi dunia ini. Axel berdiri di sisi kepompong, tangan kanannya masih mengepal. Di matanya ada kegelisahan yang tak bisa ia sembunyikan, antara ingin menolong dan takut menghancurkan proses yang bahkan Zordon tak mampu jelaskan. “Zordon, status vital Laxia?” suaranya tenang tapi berat. “Detak energi stabil, Kapten. Namun jiwanya berfluktuasi di antara dua frekuensi... satu berasal dari Laxia, satu lagi dari inti Vandora. Seolah mereka sedang mencoba menyatu.” Lilian menatap kepompong itu dengan mata bergetar. “Jika Vandora benar-benar mencoba menyatu dengannya, maka Laxia bisa menjadi jantung planet ini.” “Dan kalau gagal?” tanya Nevertari lirih. Zordon terdiam sejenak sebelum m

  • Sang Penguasa Elemental   Bab 230. Sinyal yang Kacau, Laxia yang Jatuh Sakit

    Kabut hijau Vandora belum menghilang sepenuhnya ketika tim Axel mencapai koordinat cahaya biru di timur laut. Angin di sana berbau Lembab dan daun basah. Akar-akar besar menjalar di udara seperti naga tidur, dan di kejauhan terlihat cahaya biru yang berdenyut tidak beraturan.“Zordon, apa kau masih menangkap sinyalnya?” tanya Axel tanpa melepas pandangannya dari horizon.“Sinyal naik-turun, Kapten. Frekuensinya berubah setiap tiga detik. Tidak stabil,” jawab Zordon dari sistem komunikasi. “Fluktuasi ini bukan gangguan alami. Ada entitas yang mencoba berkomunikasi.”Lilian menatap layar portabel yang digenggamnya. “Polanya tidak sama dengan yang kemarin. Ini… seperti sinyal yang berusaha bertahan hidup.”Ravina menggerakkan tombak petirnya untuk membuka jalan dari semak berduri. “Seperti seseorang yang menjerit dari dalam tanah.”Nevertari menatap langit, wajahnya tegang. “Dan setiap kali sinyal itu muncul, udara jadi lebih berat. Vandora tidak suka sesuatu di bawah permukaannya.”Axel

  • Sang Penguasa Elemental   Bab 229. Sinyal dari Langit Biru

    Sudah dua hari sejak pendaratan mereka di Vandora. Hutan raksasa itu kini seperti labirin hidup yang setiap cabangnya bergerak mengikuti napas planet. Di kejauhan, sinar kehijauan memantul dari permukaan danau, menciptakan pantulan langit yang tak pernah diam.Mereka berkemah di atas dataran akar raksasa yang keras seperti batu. Zordon mengatur sistem pertahanan otomatis dan menanam sensor energi di sekeliling perkemahan. Namun meski aman, suasana tetap berat dan hening. Tidak ada yang benar-benar berbicara.Lilian duduk di depan api biru kecil, memandangi nyala api yang menembus udara lembab. “Cahaya biru itu… aku yakin itu bukan ilusi. Gideon masih ada di luar sana,” katanya pelan.Evelyn menatapnya sekilas dari balik tudung hitamnya. “Atau mungkin hanya perasaan kita saja. Kita semua ingin percaya dia masih ada.”“Tapi sinyal itu berpola. Gideon tidak pernah mengirim pesan tanpa alasan,” Lilian menegaskan, nadanya tenang tapi tegas.Axel duduk tak jauh dari mereka, menatap hening k

  • Sang Penguasa Elemental   Bab 228. Vandora, Hutan yang Menelan Cahaya

    Tiga hari setelah meninggalkan orbit Eclipsera, pesawat Aolenric Lerion Prime menembus atmosfer kehijauan planet Vandora. Dari kejauhan, planet itu tampak seperti zamrud raksasa, penuh kabut, akar-akar kolosal, dan lautan pepohonan yang bergerak seolah hidup. Vandora bukan planet biasa; ia dikenal sebagai dunia purba yang menyimpan energi organik tertinggi di galaksi Garion.Namun tanpa Gideon, pendaratan mereka tak berjalan sempurna. Koordinat salah satu zona aman meleset dua puluh derajat ke selatan, membuat pesawat mendarat di tengah rawa energi yang berdenyut seperti makhluk hidup. Lantai kapal bergetar, dan sensor internal memancarkan suara peringatan.“Zordon, stabilkan gravitasi lokal,” seru Axel cepat.“Sistem masih menyesuaikan… analisis medan energi menunjukkan variabel fluktuatif, Kapten,” jawab Zordon dengan suara berat dan kaku. Nada suaranya belum punya kehangatan, belum punya intuisi yang dulu selalu ada pada Gideon.Evelyn berdiri di sisi Axel, rambut hitamnya berayun

  • Sang Penguasa Elemental   Bab 227. Kesedihan dan Kekosongan Tanpa Gideon

    Setelah pesawat Aolenric Lerion Prime melesat meninggalkan Eclipsera, suasana di dalam kabin terasa hening. Biasanya riuh oleh candaan Gideon, koordinasi jadwal, dan rutinitas belanja para istri, kini hanya terdengar deru mesin pesawat dan detak jantung yang tak tenang. Kehilangan sahabat digital mereka terasa nyata, seperti ada bagian dari tim yang hilang. Evelyn duduk di sudut kabin, menatap layar SSC yang kosong. Ia menutup wajahnya dengan tangan, berusaha menahan rasa sesak di dada. “Gideon… kenapa kau harus pergi begitu saja?” bisiknya pelan. Lilian, duduk di sebelahnya, menatap jauh ke luar jendela, sinar matahari nebula memantul di rambut abu-abunya. “Kita kehilangan arah tanpa dia,” gumamnya. Nevada menunduk, menahan air mata, mencoba tersenyum meski matanya berkaca-kaca. meskipun ia bergabung belum begitu lama, namun interaksinya dengan Gideon, bisa dikatakan cukup intens, karena Gideon juga membantu di saat-saat tersulitnya. “Seharusnya dia di sini, menenangkan kita… menun

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status