“Tunggu apa lagi, Angel. Cepat kemasi barang-barangmu,” titah Levon sedikit marah, membuat Angelina mengangguk dan bergegas masuk ke dalam kamarnya.
Katerine yang sedari tadi menguping pembicaraan Levon dan Angelina, juga ikut panik dan menghampiri orang nomor satu itu.
“Ada apa, Tuan? Di New York baik-baik saja, 'kan?” tanya Katerine panik.
Levon membisikkan sesuatu pada Keterine “Maaf, Nyonya. Barusan aku hanya akting agar Angelina mau ikut denganku ke mansion lagi.”
Yang tadinya Kaerine panik, kini wajahnya berseri-seri, “Jantung saya hampir lepas. Saya kira ada hal buruk yang terjadi di New York ... Tuan ada-ada saja.”
“Maafkan anak saya Tuan. Tadi malam dia menangis. Dia terpaksa meninggalkan mansion karena .... ” kata Katerine lagi yang tak mampu melanjutkan ucapannya. Ia tampak sedih dan menatap penuh arti pada Levon.
“Angelina gadis yang polos, baik, cerdas
Victor, Balo, dan Dean semakin tak bisa mengelak ketika petugas kepolisian memutar video rekaman kebersamaan mereka dengan Elanga dalam menyusun recana pembunuhan terhadap Tuan Leo.“Apa kalian terkejut video ini dapat darimana? Kalian sudah salah pilih musuh. Orang-orang kpercayaan Tuan Leo ada dimana-mana,” ucap salah satu petugas kepolisian dengan senyuman miring, “Dan sebenarnya kami hanya mengetes kejujuran kalian. Ternyata kalian masih berusaha menyembunyikan kejahatan kalian. Tapi maaf kepandaian kalian tidak berguna untuk mengelabuhi kami.”BRAK!Mendadak Victor menggebrak meja dengan penuh emosi, “Itu tidak benar!, kalian pasti sudah menjebak kami!”“Masih mau mengelak? Apakah mau kami perlihatkan bukti-bukti lainnya?” tanya salah satu petugas lainnya dengan sesantai mungkin.BRAK!Victor kembali menggebrak meja dengan tatapan menyala, “Tuan Leo pasti menyuruh kalian Untuk merenc
Lampu lalu lintas berganti, Levon melajukan mobilnya kembali dengan kecepatan standart. “Siapa dia, Tuan? Kejahatan apa yang dia lakukan?” tanya Angelina penasaran. “Apa kau kenal Brandon? Dia seorang pembunuh bayaran.” “Mengapa Tuan membiarkan penjahat itu berkeliaran di luar?” tanya Angelina heran. “Dia orang yang sangat sombong. Aku ingin memberikan hukuman atas kesombongannya di luar penjara,” jawab Levon tersenyum kecil. “Tapi jika terus dibiarkan berkeliaran di penjara, dia bisa membahayakan nyawa orang lain. Tuan harus segera menangkapnya,” saran Angelina setegah mengingatkan Levon. “Dia sudah diawasi orang-orang kepercayaanku.” “Tapi itu tetap saja bisa membahayakan keselamatan orang lain, Tuan,” sanggah Angelina, membuat Levon semakin mengangumi sosok sang pengacara muda itu. “Dia orang yang sangat ambisius. Dia tidak akan membunuh orang lain sebelum membunuh target orang yang harus dibunuh,” jelas
“Apa Tuan sangat yakin?” tanya Angelina masih ragu.“Em tentu saja aku sangat yakin,” jawab Levon memasang wajah penuh keyakinan, meskipun sebenarnya ia masih perlu mencari tahu penyebab sikap Amelia pada Angelina.“Sungguh?” tanya Angelina sekali lagi, memastikan bahwa ucapan Levon benar.“Bawel, mendingan sekarang kau beristirahat. Sekarang aku mau menemui Elanga dan teman-temannya,” ucap Levon setengah mengalihkan perhatian Angelina agar tidak terus memikirkan masalah ini.“Sekarang? Tuan 'kan juga perlu beristirahat,” ucap Angelina penuh perhatian. Levon berhasil, sekarang gadis cantik itu seperti melupakan begitu saja masalahnya dengan Amelia.“Aku sebenarnya tidak ingin tidur. Apakah ada pekerjaan untukku?” tanya Angelina.“Hem jika itu kemauanmu, kau bisa pergi ke perusahaan. Disana kau bisa berinteraksi dengan banyak orang, dan tentu saja kau bisa bel
Levon terpaksa memberikan tamparan pertama kali dalam seumur hidupnya pada Amelia, “Kau sudah kehilangan akalmu, Amel. Sadar, Amel.”Wajah Amelia memerah. Ia menatap Levon dengan wajah sedih, “Kau menamparku, Leo?”“Aku bisa lebih kasar untuk menyadarkan kesalahanmu,” ucap Levon menatap serius pada Amelia meskipun hatinya saat ini sangat sedih karena terpaksa memberikan tamparan itu. “Lihatlah dirimu! Apa kau Amelia? Aku rasa bukan. Kau bukan Amelia yang aku kenal.”“Aku seperti ini karena dirimu, Leo. Aku Sangat mencintaimu. Dan aku tidak akan membiarkan wanita lain mendapatkanmu,” ucap Amelia yang akhirnya jujur dan mengungkap isi hati yang telah dipendamnya sejak lama. Lalu, di detik berikutnya ia menatap tajam dipenuhi amarah pada Levon, tetapi kemarahannya itu ditujakan pada orang lain. “termasuk Angelina!”“Cinta itu bisa membuat orang jahat menjadi orang baik. Cinta bisa
Levon membopong tubuh Amelia ke dalam mansion. Azmir, Emma, dan Angelina terperanjat melihat keadaan sepupu Tuan Leo itu. Namun, mereka lebih terkejut dengan penampilan Amelia. “Ada apa dengan Amel, Leo?” tanya Emma cemas. “Apa dia baik-baik saja?” “Amel baik-baik saja, Anne. Dia hanya kurang tidur,” jawab Levon sambil tetap melangkah membopong tubuh Amelia ke arah kamar. Azmir, Emma, dan Amelia pun mengikuti dari belakang. Di kamar Amelia, Levon membaringkan sepupunya itu di kamar dan menyelimutinya. “Apa yang sebenarnya terjadi, Leo?” tanya Emma masih penasaran. “tadi dia tampak sehat-sehat saja.” “Dia tidak keracunan 'kan, Tuan?” tanya Angelina panik. “Kita panggil dokter saja,” tambah Azmir. “Tidak perlu, Baba,” respon cepat Levon sambil menoleh ke arah Azmir. “Amelia baik-baik saja. Dia pingsan karena aku memberikan suntikan bius padanya.” “Hah?” “Disuntik bius?” “Apa? Kenapa Ame
Jack dan teman-temannya bergerak cepat menuruti kemauan Levon. Mereka membawa salah satu anak buah Elanga ke ruangan introgasi.“Santai, kau aman disini. Duduklah,” pinta Levon ramah pada pria berumur tiga puluh tahunan itu yang tampak ketakutan saat memasuki ruangan introgasi.Pria itu menurut, ia duduk dengan tubuh bergetar.“Siapa namamu?” tanya Levon meski ia sudah tahu nama pria itu dari informasi yang ada di tablet. Namanya Pluim Plate“Nama saya Pluim, Tuan.”“Nama yang bagus ... tugas apa yang diberikan Elanga untukmu, Pluim?” tanya Levon langsung ke intinya.“Tolong lepaskan saya, Tuan. Saya terpaksa menuruti permintaan Tuan Elanga karena terpaksa. Saya butuh uang untuk biaya hidup anak istri saya, Tuan,” ungkap Pluim dengan wajah sedih setengah takut.“Aku bertanya tugasmu, Pluim. Bukan masalah keluargamu,” kata Levon santai, tetapi sudah membuat Pluim k
Bukan terkejut, Emma justru terkekeh keras mendengar ucapan Amelia. Ia menganggap itu hanya sebuah lelucon agar sepupu Tuan Leo itu tetap tinggal di Amerika.“Kau juga bakat menjadi seorang komedian, Amel. Lucu sekali.”Wajah Amelia terlihat kesal, ia kembali menatap serius pada Emma, “Anne, aku serius. Aku benar-benar ingin menjadi istrinya Leo.”Mendengar itu, Emma semakin terkekeh keras, “Emmm ya, ya, Anne nanti akan bilang pada Leo agar kau tetap tinggal disini.”Di detik berikutnya, Emma berhenti terkekeh. Ia menghela napas dan menatap lembut pada Amelia, “Jika itu keinginanmu, Anne tidak bisa melarang. Tapi Amel harus berjanji pada Anne, Amel harus terbuka dan berbagi cerita pada semua orang yang ada disini. Jika punya Masalah jangan dipendam sendirian.” Emma mengecup kening Amelia sebelum ia pergi dari kamar.Amelia menatap punggung Emma yang keluar dari kamarnya. Ia sangat kesal, kejujur
Levon pergi ke perusahaan dengan masih tetap mengenakan pakaian khas pria bertopeng. Setiba di sana, ia disambut dengan penuh hormat oleh semua karyawan.“Selamat siang, Tuan.”“Siang,” balas Levon dengan senyuman ramah sambil terus berjalan menuju ruangan CEO.Di dalam ruangan CEO, Levon melepas topeng dan mendaratkan tubuhnya di sofa, sedangkan Pulisic berdiri tak jauh dari sana.“Duduklah, Pulisic,” ucap Levon sambil menepuk sofa.“Baik, Tuan.” Pulisic menurut. Ia duduk di samping Levon.“Bagaimana kabarmu, Pulisic?” tanya Levon.“Saya dalam keadaan sehat, Tuan.”“Syukurklah ... ow ya bagaimana kinerja karyawan baru?”“Mereka semangat dan benar-benar profesional dalam bekerja.”“Itu sudah wajar karena masih awal-awal masuk kerja. Terus awasi kinerja mereka secara diam-diam.”“Siap, Tuan