Ryder yang masuk ke dalam kelas petarung, berkat pertandingan resmi saat upacara penyambutan banya siswa yang kagum pada Ryder. Pelajaran bertarung di ajarkan oleh kesatria Damian dari Utara yang mahir dalam berpedang yang merupakan wali kelas petarung.
Saat masuk ke dalam kelas Ryder mengedarkan pandangannya dan melihat Freya duduk di bangku depan. Ryder memilih duduk di bangku belakang sambil membersihkan pedangnya."Wahh... apa kamu Ryder? Aku senang sekali bisa satu kelas denganmu." Sahut perempuan yang duduk di sebelah Ryder.Mendengar nama Ryder, seluruh siswa di kelas menatap ke belakang begitupun dengan Freya. Mengingat perbuatan Ryder saat upacara penyambutan, membuat Freya kesal dan berniat mempermalukan Ryder."Lihatlah Freya dan Ryder dalam satu kelas, mungkin mereka akan bertarung lagi." Seru seorang siswa yang berada di depan Freya."Diamlah!" Tegas Freya.Ryder yang tidak tertarik dengan omong kosong mereka hanya membuang wajahnya dan menatap ke luar jendela. Setelah pelatihan dasar bertarung, Ryder berjalan menuju kantin, Freya mengikutinya dari belakang sambil memesan makanan sesuai pilihan Ryder."Apa kamu inginkan?" Tanya Ryder."Aku hanya ingin makan." Jawab Freya datar.Ryder menatap Freya dingin, lalu berjalan menjauh darinya. Makanan di akademi memang sangatlah nikmat di banding masakan Kakeknya.Tiba-tiba seorang laki-laki bertubuh besar melempar bola air pada Ryder hingga basah kuyup, Freya yang duduk di depan Ryder menatap laki-laki itu tajam."Beraninya dia menganggu lawanku." Gumam Freya.Ryder membalikka badannya dan melempar sebuah garpu ke arah laki-laki itu, hingga pipi laki-laki itu tergores."Edwin, apa yang kamu lakukan?" Bisik seseorang di sebelah laki-laki itu."Aku hanya memberinya ucapan selamat, edward." Sahut Edwin."Cepat minta maaf padanya." Tegas Edward.Edwin hanya bisa patuh pada perintah kakaknya, dan berjalan menuju Ryder. Tatapan Ryder yang begitu tajam dari orang biasa, membuat Freya sadar bahwa Ryder bukanlah pria biasa."Aku minta maaf Ryder." Sesal Edwin."Ya, pergilah." Ketus Ryder melanjutkan makannya.Baju Ryder yang begitu basah membuat Freya kesal, dengan kekuatan anginnya Freya membantu mengeringkan baju Ryder dengan cepat. Ryder memukul meja dengan keras, membuat semua orang menatapnya."Berhentilah menggangguku perempuan si*lan." Hardik Ryder.Freya membulatkan matanya, padagal Freya membantu mengeringkan baju Ryder namun Ryder hanya meneriakinya dengan kasar. Sebenarnya Freya mengikuti Ryder dengan tujuan melihat kelemahan Ryder, tapi melihat Ryder kesusahan tentu akan membuat tujuan Freya terganggu jadi Freya membantu Ryder."Hah? Inikah ucapan terima kasih yang aku dapat?" Celetuk Freya."Cukup." Bentak Ryder."Kamu hanya perempuan si*lan dengan sihir yang lemah." Teriak Ryder."Beraninya-." Teriak Freya namun terhenti."Huh, Kalian hanyalah penyihir sampah." Sela Ryder."Freya, lebih baik kamu berhenti." Sahut perempuan di dekat Freya."Laila, tapi dia sudah menghinaku." Tegas Freya."Cukup, mending kita pergi dari sini ayo." Pinta Laila.Freya melempar minumannya ke arah Ryder dan pergi meninggalkan kantin akademi. Ryder beranjak pergi dari kantin, namun perasaanya begitu kesal melihat Freya dan semua penyihir yang sombong karena kekuatannya."Mereka semua hanyalah sampah." Lirih Ryder.Ryder berlatih di lapangan akademi, bersama siswa petarung lainnya. Mereka berduel satu sama lain, namun tidak mengajak Ryder karena takut dengan kekuatan berpedang Ryder yang kuat. Freya masuk dan menghunuskan pedangnya ke arah Ryder yang sedang duduk di pinggir lapangan."Maju." Sahut Freya."Kamu lagi, apa duniamu terus berputar di sekitarku?" Tanya Ryder."Jangan basa-basi dan bertarunglah denganku." Jawab Freya.Ryder berdiri, menatap Freya dingin lalu pergi meninggalkan Freya sendiri. Ryder tidak ingin berurusan dengan penyihir lagi, dan Freya merupakan orang yang Ryder benci karena kekuatannya begitu besar. Freya menghentakkan kakinya kesal, baru kali ini dia benar-benar diabaikan oleh seseorang membuatnya tidak terima dan berlari mengejar Ryder.Dengan nafas memburu Freya menemukan Ryder sedang membaca buku di bawa pohon, Freya membakar habis buku yang di pegang Ryder agar dia bisa melawan Ryder. Namun, Ryder hanya menatap dingin dan pergi meninggalkan Freya sendiri lagi."Aaaaaa... Menyebalkan sekali dia." Teriak Freya dan berlari mengikuti Ryder.Ryder menyadari Freya tengah bersembunyi di atas pohon untuk menyergapnya, Ryder duduk di di bawah pohon lalu melihat bayangan seseorang di atas pohon yang bersiap menerjang Ryder. Suara dedaunan yang jatuh, membuat Ryder berdiri dengan cepat. Alhasil Freya jatuh ke tanah, lalu kesakitan karena kakinya terkilir. Ryder pergi meninggalkan Freya lagi, memiliih ke perpustakaan untuk meminjam beberapa buku, Freya tidak mungkin bisa berbuat aneh di tempat umum. Fasilitas perpustakaan yang begitu baik membuat Ryder puas, Alat dan buku tentang pedang legendaris membuatnya tertarik mempelajari banyak trik dalam berpedang. Saat Ryder hendak membawa bukunya kembali ke rak, mata Ryder melihat sosok perempuan yang dia kenal. Perempuan yang membuatnya jatuh hati saat pertama kali melihatnya. Dengan cepat Ryder berjalan menuju perempuan itu, namun sebuah pedang tepat berada di depan matanya. Dengan keadaan kacau, Freya menghunuskan pedang pada Ryder agar mau bertarung dengan sekali lagi untuk membuktikan siapa yang terkuat. Ryder mengepalkan tangannya kesal dan meninju perut Freya hingga badan perempuan itu terpental ke arah rak buku dengan keras. Ryder berlari menuju sosok perempuan tadi, tapi perempuan itu sudah tidak ada. Dengan perasaan kesal Ryder meninggalkan perpustakaan, Freya terbaring lemah di lantai."Freya, bertahanlah." Teriak Laila.Entah dari mana perempuan itu datang, tapi Freya merasa sangat bersyukur memiliki sahabat baik seperti Laila."Freya, kamu hanyalah sampah bagi Ryder jadi jangan pernah mengikutinya lagi." Ucap seorang wanita di dekat mereka."Siapa kamu?" Tanya Freya."Kamu akan mengetahuinya segera." Ucap Perempuan itu lalu berjalan meninggalkan perpustakaan.Ryder kembali ke kamarnya, suasana yang begitu sunyi membuatnya teringat sang kakek yang selalu mendampinginya selama ini. Suara ketukan dari luar pintu, membuat Ryder beranjak dari duduknya."Evan, ada apa?" Tanya Ryder."Ryder, kelas besok diliburkan. Jadi aku harap kamu memiliki pedang baru yang layak pakai di tes bertarung besok lusa." Jawab Evan."Baiklah, aku akan pergi ke toko pedang besok." Balas Ryder."Kalau begitu aku permisi, harus ke kamar yang lain. Sampai jumpa." Pamit Evan.Evan merupakan ketua kelas Petarung, setiap informasi terkait kelas maka akan di sampaikan melalui Evan. Meskipun Evan seorang Penyihir tapi Ryder tidak membenci Evan karena pribadi Evan tampak berbeda dari penyihir lainnya.Keesokan pagi, Ryder menghabiskan sarapannya dengan cepat lalu meminta izin pada penjaga untuk keluar akademi membeli pedang. Kota yang begitu damai, tidak seperti daerah selatan yang selalu memandang Ryder dengan tatapan hina. Sesampainya di toko
Ryder berjalan menuju norman dan membantunya berdiri. Norman mengikatkan kain ke kakinya yang berdarah. Berkat Ryder, para perampok itu bisa ditangkap dengan mudah. Norman mendapatkan banyak luka, tetapi Ryder tidak mendapat luka sedikit. Mata norman tertuju pada kedua pedang di tangan Ryder. Pedang yang tampak biasa saja, namun sangat kuat hingga bisa menebas bongkahan batu besar."Kau membeli pedang baru rupanya?" sahut Norman."Benar, aku lebih suka menggunakan dua pedang sekaligus," balas Ryder."Kau memang hebat Ryder." Bangga Norman."Aku hanya murid biasa, kalau begitu aku pergi dulu, sampai jumpa lagi Norman." Pamit Ryder.Norman melambaikan tangannya, seorang pria yang dia tolong dulu telah menjadi orang yang paling berbakat. Melihat Ryder pergi, Freya bergegas berdiri dan mengikutinya.Ryder berjalan begitu cepat, dia sama sekali tidak peduli dengan Freya yang sedang kesakitan. Sesampainya di gerbang akademi, Ryder berhenti dan menatap Freya di
Melihat reaksi Ryder, perempuan itu tersenyum senang karena mendapat respons seperti yang dia inginkan. Sejak Natalia melihat Ryder di perpustakaan akademi, Natalia terus mengikuti kemanapun Ryder pergi."Bagus, Ryder telah masuk ke dalam jebakanku," gumam Natalia.Freya yang mendengar hal itu, dengan cepat menarik lengan Natalia paksa."Apa yang kamu rencanakan?" tanya Freya."Hahaha, santailah sedikit nona penyihir, aku hanya ingin bermain-main denganmu sebentar saja," jawab Natalia.Freya menggeram kesal, lalu meninju perut Natalia keras hingga terjatuh. Badan Natalia serasa remuk dengan pukulan Freya. Tak sepantasnya Natalia menganggap Freya remeh, namun karena melihat kondisi Freya yang sedang menahan sakit Natalia harus melancarkan satu serangan yang bisa menumbangkan Freya.Natalia mengeluarkan seluruh tenaga dalamnya, menarik napas dengan pelan dan melesat dengan cepat ke belakang Freya. Freya yang sangat terkejut tak sempat menghindar, pukulan keras di punggung Freya. Darah s
Ryder melihat sekelilingnya dengan kagum, bangunan besar dengan desain dan interior yang mewah begitu memanjakan mata. Ruangan kepala akademi dijaga begitu ketat, hanya orang-orang yang memiliki akses bisa memasuki area kepala akademi.Pria tua itu mempersilahkan Ryder duduk, selagi menyeduhkan secangkir teh bunga mawar yang begitu pekat. Ryder begitu gugup, entah apa yang telah dilakukannya sehingga kepala akademi ingin berbicara secara tertutup dengan Ryder."Ryder, aku bisa melihat keringatmu mengucur dengan cepat. Jadi santailah, jangan gugup begitu," tutur kapala akademi."Ba-baik pak kepala," sahut Ryder."Perkenalkan saya Jafar, kepala akademi. Sebelumnya saya ingin meminta maaf karena telah membuatmu takut, tapi saya hanya ingin memberitahu bahwa kamu jangan pernah melawan Freya, dia sangat berbeda denganmu jadi saya mohon menjauhlah darinya," ungkap Jafar."Kenapa aku harus melakukan hal itu?" tanya Ryder."Ini semua untuk membalas kebaikanmu, aku sangat berharap padamu Ryder
Damian pergi ke tengah lapangan dan mengajarkan beberapa teknik dasar berpedang seorang ksatria sihir. Sedangkan Zack, membaca buku tentang mantra sihir yang diberikan oleh Jafar kepala akademi. Ryder yang begitu bersemangat tidak sadar jika darah terus menetes di lengannya. Sontak para murid berteriak kaget karena Ryder sama sekali tidak peduli dengan luka di lengannya."Pak guru, Ryder berdarah cukup banyak," pekik Evan.Damian dan Zack dengan cepat berlari ke arah Ryder. Semua murid mundur dan menjauh dari Ryder. Tatapan mereka seperti sedang ketakutan, Damian segera meminta salah satu murid untuk memanggil Alice untuk menyembuh Ryder. Sedangkan, Ryder hanya diam dan menatap Damian dan Zack bergantian."Aku bisa menjaga diriku sendiri," ketus Ryder.Tiba-tiba pandangan Ryder memudar, badanya bergetar hebat membuat Ryder pingsan seketika. Damian menggendong Ryder menuju ruang kesehatan akademi, disana Alice telah menyiapkan beberapa ramuan khusus untuk menangkal ra
Ibu guru Alice begitu lihai dalam memberikan pertolongan pada Daren, tangan ibu guru Alice yang kecil itu bisa menyembuhkan luka memar dengan sihir pemulihannya. Setelah memastikan Daren telah diobati, Ibu guru Alice juga mengecek keadaan tubuh Ryder, lalu keluar dari ruang rawat. Ryder meraih buku yang ada di meja kecil dekat tempat tidurnya, setelah beberapa jam membaca buku sihir kuno, Daren sadar dari tidurnya dan menatap Ryder dengan sinis."Kau, apa yang kau lakukan disini?" tanya Daren."Seharusnya aku yang bertanya, kenapa kau seperti pecundang yang kalah dari medang perang," jawab Ryder."Ini semua karena Freya, dia terlalu sombong dengan kekuatannya," balas Daren kesal."Bukankah kau yang memulai perkelahian?" tanya Ryder."Diamlah, aku sedang kesal!!" bentak Daren."Kenapa kau kesal? Apa karena kau dikalahkan oleh perempuan," ucap Ryder."Tidak, aku hanya ingin menguji kekuatanku, tapi ternyata aku dikalahkan begitu cepat," ungkap Daren."
Seminggu kemudian, kesehatan Ryder telah pulih dan bisa mengikuti kelas lagi bersama murid lain. Kebetulan kelas gabungan untuk latihan menganalisis peta di mulai hari ini, Ryder bersyukur bisa mengikuti kelasnya."Ryder, bisakah kau tidak memasang tampang bodohmu itu," sahut Daren dingin."Diamlah, jangan berkata kasar padaku terus, ayo pergi kesana," ucap Ryder.Daren mendengus kesal, sejak kembali ke asrama, Ryder terus berada disekitar Daren untuk mengajaknya pergi ke kelas bersama, karena lelah berdebat, Daren hanya bisa diam dan mengikuti Ryder. Tak lama kemudian, Natalia ikut bergabung bersama Ryder dan Dare. Dari jauh, Freya menatap mereka dingin bersama Laila yang terus mengkhawatirkan Freya agar tidak kesal.Pak guru Zack, Damian, dan ibu Alice datang ke tengah lapangan, semua murid dengan sigap berbaris dengan rapi. Beberapa penjaga akademi membawa peralatan untuk latihan menganalisis peta. Zack dan Damian memberikan bom asap, peta kecil dan ton
Ryder tiba di kamarnya, sebuah kotak kecil berwarna ungu tergeletak di depan pintu Ryder. Dengan cepat Ryder mengambilnya dan masuk ke kamar, badan Ryder begitu lengket sehingga dia memutuskan mandi terlebih dulu untuk bisa datang ke kantin tepat waktu. Selesai membereskan kamar, Ryder berjalan keluar asrama dan menuju kantin. Dari jauh Daren dan Natalia juga berjalan ke arah yang sama dengan Ryder. Saat masuk ke area kantin, makan malam yang sangat Ryder tunggu-tunggu. Ryder makan bersama Natalia dan Daren."Sejak kapan kalian begitu dekat?" tanya Ryder."Aku tidak dekat dengannya," ketus Daren."Ryder, makanlah yang banyak, tidak usah pikirkan dia," sahut Natalia.Ryder terkekeh kecil dan melanjutkan makannya. Freya dan laila masuk ke dalam area kantin, mereka berdua mengambil makanan dengan cepat. Saat Freya ingin berjalan menuju tempat duduk, kaki Freya di tahan oleh sihir manipulasi milik Natalia hingga makanan Freya tumpah di baju Edward. Ed