Share

Bab 3 || Freya Si Penyihir

Ryder mengerang kesakitan saat membuka matanya, pandangannya melirik kesana kemari, tempat asing yang baru pertama kali dia lihat. Ternyata Ryder telah di buang oleh para penjaga ke daerah tandus pemisah wilayah selatan dan utara. Banyak pedagang yang melewati Ryder dengan kereta kuda mereka, Ryder memeriksa tasnya dan melihat bekalnya sangat cukup untuk beberapa minggu Ryder berkeliling hingga menemukan tempat tinggal. Di tengah teriknya matahari, Ryder memakai mantel dengan tudung yang menutupi kepalanya agar tidak merasa panas. Ryder berjalan begitu lambat karena lukanya, terkadang dia berhenti untuk beristirahat.

Sekarang dia benar-benar sendiri, tak ada yang menemani langkahnya. Sang kakek yang selama ini selalu menuntun Ryder telah tiada membuat hati Ryder hancur. Air matanya luruh membasahi pipinya, selain orang tua dan kakeknya di desa selatan tak ada lagi yang peduli padanya. Hinaan dan cacian oleh warga tak lagi membuatnya marah, senyum kakek yang terbayang kian memudar dengan berjalannya waktu.

"Maafkan aku ayah, ibu. Aku pasti bisa menjadi kuat dan mencari siapa pembunuh kakek" Gumam Ryder.

Setelah seharian berjalan, tubuh Ryder ambruk dan tak sadarkan diri di jalan. Seorang pria seusianya, menghampiri Ryder dan membantunyaberteduh di pohon kecil. Pria itu seorang pengembara dari wilayah Utara. Pria pengembara dari Utara itu pergi dari Utara menuju selatan untuk belajar ilmu sihir secara diam-diam. Pria itu mencoba memercikan air di wajah Ryder, namun Ryder masih tidak sadar. Terpaksa pria itu mengangkut badan Ryder menuju wilayah utara dengan gerobak pedagang yang kosong dan menemaninya hingga keadaan Ryder membaik.

Setelah beberapa jam pingsan, Ryder bangun di tengah kota dan melihat seorang pria tertidur di dekatnya. Ryder mengguncang bahu pria itu, membuatnya terbangun.

"Owh kau sudah bangun? Ini makanlah." Sahut pria itu sambil menyodorkan sepotong roti.

"Apa kamu yang membawaku kemari?" Tanya Ryder.

"Benar, sekarang kita ada di wilayah utara." Jawab pria itu.

"Kamu serius? Wah kotanya sangat ramai." Balas Ryder dengam girang.

"Haha, tenanglah besok kita akan mengelilingi kota bersama, kamu mau?" Tanya Pria itu.

"Iya, tapi nama kamu siapa?" Balas Ryder.

"Kenalkan aku Norman, namamu siapa?" Tanya Norman.

"Ryder, kalau begitu ayo ceri tempat untuk menginap." Balas Ryder sambil berdiri.

Norman mengangguk dan mengikuti Ryder menuju penginapan. Ruangan yang cocok untuk mereka berdua pakai hingga seminggu kedepan.

Keesokan harinya, Ryder dan Norman menyusuri setiap tempat di Wilayah Utara, berkat obat dari Norman, luka di punggung Ryder cepat mengering. Norman mengambil kertas sebuah kertas dari papan informasi desa, bertuliskan pengumuman penerimaan siswa akademi sihir.

"Dengarlah Ryder, di akademi ini orang seperti kita bisa menjadi kesatria meskipun syarat untuk masuk susah." Jelas Norman.

"Benarkah? Apa disana kita mempelajari sihir?" Tanya Ryder.

"Iya, kita akan di latih oleh pengguna sihir dan kesatria dari utara." Jawab Norman.

Ryder mengambil kertas itu, berharap agar bisa membangkitkan kekuatan sihirnya disana. Dengan cepat Ryder menarik lengan Norman menuju tempat pendaftaran siswa. Saat melihat ribuan orang yang mengantri, Ryder begitu bersemangat dan terus menatap lurus kedepan dengan bangga.

"Kamu yakin ingin ikut?" Tanya norman.

"Iya, kita harus ikut dan menjadi kesatria." Jawab Ryder dengan tegas.

Setelah melakukan administrasi pendaftaran Norman dan Ryder mengikuti seleksi masuk akademi sihir. Ryder yang tidak mempunyai kekuatan sihir, menggunakan pedangnya untuk melawan beberapa orang. Para pengamat sangat kagum dengan kelihaian Ryder mengayunkan pedang hingga bisa melawan 3 orang sekaligus dan menang.

"Kamu memiliki bakat yang luar biasa." Seru pria berjenggot tebal.

"Tapi dia tidak memiliki kekuatan sihir." Sela wanita paruh baya itu.

"Tenanglah, kita bisa mengangkatnya sebagai kesatria di pasukan penjaga yang tangguh." Tutur pria tua.

Ryder begitu lama di dalam ruang seleksi, hingga pada akhirnya Ryder dinyatakan lulus dengan gelar siswa unik yang akan tampil di upacara penyambutan siswa di akademi sihir. Norman dan Ryder pun pulang, sayangnya Norman hanya bisa di masukkan ke kantor penjaga bukan ke akademi sihir karena Norman hanya bisa menjadi tanker.

Akademi sihir willow merupakan tempat belajar para penduduk yang memiliki kemampuan melebihi penduduk biasa, dengan 4 kelas diantara Kelas penyembuh, kelas petarung, kelas penyihir dan kelas tank. Ryder masuk dalam kelas petarung, membuatnya begitu bersemangat untuk belajar di akademi.

Upacara penyambutan siswa baru akademi sihir willow di lakukan di lapangan besar akademi. Ryder yang berpartisipasi sebagai petarung kelas A melawan Penyihir kelas A pada pertandingan resmi akademi.

"Freya dan Ryder silahkan maju ke lapangan." Teriak Pemandu acara penyambutan.

"Baik." Balas Freya dan Ryder bersamaan.

Freya seorang putri dari pengusaha kaya dari utara, memiliki kekuatan sihir yang setara dengan para pahlawan legenda berkat latihannya. Ryder menatap Freya dingin, lalu menarik pedangnya. Freya melihat Ryder begitu berani berdiri di depannya, tak pernah ada lawan yang seberani Ryder, bahkan hanya menggunakan pedang.

Ketika dentuman gendang yang keras berbunyi, mereka saling bertarung satu sama lain dengan percaya diri, pergerakan pedang Ryder yang begitu cepat membuat Freya terus menerus menangkis serangan Ryder dengan sihir tanah. Ryder bergerak cepat ke arah Freya, hingga mata mereka bertemu sepersekian detik, Freya terkejut melihat tatapan Ryder yang begitu buas seperti ingin membunuh Freya. Tanpa merapalkan mantra Freya terus menembakkan bola api ke arah Ryder, namun pria itu terus saja membelah bola api itu seperti tidak terjadi apa-apa. Freya mengepalkan tangannya, dia menarik sebuah panah menembakkan busur api dan tanah sekaligus, membuat semua area terbakar mengeliling mereka berdua. Ryder berjalan pelan lalu berlari dengan sekali tebas, panah Freya hancur di tangannya. Freya membatu di tempatnya, panah pemberian almarhum sang ibu telah hancur di depannya membuat Freya marah besar. Freya mengambil panahnya yang hancur, lalu menatap Ryder geram.

"Beraninya kamu!!"Teriak Freya.

Freya berlari dengan cepat menuju Ryder, namun pergerakan Freya mampu di tebak oleh Ryder. Sekali ayunan pedang, bahu Freya tercabik begitu dalam.

"Kamu terlalu percaya diri." Bisik Ryder.

Merasa dipermalukan oleh lawan yang hanya menggunakan sebilah pedang, Freya mengeluarkan seluruh tenaga dalamnya. Energi angin dan api yang panas mengelilingi Freya, tampak dari jauh semua yang berada di lapangan menatap takjub ke arah Freya. Ryder mundur beberapa langkah, melihat kekuatan yang begitu besar membuatnya kaget dan tak bisa berbuat apa-apa, namun Ryder teringat perbuatan zane yang memiliki kekuatan penyihir kuat seperti Freya. Ryder tersenyum tipis, lalu berteriak dengan keras sambil berlari begitu cepat ke arah Freya. Panas api mulai membakar kulit Ryder, namun dia tetap maju dan mengayunkan pedangnya dengan gerakan cepat ke arah Freya. Dua tebasan pedang membuatnya terhuyung, Freya kehabisan tenaga, badannya begitu lemas dan tidak mampu berdiri dengan benar. Seorang pria yang begitu tangguh telah mengalahkan penyihir terkuat di utara. Pandangan Freya memudar dan jatuh ke pelukan Ryder. Ekspresi Ryder hanya datar dan memiliki belas kasih sedikitpun. Pertandingan di tutup dengan meriah, para siswa akademi sihir willow telah resmi menjadi siswa baru.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status