Ryder kembali ke kamarnya, suasana yang begitu sunyi membuatnya teringat sang kakek yang selalu mendampinginya selama ini. Suara ketukan dari luar pintu, membuat Ryder beranjak dari duduknya.
"Evan, ada apa?" Tanya Ryder."Ryder, kelas besok diliburkan. Jadi aku harap kamu memiliki pedang baru yang layak pakai di tes bertarung besok lusa." Jawab Evan."Baiklah, aku akan pergi ke toko pedang besok." Balas Ryder."Kalau begitu aku permisi, harus ke kamar yang lain. Sampai jumpa." Pamit Evan.Evan merupakan ketua kelas Petarung, setiap informasi terkait kelas maka akan di sampaikan melalui Evan. Meskipun Evan seorang Penyihir tapi Ryder tidak membenci Evan karena pribadi Evan tampak berbeda dari penyihir lainnya.Keesokan pagi, Ryder menghabiskan sarapannya dengan cepat lalu meminta izin pada penjaga untuk keluar akademi membeli pedang. Kota yang begitu damai, tidak seperti daerah selatan yang selalu memandang Ryder dengan tatapan hina. Sesampainya di toko pedang, Ryder melihat-lihat beberapa pedang yang begitu bagus."Tuan mencari pedang seperti apa?" Tanya sang pengrajin."Aku ingin pedang yang ringan dan tajam." Jawab Ryder."Wah anda datang di tempat yang tepat, tapi tuan pedang seperti itu selalu berpasangan. Apa tuan bisa menggunakan dua pedang sekaligus?" Tanya pengrajin lagi."Dua pedang sekaligus? Aku belum pernah menggunakan dua pedang di waktu bersamaan. Tapi itu terdengar menarik, bisa aku lihat." Balas Ryder."Ikutlah denganku tuan." Ajak sang pengrajin."Tungguuu!!" Pekik Freya.Freya muncul di balik pintu, Ryder memutar bola matanya malas, sang pengrajin terkejut dan segera menghampiri Freya."Ada apa nona?" Tanya sang pengrajin."Aku juga ingin membeli pedang." Jawab Freya asal."Baik, silahkan ikut dengan kami." Ajak sang pengrajinRyder dan Freya masuk ke dalam ruangan berisi pembakaran untuk memilih bahan pedangnya. Freya begitu tercengang melihat pembuatan pedang yang begitu menakjubkan. Ryder mengambil beberapa bahan lalu memberikannya pada pengrajin, Freya melirik Ryder dan mengambil bahan yang sama dengannya."Baiklah silahkan menunggu di luar, dua jam lagi pedang kalian berdua akan selesai." Ucap sang pengrajinRyder mengangguk dan keluar dari toko pedang untuk membeli beberapa pakaian. Freya mengikuti Ryder diam-diam, namun saat Freya melihat roti kebab pedas kakinya langsung berlari kearah penjual itu dan membeli roti kebab pedas kesukaannya.Ryder melirik ke sekeliling, sepertinya Freya sudah tidak mengikuti Ryder lagi. Dengan cepat Ryder berlari menuju kantor penjaga wilayah untuk bertemu dengan Norman sahabatnya. Norman yang baru saja selesai berlatih, bergegas menuju Ryder di ruang tamu kantor penjaga."Bagaimana kabarmu?" Tanya Norman."Aku baik-baik saja, kamu bagaimana?" Balas Ryder."Seperti yang kamu lihat, aku sedang sehat sekali hahaha." Jawab Norman sambil memakai pakaiannya."Apa yang kamu lakukan di luar akademi?" Tanya Norman."Aku membeli sebuah pedang ganda, karena itu terdengar menarik." Jawab Ryder asal."Wah, kamu memang sangat berbakat Ryder." Ucap Norman bangga.Mereka berdua terus mengobrol hingga lupa akan waktu yang telah berlalu 2 jam, Ryder menceritakan bagaimana akademi sihir pada Norman.Tiba-tiba seorang penjaga masuk ke kantor dan jatuh ke lantai karena kelelahan. Norman berdiri dengan cepat, lalu membantu pria itu."Norman, segera panggil pasukan penjaga ke depan toko buku disana ada perampok, yang bertarung dengan penyihir muda." Pinta penjaga itu."Baiklah aku akan kesana, kamu beristirahatlah, owh iya Ryder aku pergi dulu." Sahut Norman berlari keluar kantor dengan cepat.Ryder keluar dari kantor penjaga, lalu berjalan menuju toko pedang."Tuan Ryder, pedang anda telah selesai. Tapi, nona Freya kemana?"Tanya sang pengrajin."Aku tidak tahu paman." Jawab Ryder."Kalau begitu tolong berikan pedang ini untuknya, tagihanya telah lunas." Pinta sang pengrajin.Ryder tak tega menolak paman tua itu, lalu membawa pedangnya dan pedang Freya untuk kembali.Saat dalam perjalanan menuju akademi, badan Freya terlempar di sebelah Ryder. Darah segar mengalir di pelipis Freya, Norman juga berada disana dengan kondisi tubuh penuh luka. Serangan dari perampok itu ternyata di tujukan untuk melukai Freya. Dengan tatapan malas, Ryder melihat pedang yang baru saja di belinya membuat Ryder bersemangat untuk mencoba menggunakan dua pedang sekaligus."Baiklah, ayo kita coba." Gumam Ryder.Freya bangkit dari reruntuhan kayu, melihat Ryder berdiri menggunakan dua pedang sekaligus."Ambillah pedangmu." Sahut Ryder melemparkan pedang pada Freya.Ryder berlari kearah 5 perampok pria yang mahir berpedang itu dengan cepat, mengayunkan dua pedang sekaligus membuatnya sedikit aneh karena menggunakan dua tangan sekaligus. Sekali tebasan di pundak salah satu perampok itu merusak konsentrasi mereka. Ryder melihat beberapa gerakan yang cepat, Salah satu perampok itu memiliki kekuatan setara dengan kakeknya Alexiuz. Ayunan pedang itu sangat familiar bagi Ryder, sudut bibir Ryder naik, lalu menerjang dua orang di belakang dengan cepat hingga kedua perampok itu pingsan. Ryder menghirup udara dan menyerang satu orang dalam satu tarikan nafas. Tersisa sang ketua perampok yang memiliki kekuatan besar, Ryder maju dengan cepat dan terus menyerang pria itu namun serangan Ryder dengan mudah di tangkis."Ryder, dia menggunakan sihir pada pedangnya." Teriak Freya.Ryder terus menyerang dan menyerang hingga perampok itu tersudut di dinding toko. Ryder menancapkan pedangnya di sisi kiri pria itu, lalu pedang lainnya menghunus ke arah leher pria itu. Teknik berpedang sang kakek membuat Ryder mampu mengalahkan pria itu dengan mudah, Freya mengapalkan tangannya lagi-lagi Ryder lebih unggul darinya. Dengan gerakan cepat Freya menodongkan pedang ke arah jantung Ryder.Norman berlari ke arah mereka dan menghentikan Freya."Aku mohon jangan melukai sahabatku." Pinta Norman.Freya tak tega melihat Norman yang menangis demi Ryder, lalu dengan perasaan kesal dia meninggalkan tempat itu.Dari jauh, sosok bayangan hitam itu muncul dan mengamati Ryder dan Freya."Mereka berdua sangat menarik, tapi Pemuda itu lebih menarik." Gumam sosok hitam itu lalu menghilang.Ryder berjalan menuju norman dan membantunya berdiri. Norman mengikatkan kain ke kakinya yang berdarah. Berkat Ryder, para perampok itu bisa ditangkap dengan mudah. Norman mendapatkan banyak luka, tetapi Ryder tidak mendapat luka sedikit. Mata norman tertuju pada kedua pedang di tangan Ryder. Pedang yang tampak biasa saja, namun sangat kuat hingga bisa menebas bongkahan batu besar."Kau membeli pedang baru rupanya?" sahut Norman."Benar, aku lebih suka menggunakan dua pedang sekaligus," balas Ryder."Kau memang hebat Ryder." Bangga Norman."Aku hanya murid biasa, kalau begitu aku pergi dulu, sampai jumpa lagi Norman." Pamit Ryder.Norman melambaikan tangannya, seorang pria yang dia tolong dulu telah menjadi orang yang paling berbakat. Melihat Ryder pergi, Freya bergegas berdiri dan mengikutinya.Ryder berjalan begitu cepat, dia sama sekali tidak peduli dengan Freya yang sedang kesakitan. Sesampainya di gerbang akademi, Ryder berhenti dan menatap Freya di
Melihat reaksi Ryder, perempuan itu tersenyum senang karena mendapat respons seperti yang dia inginkan. Sejak Natalia melihat Ryder di perpustakaan akademi, Natalia terus mengikuti kemanapun Ryder pergi."Bagus, Ryder telah masuk ke dalam jebakanku," gumam Natalia.Freya yang mendengar hal itu, dengan cepat menarik lengan Natalia paksa."Apa yang kamu rencanakan?" tanya Freya."Hahaha, santailah sedikit nona penyihir, aku hanya ingin bermain-main denganmu sebentar saja," jawab Natalia.Freya menggeram kesal, lalu meninju perut Natalia keras hingga terjatuh. Badan Natalia serasa remuk dengan pukulan Freya. Tak sepantasnya Natalia menganggap Freya remeh, namun karena melihat kondisi Freya yang sedang menahan sakit Natalia harus melancarkan satu serangan yang bisa menumbangkan Freya.Natalia mengeluarkan seluruh tenaga dalamnya, menarik napas dengan pelan dan melesat dengan cepat ke belakang Freya. Freya yang sangat terkejut tak sempat menghindar, pukulan keras di punggung Freya. Darah s
Ryder melihat sekelilingnya dengan kagum, bangunan besar dengan desain dan interior yang mewah begitu memanjakan mata. Ruangan kepala akademi dijaga begitu ketat, hanya orang-orang yang memiliki akses bisa memasuki area kepala akademi.Pria tua itu mempersilahkan Ryder duduk, selagi menyeduhkan secangkir teh bunga mawar yang begitu pekat. Ryder begitu gugup, entah apa yang telah dilakukannya sehingga kepala akademi ingin berbicara secara tertutup dengan Ryder."Ryder, aku bisa melihat keringatmu mengucur dengan cepat. Jadi santailah, jangan gugup begitu," tutur kapala akademi."Ba-baik pak kepala," sahut Ryder."Perkenalkan saya Jafar, kepala akademi. Sebelumnya saya ingin meminta maaf karena telah membuatmu takut, tapi saya hanya ingin memberitahu bahwa kamu jangan pernah melawan Freya, dia sangat berbeda denganmu jadi saya mohon menjauhlah darinya," ungkap Jafar."Kenapa aku harus melakukan hal itu?" tanya Ryder."Ini semua untuk membalas kebaikanmu, aku sangat berharap padamu Ryder
Damian pergi ke tengah lapangan dan mengajarkan beberapa teknik dasar berpedang seorang ksatria sihir. Sedangkan Zack, membaca buku tentang mantra sihir yang diberikan oleh Jafar kepala akademi. Ryder yang begitu bersemangat tidak sadar jika darah terus menetes di lengannya. Sontak para murid berteriak kaget karena Ryder sama sekali tidak peduli dengan luka di lengannya."Pak guru, Ryder berdarah cukup banyak," pekik Evan.Damian dan Zack dengan cepat berlari ke arah Ryder. Semua murid mundur dan menjauh dari Ryder. Tatapan mereka seperti sedang ketakutan, Damian segera meminta salah satu murid untuk memanggil Alice untuk menyembuh Ryder. Sedangkan, Ryder hanya diam dan menatap Damian dan Zack bergantian."Aku bisa menjaga diriku sendiri," ketus Ryder.Tiba-tiba pandangan Ryder memudar, badanya bergetar hebat membuat Ryder pingsan seketika. Damian menggendong Ryder menuju ruang kesehatan akademi, disana Alice telah menyiapkan beberapa ramuan khusus untuk menangkal ra
Ibu guru Alice begitu lihai dalam memberikan pertolongan pada Daren, tangan ibu guru Alice yang kecil itu bisa menyembuhkan luka memar dengan sihir pemulihannya. Setelah memastikan Daren telah diobati, Ibu guru Alice juga mengecek keadaan tubuh Ryder, lalu keluar dari ruang rawat. Ryder meraih buku yang ada di meja kecil dekat tempat tidurnya, setelah beberapa jam membaca buku sihir kuno, Daren sadar dari tidurnya dan menatap Ryder dengan sinis."Kau, apa yang kau lakukan disini?" tanya Daren."Seharusnya aku yang bertanya, kenapa kau seperti pecundang yang kalah dari medang perang," jawab Ryder."Ini semua karena Freya, dia terlalu sombong dengan kekuatannya," balas Daren kesal."Bukankah kau yang memulai perkelahian?" tanya Ryder."Diamlah, aku sedang kesal!!" bentak Daren."Kenapa kau kesal? Apa karena kau dikalahkan oleh perempuan," ucap Ryder."Tidak, aku hanya ingin menguji kekuatanku, tapi ternyata aku dikalahkan begitu cepat," ungkap Daren."
Seminggu kemudian, kesehatan Ryder telah pulih dan bisa mengikuti kelas lagi bersama murid lain. Kebetulan kelas gabungan untuk latihan menganalisis peta di mulai hari ini, Ryder bersyukur bisa mengikuti kelasnya."Ryder, bisakah kau tidak memasang tampang bodohmu itu," sahut Daren dingin."Diamlah, jangan berkata kasar padaku terus, ayo pergi kesana," ucap Ryder.Daren mendengus kesal, sejak kembali ke asrama, Ryder terus berada disekitar Daren untuk mengajaknya pergi ke kelas bersama, karena lelah berdebat, Daren hanya bisa diam dan mengikuti Ryder. Tak lama kemudian, Natalia ikut bergabung bersama Ryder dan Dare. Dari jauh, Freya menatap mereka dingin bersama Laila yang terus mengkhawatirkan Freya agar tidak kesal.Pak guru Zack, Damian, dan ibu Alice datang ke tengah lapangan, semua murid dengan sigap berbaris dengan rapi. Beberapa penjaga akademi membawa peralatan untuk latihan menganalisis peta. Zack dan Damian memberikan bom asap, peta kecil dan ton
Ryder tiba di kamarnya, sebuah kotak kecil berwarna ungu tergeletak di depan pintu Ryder. Dengan cepat Ryder mengambilnya dan masuk ke kamar, badan Ryder begitu lengket sehingga dia memutuskan mandi terlebih dulu untuk bisa datang ke kantin tepat waktu. Selesai membereskan kamar, Ryder berjalan keluar asrama dan menuju kantin. Dari jauh Daren dan Natalia juga berjalan ke arah yang sama dengan Ryder. Saat masuk ke area kantin, makan malam yang sangat Ryder tunggu-tunggu. Ryder makan bersama Natalia dan Daren."Sejak kapan kalian begitu dekat?" tanya Ryder."Aku tidak dekat dengannya," ketus Daren."Ryder, makanlah yang banyak, tidak usah pikirkan dia," sahut Natalia.Ryder terkekeh kecil dan melanjutkan makannya. Freya dan laila masuk ke dalam area kantin, mereka berdua mengambil makanan dengan cepat. Saat Freya ingin berjalan menuju tempat duduk, kaki Freya di tahan oleh sihir manipulasi milik Natalia hingga makanan Freya tumpah di baju Edward. Ed
Sesampainya Ryder di kamar, dengan cepat dia menyambar tasnya lalu mengeluarkan liontin bunga yang mirip dengan bross bunga bukti pembunuhan orang tuanya. Ryder melihat sebuah huruf kecil bertuliskan 'N' di belakang bandul liontinnya, Ryder meraih pena untuk menuliskan petunjuk yang telah didapat."Ada sebuah bross dan juga liontin, mungkinkah ini satu set berlian yang mahal," gumam Ryder.Seketika pikiran tentang inisial itu membuat Ryder teringat dengan Natalia, tapi hal itu tidak mungkin terjadi bagi Ryder karena Natalia adalah orang baik pada Ryder selama ini. Pikirannya semakin kusut dan tidak mampu mengendalikan dirinya akan semua prasangka yang ada dalam benak Ryder, hingga akhirnya Ryder tertidur pulas karena kelelahan.Pagi yang sangat dingin, musim dingin di bulan akhir tahun, membuat tanah kering berubah menjadi butiran salju yang putih. Dari jauh, Ryder berlari mengelilingi lapangan sebanyak 20 kali, di tengah cuaca yang begitu dingin. Daren ya