Kenapa akhir-akhir ini sering sekali hujan." Fang bertanya pada dirinya sendiri meskipun lebih terlihat mengutuk langit. Dua hari telah berlalu semenjak dirinya meninggalkan gubuk tempat singgah sebelumnya. Sehari yang lalu hujan juga turun meskipun hanya gerimis dan tidak lama. Hari ini pun sama, namun lebih deras daripada kemarin.
"Bintang Kecil kau harus bertahan ya, aku yakin kau kuat." Fang tidak menemukan tempat yang cocok untuk beristirahat dan berteduh sepanjang perjalanan membuat Bintang Kecil kedinginan. Fang membantunya dengan mengalirkan tenaga dalam sebab itulah Bintang Kecil masih kuat.
Penantian panjang keduanya membuahkan hasil, Fang melihat sebuah kota dari kejauhan. Bersamaan dengan itu juga hujan mulai mereda dan sepenuhnya berhenti ketika jarak Fang dan kota yang dilihatnya tinggal beberapa ratus meter lagi. Dirinya menebak itu merupakan kota yang dimaksudnya di dalam peta. Ia kemudian meminta Bintang Kecil mempercepat langkahnya.
Meskipun ko
Jangan lupa vote dan rate bintang 5
Fang mendengarkan cerita pak tua Tong Yan dengan seksama tanpa memotongnya sedikitpun hingga dia selesai menjelaskan.Seminggu yang lalu, sekelompok orang bersenjata lengkap menggunakan topeng khas yang sama mendatangi kota Bukit Kecil. Mereka merampas secara paksa harta benda warga tanpa terkecuali kediaman walikotanya.Prajurit-prajurit yang berjaga di lumpuhkan dengan cepat tanpa perlawanan yang berarti. Bukan hanya itu, mereka juga di bunuh dengan kejam lalu di bakar. Bahkan para pendekar yang sedang singgah di kota tersebut, juga tidak terlepas dari cengkeraman kelompok tersebut.Pak tua Tong Yan juga mengatakan bahwa mereka akan kembali lagi dalam kurun waktu seminggu ke depan untuk mengambil harta yang diinginkan. Mereka juga membawa beberapa gadis untuk menjadi sandera agar warga kota Bukit Kecil mewujudkan yang mereka inginkan."Salah satu dari gadis itu adalah putriku. Dia satu-satunya harta yang ku miliki sekarang." Pak tua Tong Yan tidak bisa
Setelah selesai menemui walikota Jia, Fang diajak pak tua Tong untuk tinggal di kediamannya. Ia pun menerima tawaran tersebut.Fang menghabiskan waktunya dengan melatih ilmu pernapasannya untuk meningkatkan kekuatannya. Dirinya menyadari, semakin tinggi tingkat kependekaran semakin banyak pula tenaga dalam yang dibutuhkan untuk naik ke tahap selanjutnya. Sudah lima hari penuh Fang mengurung dirinya di kamar, sebelumnya ia meminta pak tua Tong untuk tidak mengganggunya kecuali ada hal yang mendesak. Fang beralasan untuk menyiapkan beberapa hal untuk menghadapi kelompok Gagak Pembunuh.Suatu pagi ketika Fang sedang memejamkan matanya dan melatih pernapasan, pintu kamarnya diketuk dan suara pak tua Tong terdengar di balik pintu tersebut."Pendekar Fang... Pendekar Fang..." Suara pak tua Tong tampak memburu.Fang menyelesaikan latihannya lalu membuka pintu kamar, mendapati pak tua Tong sedang panik."Pelan-pelan, Kek. Apa yang sebenarnya terjadi?" Fang
Tiga hari sudah berlalu, Fang menunggu kedatangan pemimpin Zhou sembari mengamati pergerakan kelompok Gagak Pembunuh. Kelompok ini sering menghabiskan waktu mereka dengan mabuk-mabukan terutama di malam hari. Namun, yang menarik perhatian Fang, tidak ada satupun yang mencoba menyentuh gadis-gadis yang mereka tangkap padahal tingkat kekuatan mereka cukup tinggi.Dari pengamatannya, Fang menemukan pendekar yang paling lemah berada di tingkat kekuatan Pendekar Emas sementara mayoritas di tingkat Pendekar Ahli. Hal ini menunjukkan setidaknya pemimpin Zhou yang dimaksud memiliki kemampuan yang tinggi, mungkin di tingkat Pendekar Kaisar atau bahkan lebih. Berbekal pemikiran itu, Fang menganggap bahwa pertarungan yang akan dilakukannya tidaklah mudah dan belum tentu dirinya bisa menang."Tidak heran mereka menjadi kelompok penjahat nomor satu di Kekaisaran Yang." Fang bergumam pada dirinya sendiri. Ia terus mengamati kelompok Gagak Pembunuh hingga pada akhirnya menemukan hasi
Pukulan pemimpin Zhou dan tapak Fang bertemu menghasilkan suara yang keras memenuhi malam. Ledakan juga tercipta di sekitar mereka, keduanya mengalirkan tenaga dalam yang cukup besar dalam pertukaran jurus itu. Tidak ada yang terluka, namun pemimpin Zhou mundur beberapa langkah sementara Fang masih berdiri kokoh di tempat ia berpijak seperti sediakala."Kau," pemimpin Zhou menunjuk Fang dengan tatapan tidak percaya, "Bagaimana kau bisa memiliki kekuatan mengerikan seperti ini?" Dia tidak bisa menahan dirinya untuk bertanya.Fang menggelengkan kepalanya, tidak berniat menjawab pertanyaan itu. Ia mengalihkan perhatian pemimpin Zhou dengan menyerangnya, "Seharusnya kau memperhatikan musuhmu dan tidak membahas yang lain." Suara Fang pelan namun terdengar jelas di telinga pemimpin Zhou.Untungnya pria bertopeng itu mampu menahan serangan Fang, namun membuatnya harus melompat dari pohon dan kembali ke dekat anak buahnya.Fang ikut melompat dan membuat jarak beb
Chu Di dan pendekar lainnya maju menyerang Fang terlebih dahulu. Mereka melakukan itu untuk menyibukkannya dan berharap bisa membuat celah, lalu pemimpin Zhou bisa menyerangnya. Melihat dari strategi yang mereka tampilkan, Fang menebak kelompok Gagak Pembunuh sering melakukan hal ini. Akan tetapi, tentunya Fang adalah orang yang berbeda, ia mampu menganalisa pergerakan lawannya dalam sekali lihat dan mengetahui apa yang harus dilakukannya.Sesuai dugaan Fang, pemimpin Zhou menyerang dirinya saat ia memperlihatkan celah. Pria bertopeng itu tidak menyadarinya, celah itu memang sengaja Fang buat untuk menarik perhatiannya.Ketika pemimpin Zhou ingin menyerangnya dengan memanfaatkan celah, Fang berbalik arah dan mendaratkan satu pukulan ke dada pria bertopeng tersebut."Argh," pemimpin Zhou menjerit pelan, dia buru-buru mengalirkan tenaga dalam untuk mengurangi rasa sakit yang ditimbulkan."Ketua," jerit anggota kelompok Gagak Pembunuh bersamaan. Mereka menat
Fang menghindari serangan-serangan pedang pemimpin Zhou, meskipun dari kekuatan serta tenaga dalamnya lebih besar daripada pria bertopeng tersebut, namun tetap saja bukanlah hal yang bijak untuk menyambut serangannya dengan tangan kosong."Permainan pedangmu cukup baik, tetapi masih banyak celah. " Di sela-sela pertarungan mereka, Fang mengomentari pemimpin Zhou yang membuat pria paruh baya itu mendengus kesal dibalik topengnya."Omong kosong!" Pemimpin Zhou tidak terima dengan pendapat Fang. Dia merupakan pendekar yang telah lama malang melintang di dunia persilatan, sudah banyak pendekar-pendekar yang tewas di pedangnya, jadi dia tidak merasa permainan pedangnya banyak menunjukkan celah."Akan ku buat kau menarik kata-katamu." Pria bertopeng tersebut menambahkan.Serangannya berubah semakin cepat, Fang harus menggunakan tenaga dalam yang besar untuk melapisi tubuhnya agar jika terkena sabetan tidak mengalami luka parah. Namun, sebisa mungkin ia menghind
Setelah membebaskan para gadis yang menjadi tahanan, Fang melanjutkan aksinya dengan mendatangi satu persatu tenda kelompok Gagak Pembunuh yang ada di tempat itu untuk mencari harta yang mereka tinggalkan. Fang begitu terkejut sekaligus terpukau setelah melihat gunungan harta berupa perhiasan maupun uang yang tersimpan di satu tenda."Tidak heran kelompok Gagak Pembunuh bisa menjadi kumpulan penjahat nomor satu di Kekaisaran Yang. Mereka bisa mengumpulkan harta sebanyak ini? Sudah berapa banyak orang-orang yang mereka rampok?" Fang bergumam dalam hatinya, masih memandangi gunungan harta yang ada di hadapannya."Aku tidak akan bisa membawanya sendiri, namun meninggalkannya di tempat ini bukanlah hal yang bijak." Pemuda itu mengusap dagunya, berpikir keras bagaimana cara membawa harta-harta tersebut.Fang kemudian teringat pada penjelasan kakeknya ketika ia masih di Hutan Kematian. Sang kakek mengatakan, dari cerita mendiang ibunya Fang, Liontin yang tersemat di leherny
Matahari tepat berada di atas kepala, panas dan teriknya membakar hingga ke kulit ketika Fang tiba tidak jauh dari sebuah gerbang kota. Di atasnya tertulis dengan rapi beberapa kata yang sangat besar, IBUKOTA KEKAISARAN YANG, KOTA AWAN PUTIH. Suasana begitu ramai, banyak antrian di sepanjang jalan keluar-masuk kota. Fang turun dari Bintang Kecil dan berdiri di antrian paling belakang, menunggu giliran masuk. Ia kemudian mendekati warga yang ada di depannya dan menanyakan sesuatu. "Maaf paman, apakah setiap harinya memang ramai seperti ini?" Fang cukup terpukau, ini kali pertamanya melihat antrian panjang. "Sebagai ibukota dari Kekaisaran Yang, kota Awan Putih memang sering ramai pengunjung. Namun, biasanya tidak sepanjang dan sepadat ini. Hari ini memang tidak biasa, ku dengar putra dari Kaisar Li sedang di perja