Tidak ada hambatan berarti bagi Fang diperjalanan. Ia membawa Lan Xuefeng kembali ke kota Jambu Batu tanpa kesulitan. Saat itu tengah malam, Fang memang menunggu hari mulai gelap untuk memasuki kota tersebut agar tidak terlalu menarik perhatian. Ia melompat dari satu atap ke atap lainnya dan mendarat di depan pintu restoran bubur yang ia datangi beberapa watu lalu.
Fang mengetuk pintu restoran tersebut, selang beberapa menit nyonya Lin membuka dan terkejut melihat kedatangan Fang lagi. Yang membuatnya lebih terkejut karena melihat Lan Xuefeng dalam keadaan tidak sadarkan diri.
"Apa yang terjadi padanya tuan pendekar?" Tanya Nyonya Lin khawatir.
"Aku bisa menceritakannya nanti, apakah nyonya Lin bisa memberikan kami sebuah kamar?"
Nyonya Lin mengangguk, ia mempersilahkan Fang masuk membawa Lan Xuefeng. Meskipun baru mengenal sang pemuda beberapa hari yang lalu namun nyonya Lin tidak segan untuk membantunya sebab ia tahu Fang adalah orang yang baik. Ia memb
Fang diminta menunggu sementara pelayan itu mencari informasi yang diperlukan sang pemuda di lemari khusus yang terjejer rapi di belakangnya. Sepuluh menit berlalu, sang pelayan memanggil Fang kembali sebab ia telah mendapatkan apa yang diminta."Menurut informasi yang terdapat dalam buku ini, tabib terbaik di Kekaisaran Yang bernama Yao Jiuzhu atau Tabib Tangan Dewa." Pelayan itu mulai menjelaskan.Yao Jiuzhu atau lebih dikenal luas di dunia persilatan sebagai Tabib Tangan Dewa merupakan pendekar sepuh yang sudah hidup lebih dari seratus tahun. Tidak ada yang mengetahui dengan pasti dimana letak kediamannya sebab pendekar senior itu sering berpindah tempat dari waktu ke waktu."Terakhir kabar yang terdengar, senior Yao ini tinggal di daerah selatan Kekaisaran Yang, Kota Merak Putih." pelayan itu kembali menjelaskan, "Tabib Tangan Dewa memiliki predikat tabib terbaik di Kekaisaran Yang sebab setiap pasien yang menggunakan jasanya selalu tertolong." lanjutnya.
Fang meminta bintang kecil memperlambat langkahnya setelah melihat pintu gerbang sebuah kota dari kejauhan. Ia ingin membeli beberapa barang di kota itu sebelum melanjutkan perjalanan.Seperti di kota Jambu Batu sebelumnya, Fang dihentikan dua orang penjaga. Setelah menunjukkan kartu identitas dan memberikan tip, Fang bisa masuk dengan mudah. Kota tersebut bernama kota Seribu Bunga. Diberikan nama tersebut karena dari awal memasuki kota hingga akhir, pengunjung akan menemukan berbagai macam jenis bunga baik dari yang mudah ditemui ataupun langka.Fang memilih untuk berjalan setelah memasuki pasar kota, ia ingin menikmati pemandangan yang ada di sekelilingnya.. Dari pengamatannya, kota ini lebih kecil daripada kota Jambu Batu, setidaknya hanya berukuran setengah kota tersebut.Fang memandangi bangunan yang berjejer rapi di tempat itu, beberapa saat kemudian pandangannya tertuju kepada sebuah bangunan."Ternyata Paviliun Teratai Ungu juga melebarkan sayap m
Walikota Zhou memukul meja dihadapannya setelah membaca isi gulungan kertas yang dibawa asisten pribadinya, Ze Ryu. Pria paruh baya itu sangat murka sebab kertas tersebut berisi pemberitahuan dari sosok misterius yang menggemparkan kota Mawar Hitam beberapa hari terakhir akan membunuh beberapa bangsawan malam ini."Tuan besar, apa yang akan kita lakukan. Bagaimana jika kita meminta bantuan Paviliun Teratai Ungu?" Ze Ryu memberi saran."Sebenarnya aku terlalu malu untuk meminta bantuan dari mereka. Kita berasal dari dunia persilatan sama seperti mereka, tetapi tidak mampu menangkap sosok misterius itu." Sederhananya, walikota Zhou tidak ingin melibatkan Paviliun Teratai Ungu."Tapi tuan besar, jika terus seperti ini. Maka tidak akan ada lagi kedamaian di kota Mawar Hitam." Ze Ryu membujuk walikota Zhou."Menurutmu jika kita meminta bantuan Paviliun Teratai Ungu, apakah mereka juga bisa menyelesaikan masalah ini?" Pertanyaan itu membuat Ze Ryu terdiam tidak
Fang menyantap makanan yang dihidangkan pemilik penginapan sementara wanita paruh baya itu langsung meninggalkannya dan mendatangi pemuda yang baru saja tiba."Ah pendekar Huoyan, sudah beberapa hari aku tidak melihatmu, kemana saja kau?" Dari pertanyaan yang dilontarkan pemilik penginapan, pemuda itu bukanlah orang yang baru mendatangi tempat ini. Keduanya juga terlihat akrab."Beberapa hari terakhir ini aku banyak kesibukan, bibi Luo." Pemuda yang dipanggil Pendekar Huoyan itu menjawab."Hidangkan aku makanan seperti yang ada di meja pemuda itu!" Huoyan menunjuk meja Fang."Baiklah, tunggu sebentar." Bibi Luo meninggalkan Huoyan dan pergi ke dapur."Kenapa kau terus memperhatikanku dari waktu ke waktu? Apakah ada yang salah denganku?" Huoyan berkata pelan namun bisa didengar dengan jelas oleh Fang. Fang juga menyadari pemuda tersebut sedang berbicara padanya."Ah itu, maafkan aku senior. Aku hanya penasaran, maaf jika itu menyinggung mu."
Satu jam telah berlalu, terlihat di kejauhan tiga buah kuda yang lengkap dengan penunggangnya mendekati tempat jenazah bangsawan yang menjadi korban pembunuhan. Di belakang mereka terdapat pasukan kecil yang berjalan terdiri dari enam orang memakai pakaian prajurit lengkap."Walikota Zhou datang!" Teriak seorang warga, mereka lalu membuka jalan untuk pasukan tersebut.Dari cerita warga, Fang mengenali walikota Zhou adalah pria paruh baya dengan tubuh kekar yang menunggangi kuda perkasa berwarna kehitaman itu. Sementara dua orang yang terlihat masih muda di sebelah kanan dan kirinya merupakan pengawal pribadi sekaligus orang kepercayaannya.Fang meneliti lebih jauh walikota Zhou dan dua pengawal pribadinya itu, ia mendapati ketiganya seorang pendekar. Fang memeriksa prajurit yang ada di belakang mereka, pemuda itu mendapati mereka juga berasal dari dunia persilatan.Walikota Zhou turun dari kudanya bersama Ze Ryu di sebelah kanannya dan Yan Hui di sebelah
Fang mendapatkan kesimpulan dari hasil analisanya, ia memutuskan akan menunggu selama beberapa hari di kota itu untuk menangkap Pembunuh Mawar Darah. Dari perkiraannya, sosok misterius itu akan kembali membunuh tiga hari kemudian.Selama dua hari Fang menghabiskan waktunya untuk berlatih pernapasan. Pada hari ketiga, ia memutuskan mengunjungi Rumah Anggrek Ungu membeli beberapa barang untuk mendukung aksinya malam nanti. Karena menurut perhitungan Fang, Pembunuh Mawar Darah akan melakukan aksinya tengah malam ini.Malam pun telah tiba, saat Fang sedang menyantap makanan yang di pesannya, ia mendapati seseorang yang familiar mendatangi tempat itu."Pendekar Huoyan?!" Fang sedikit terkejut, setelah kepergiannya beberapa hari yang lalu, Huoyan tidak terlihat lagi setelahnya, namun pemuda itu kini muncul kembali.Sebuah pemikiran muncul di benak Fang, namun ia langsung menggelengkan kepala dan menepisnya.Seperti biasa, Huoyan memesan beberapa menu unt
Satu lawan dua terus berlangsung di kegelapan malam yang sepi, mereka berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya agar tidak berisik dan membangunkan para warga yang sedang tidur. Meskipun Pembunuh Mawar Darah dalam jumlah tidak diuntungkan, namun sampai saat ini ia masih bisa menahan kedua lawannya bahkan belum ada tanda-tanda sosok misterius di balik topeng itu akan kalah atau menyerah. Sebaliknya, Ze Ryu dan Hui Yan sudah sedikit kewalahan. Meskipun mereka berdua namun pada dasarnya kekuatan mereka di bawah Pembunuh Mawar Darah. Napas keduanya semakin tidak stabil dari waktu ke waktu, tenaga dalam mereka harus terkuras dengan cepat untuk menghadapi gerakan dari Pembunuh Mawar Darah. Tetapi keduanya tidak ingin menyerah begitu saja, dengan cara apapun mereka harus menangkap Pembunuh Mawar Darah. Fang memperhatikan pertarungan mereka dari jarak jauh, ia terpana melihat kemampuan yang ditunjukkan Pembunuh Mawar Darah mampu menghadapi dua orang pengawal pribadi walik
Semakin lama bertarung Pembunuh Mawar Darah semakin tidak diuntungkan dan mulai terpojok, luka dan darah juga sudah memenuhi sekujur tubuhnya. Bahkan ada satu pukulan telak yang mendarat di dadanya membuat beberapa tulangnya patah.Pembunuh Mawar Darah bangkit namun tidak mencoba menyerang balik ke arah Fang. Sosok misterius itu mengeluarkan dua benda berbentuk bulat kecil dan melemparkannya diantara dirinya dan Fang. Seketika membuat ledakan yang cukup besar dan mengeluarkan asap yang tebal. Fang menutup mulut dan hidungnya sebab itu adalah gas beracun. Ia memahami Pembunuh Mawar Darah ingin kabur dari tempat itu.Fang yang sudah mengetahui maksud Pembunuh Mawar Darah tidak membiarkannya pergi begitu saja. Pemuda itu menembus kepulan asap tersebut dan mencari Pembunuh Mawar Darah namun tidak ada lagi di tempat sebelumnya. Fang memejamkan matanya untuk mendeteksi keberadaan Pembunuh Mawar Darah dan ia menemukannya. Pemuda itu langsung mengejar Pembunuh Mawar Darah dan