Share

Mahar 100 Ribu

Author: BliDek
last update Last Updated: 2023-05-11 17:34:42

"Apa? Ni — nikah?" Hamish mengulangi ucapan ketua RT yang disambut anggukan kepala oleh pimpinan warga itu.

Ia menoleh melihat Dilara yang masih menunduk kemudian tertawa kaku. Berkali-kali menggeleng untuk menyadarkannya dari mimpi buruk ini.

Menikah?

Ia belum siap untuk berkomitmen, belum mau terikat dengan siapapun!

"Pak RT serius?" tanya Hamish masih tidak percaya walau ia tidak yakin pria itu sedang bercanda.

Tubuh Hamish mendadak lemas melihat anggukan Pak RT dan ustadz Imam. Pun begitu dengan Dilara yang nyaris melorot dari tempat duduknya.

Hamish memijat pelipis, memikirkan jalan lain yang lebih baik dari menikah. Ia bisa pergi dari sini, kan?

Namun, Hamish lantas menggeleng. Tidak, ia harus mengesampingkan pilihan itu. Ia harus tetap disini, menyembunyikan identitasnya sampai musuh keluarga Akbar terungkap.

Hamish menoleh mendengar isakan samar Dilara. Tangannya sibuk mengusap air mata yang sejak tadi tidak berhenti mengalir membasahi pipinya.

Entah kenapa ia merasa kasihan melihat Dilara yang tidak berdaya. Ia tidak bisa membela diri apalagi warga terlanjur berpikir buruk tentangnya.

"Bagaimana mas Hamish, apa pilihan mas Hamish?" Suara Pak RT membuyarkan lamunan Hamish.

Pria itu menarik nafas panjang, meyakinkan dirinya atas pilihan yang ia buat.

Dengan satu hembusan nafas panjang Hamish mengatakan, "Baik, Pak, saya akan menikahi Dilara. Tetapi aku ingin semua dilakukan dengan layak."

"Alhamdulillah!" Ustad Imam Pak RT dan juga perwakilan warga bernapas sambil mengucap syukur keputusan Hamish.

"Maaf, maksudnya layak gimana, ya Mas?" tanya Pak RT kemudian.

Hamish kembali melirik Dilara lalu berkata, "Aku mau bukan hanya ada akad nikah, tapi juga resepsi. Terserah Dilara mau seperti apa. Begitu juga dengan seserahan dan lain-lain. Aku mau ini jadi pernikahan orang lain, bukan karena salah paham."

Hamish sendiri bingung kenapa ia seperti ini, tetapi ia pantang menarik kata-katanya. Jadi Hamish tidak meralat apapun.

"Kamu mau bayar pake apa, hah? Emang kamu pikir bikin acara dan beli seserahan gak pake duit? Hah!" seru ibu Ida.

"Apa pak ustad dan Pak RT gak kasihan kalau Lara menikah sama dia? Asal usulnya gak jelas, melarat lagi. Anak saya mau dikasih makan apa, Pak?! Kenapa gak diusir aja, sih dia?!" Mata ibu Ida mendelik nyaris keluar dari tempatnya. Urat di leher tercetak saat ia berbicara dengan nada tinggi, tidak setuju dengan pernikahan ini.

Pak RT dan ustad Imam saling panjang. Ustadz Imam lalu menjelaskan jika Allah sudah menjanjikan rezeki bagi mereka yang memutuskan untuk menikah yang terpenting Dilara dan Hamish tidak berhenti berusaha dan berdoa.

Ibu Ida mencebikkan bibirnya, ia memilih bangkit dan masuk ke dalam kamar tidak ingin mendengarkan ceramah ustadz Imam dan terlibat dengan pernikahan Dilara.

Ustadz Imam melanjutkan pembicaraan tentang pernikahan Hamish dengan Dilara. Ustadz meminta mereka melakukan pernikahan secara agama terlebih dahulu setelah itu baru mempersiapkan pernikahan seperti yang Dilara inginkan.

"Mbak Dilara punya paman dari ayah yang bisa dijadikan wali?" tanya ustadz Imam yang sejak tadi terlihat sangat tenang termasuk saat menghadapi ibu Ida tadi.

Gadis itu menggeleng. Ia duduk di ujung sofa, seperti takut berdekatan dengan Hamish. Gadis itu belum mengeluarkan sepatah kata pun kecuali saat tadi menjelaskan apa yang terjadi.

Tidak ada lagi alasan untuk menunda pernikahan sirih Hamish dengan Dilara. Sore nanti akad akan dilangsungkan di panti asuhan dengan mas kawin uang senilai 100 ribu.

"Alhamdulillah!" seru ustadz Imam lagi setelah semua direncanakan. Pak RT sudah meninggalkan panti asuhan untuk mengurus persiapan pernikahan dua orang yang tidak saling cinta ini.

"Setelah ini, mudah-mudahan mbak Lara bisa keluar dari pekerjaan yang sekarang. Walaupun halal tetapi kerjaan mbak Lara sekarang mendekati maksiat. Takutnya mbak Lara kepleset terus khilaf." Ustadz Imam memberikan nasihat dengan suara sangat lembut.

"Setelah menikah nanti, saya titipkan mbak Lara ke njenengan, nggeh mas Hamish? Tolong di bimbing, disayang dan dinafkahi dengan yang halal. Percaya saja, Allah pasti melebarkan rezeki untuk kalian dan panti ini. Tinggal bagaimana kalian berikhtiar." Ustadz Imam beralih kepada Hamish.

Perbincangan mereka terhenti ketika ibu-ibu pengajian datang untuk membantu Dilara mempersiapkan diri.

Dilara dibawa masuk ke kamarnya, sedang Hamish berada di kamarnya sedang menghafalkan ijabnya nanti.

'Saya terima nikah dan kawinnya Dilara Cahaya Binti Wisnu dengan mas kawin 100 ribu rupiah.'

Hamish membuang panjang kemudian menghirup dalam udara untuk menenangkan dirinya yang sedang gugup.

Walaupun pernikahan ini terpaksa, tetapi ia gugup sekaligus kesal.

Seorang keturunan keluarga Akbar memberikan mas kawin hanya senilai 100 ribu. Tidak ada cincin berlian dan aset berharga.

Dilara dengan polosnya meminta mas kawin sesuai dengan jumlah uang yang ada di dompet Hamish. Setelah membuka meja dan membayar taksi semalam, uang yang tersisa di dompet Hamish hanya selembar 100 ribu rupiah.

'Nenek moyang pasti lagi ngetawain aku, nih!' gumamnya sendiri.

Tidak bisa! Ia harus menambah mas kawinnya. Jangan sampai ia mempermalukan keluarga Akbar.

Hamish keluar dari kamar mencari keberadaan ustadz Imam. Ia dan beberapa warga sedang menyiapkan panti untuk melangsungkan akad nikahnya sore ini.

"Pak ustadz!" Hamish menemukan ustad Imam sedang berada di ruang tamu bersama dengan para warga yang sedang menyusun ulang sofa serta meja.

Ustadz Imam yang melihat kami sedang kebingungan sekarang mendatangi lelaki itu. "Ada apa, Mas Hamish?"

"Pak, aku mau nambahin mahar untuk Dilara. Aku minta ijin untuk ke atm."

Ustadz Imam tersenyum menanggapi ucapan Hamid kemudian ia berkata dengan lembut, "Mas Hamish tidak perlu khawatir soal maskawin. Berapapun itu tidak masalah bahkan kalau mas Hamish memberikan hafalan ayat yang mas hafal pun bisa. Yang penting diberikan dengan penuh kerelaan. Lagipula, wanita yang baik hatinya adalah wanita yang tidak mempermudah mas kawinnya."

Hamish tercenung, memikirkan perkataan ustadz Imam barusan. Apa itu artinya Dilara gadis yang baik? Jujur saja mengingat pekerjaan Dilara, ia belum yakin.

Hamish kembali ke kamarnya, membersihkan diri dan bersiap. Semua sudah diurus oleh ibu-ibu pengajian termasuk kemeja dan jas serta peci yang akan ia kenakan.

Ia memperhatikan penampilannya di depan cermin kecil yang tergantung di dinding. Beberapa menit lagi ia akan melanggar prinsipnya sendiri untuk tidak berkomitmen.

Hamish melepaskan peci, ia keluar dari kamar dan langsung menemui ustad Imam.

"Ustad, saya permisi ke ATM sebentar. Saya akan tambahkan mas kawin untuk Dilara!" Tanpa menunggu jawaban ustad Imam, Hamish langsung pergi. Meninggalkan panti begitu saja tidak mempedulikan tatapan warga yang salah paham akan kepergiannya

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Nur Chasanah
Bagus ceritanya
goodnovel comment avatar
Sri Swasta
Seru ceritanya
goodnovel comment avatar
Sri Swasta
Kebanyakan koin jdi gk bisa baca
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sang Pewaris Tersembunyi   S3 - Model Bikini

    “Kak Hala?” ucap Dava berbisik melihat istrinya berjalan masuk studio dengan seorang lagi yang ia kenal adalah sahabat Hala.“Nona Hala? Kamu sudah datang?” Kevin berubah sopan saat melihat Hala. Ia melepaskan tangan Dava lalu merapikan jaketnya.“Aku antar ke ruang make up,” tawar Kevin ramah. Wajah garangnya berubah menjadi senyum ketika bicara dengan Hala. Lu gue yang tadi ia gunakan kini menjadi aku kamu membuat kesan ia sudah sangat mengenal Hala.“Bentar mas Kevin, aku ngomong sebentar sama Dava.”Kevin menoleh melihat Dava dengan mata menyipit. “Nona kenal dia?” Hala mengangguk pelan. “Dia, kan cucunya —” Dava menarik tangan Hala sebelum gadis itu menyelesaikan ucapannya. Membawanya menjauh dsri Kevin dan kru yang lain agar bisa bicara dengan bebas. “Kak Hala lupa pesan papa? Gak ada yang boleh tahu siapa aku?” Dava berbisik. Ia menoleh melihat sekitar memastikan tidak ada telinga yang menguping pembicaraan mereka. Hala menepuk jidatnya, hampir saja ia keceplosan. “Kak Hal

  • Sang Pewaris Tersembunyi   S3 - Staff Gudang

    “Posisi yang tersedia hanya bagian gudang. Bagaimana?” Wanita berwajah serius melihat Dava dari balik kacamata bulatnya. Dengan kemeja putih dan celana panjang bahan berwarna hitam, Dava yang duduk di depan meja HRD hanya bisa mengangguk pasrah. Mengingat pesan papa sebelum ia berangkat tadi. Ini adalah salah satu cara untuk membuktikan dirinya. Dava bekerja di salah satu anak perusahaan Djaya Grup yang bergerak di bidang periklanan. Dani sudah mengatur semuanya, tidak ada yang tahu kalau Dava adalah cucu dari pemilik perusahaan kecuali sang CEO yaitu ayahnya sendiri. “Baik, kamu bisa mulai bekerja hari ini. Ayo, saya antar ke gudang.” Wanita berwajah tegas itu berdiri dari duduk. Merapikan blazer lalu mengambil ponselnya. Ia mendahului Dava keluar dari ruangan, menunjukkan kepada Dava gudang yang ia maksud. Sambil menuntun Dava menuju area kerja, HRD menjelaskan setiap ruangan yang mereka lewati. Gedung ini memiliki 5 lantai. Lantai tiga dan empat adalah lantai khusus untuk b

  • Sang Pewaris Tersembunyi   S3 - Pergi Tengah Malam

    “Dav, gerah!” Hala menyibak selimut yang tadi menutupi tubuhnya.Setelah makan di restoran Jepang tadi, Dava dan Hala memutuskan langsung pulang karena mereka ada kuliah pagi.Walau menghabiskan hampir 500 ribu, Dava menganggap itu untuk menyenangkan Hala yang sudah mengalah untuk tidak membeli AC.Sekarang, Hala mendekatkan kipas portable kecil miliknya. Meletakkan benda itu tepat di sebelah kepalanya.Dava yang tidur di lantai berdiri di sebelah ranjang memperhatikan sang istri sambil menggeleng pelan.“Jangan taruh disitu, Kak! Nanti rambutnya nyangkut terus kepala jadi pusing.” Dava memberikan saran. Dengan langkah gontai Dava berjalan mendekati jendela kemudian membukanya dengan lebar agar angin malam masuk ke dalam kamar.Dari tempatnya berdiri. Dava bisa melihat hamparan bintang yang menghiasi langit hitam. Sejak dulu ia memang suka dengan langit malam yang cerah seperti ini. Ia bahkan meminta Dani untuk membuatkan rumah pohon di belakang rumah agar ia bisa menikmati langit

  • Sang Pewaris Tersembunyi   S3 - Kartu Curian!

    “Sore, Kakak! Mau cari apa?” sapa pramuniaga ketiaka Dava dan Hala masuk ke toko elektronik di sebuah mall. Pria itu memperhatikan wajah dan penampilan Dava dan Hala yang masih muda langsung menawarkan ponsel pintar dan laptop tetapi keduanya kompak menggeleng. “Kami mau cari AC.” Dava menjawab. Ia mengedarkan pandangan ke seluruh area toko mencari pendingin udara. “Oh… ada di lantai dua.” Pelayan toko itu sedikit terkejut, anak muda seperti mereka mencari pendingin udara. Pramuniaga itu melakukan tugasnya, ia mengantarkan Dava dan Hala tempat pendingin udara dan juga kulkas.Dava dan Hala mulai mencari AC yang mereka inginkan. Jika Dava melihat harga lain dengan Hala yang melihat merk-nya.Beberapa kali Dava menggeleng tidak setuju dengan pilihan Hala karena istrinya memilih pendingin udara berharga puluhan juta dengan PK besar.“Mas-nya cari AC yang kayak apa?” tanya pramuniaga itu pada akhirnya karena Dava tidak kunjung menemukan barang yang ia inginkan.Untuk kamar 5x5 meter.

  • Sang Pewaris Tersembunyi   S3 - Salah Sendiri Pilih Dava!

    Dava tiba lebih dulu di rumah kontrakan yang sudah dibayar Hamish untuk satu tahun ke depan. Ia menggunakan motor trill-nya lengkap dengan jaket jins dan kaca mata hitam. Penampilan yang membuat ketampanan Dava meningkat. Dava melepaskan kacamata hitamnya. Dari atas motor trill memperhatikan rumah sederhana yang ayah mertuanya sewakan untuknya dan Hala. “Apa-apa ini? Mana mau kak Hala tinggal di rumah kecil begini.” Dava menggumam sendiri. “Tapi gak apa-apa. Semakin sulit hidup kak Hala, semakin cepet dia minta cerai.” Dava menyeringai. Rencana-rencana kecil untuk memuluskan tujuannya melintas di kepala. Sudut bibir Dava terangkat membayangkan Hala yang merengek minta kembali ke istana keluarga Akbar. Dava baru turun saat mobil mewah Hamish terlihat di ujung gang. Dengan hati-hati, sopir mengendarai mobil di gang yang tidak terlalu lebar. Jangan sampai mobil tuan Hamish Akbar tergores walau sedikit. Dava segera menghampiri mobil, mengeluarkan koper-koper dan beberapa dus berisi

  • Sang Pewaris Tersembunyi   S3 - Pengantin Baru

    “Lancang sekali kamu menikahi Hala!” Madhava hanya bisa menunduk ketika sang paman — Hamish Akbar berteriak kepadanya di depan semua anggota keluarga termasuk di depan papa dan mamanya. Di sebelah pakde Hamish, istrinya — budhe Dilara sedang menenangkan pria yang sedang murka itu. Di kursi yang lain, Dani dan Selena tidak bisa membela anaknya sama sekali. Mereka hanya diam tidak berani menyela Hamish. Bukan keinginan Dava menikahi sepupu angkatnya sendiri. Tetapi, Hala-lah yang memintanya. Kenapa ia tidak menolak, karena menolak permintaan Hala adalah hal yang dilarang. Ayah Dava sendiri yang membuat peraturan itu. Sejak kecil, Dava selalu mengabulkan apa yang Hala minta termasuk ketika Hala meminta untuk menikah dengannya. “Anak bau kencur sudah berani mikir nikah. Nanti Hala mau kamu kasih makan apa, hah? Kamu pikir pakdhe gak tahu kelakuan kamu diluar sana?” Hamish kembali berteriak. “Dan, kasih tahu anak kamu itu!” Kini Hamish beralih kepada Dani yang sejak tadi hany

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status