Home / Rumah Tangga / Sang Pewaris Tersembunyi / Merampok Warung Masakan Padang

Share

Merampok Warung Masakan Padang

Author: BliDek
last update Last Updated: 2023-05-05 16:58:42

"Biar Lara aja yang masak, Bu. Bang Hamish kan tamu, masak disuruh masak! Kan kita harus memuliakan tamu. Tamu itu harus diperlakukan dengan baik. Disambut, dihidangkan makanan dan minuman terbaik dan diniatkan untuk memberikan kegembiraan." Dilara bicara sambil melewati ibu Ida. Ia bergabung dengan Hamish di dapur.

"Ck! Gak usah ceramahin ibu! Dia itu bukan tamu tapi benalu! Penumpang gelap di rumah ini yang bikin biaya rumah makin bengkak!" sembur ibu Ida membalas ucapan Dilara.

Dilara menggeleng pelan. Sebetulnya ia masih ingin membahas cara memperlakukan tamu tetapi tidak ingin bertengkar di depan Hamish.

"Bang Hamish pasti capek. Mending abang mandi terus istirahat. Biar Lara yang masak." Dilara mengambil pisau dan talenan yang ada di tangan Hamish. Melanjutkan mengupas bawang merah, mengusir Hamish dari dapur dengan cara halus.

Dengan tidak enak hati Hamish terpaksa keluar dari dapur. Ia bukan tipe orang yang suka berhutang budi, bukan juga tipe orang yang akan menerima sesuatu dengan gratis. Mungkin ia bisa melakukan sesuatu untuk Dilara seperti mengantarkannya ke tempat kerja.

Lagipula sudah lama Hamish penasaran dengan pekerjaan gadis itu. Dilara selalu berangkat kerja diatas pukul delapan dan baru pulang besok pagi.

Hamish berhenti di depan pintu kamar Dani. Ia mendengar suara remaja itu sedang bernyanyi dari dalam.

Penasaran, Hamish berjalan mendekati pintu kamar Dani dengan hati-hati. Dani memang memiliki kamarnya sendiri berbeda dengan anak-anak yang lain karena ia sudah cukup dewasa.

Perlahan dan tanpa menimbulkan suara, Hamish melebarkan pintu kamar Dani. Mengintip dari luar apa yang sedang Dani lakukan.

Dani sedang duduk di pinggir ranjang dengan tiga jam tangan merk mahal di depannya. Ia sedang memperhatikan jam-jam tangan itu dengan seksama, melihat apa mereka masih bekerja dengan baik.

Yakin ketiga benda mahal itu masih berfungsi, Dani mengeluarkan ponsel dari bawah bantalnya. Mengambil foto dari ketiga benda mewah itu.

Kening Hamish mengernyit melihat apa yang Dani lakukan. Benaknya dipenuhi pertanyaan dari mana Dani mendapatkan tiga jam yang ia tahu harganya bisa mencapai puluhan juta?

Selain itu Dani memiliki ponsel? Bagaimana bocah tengil ini memiliki ponsel? Setahunya tidak ada satupun anak di panti ini yang memiliki gadget. Bahkan benda tercanggih di panti asuhan ini adalah televisi tabung 32 inci keluaran lama.

Dengan hati-hati Hamish menutup pintu kamar Dani dan berjalan kembali ke kamarnya sendiri. Ia memutuskan untuk tidak akan mencampuri urusan Dani. Ia hanya orang asing disini.

Masih membaringkan tubuhnya di ranjang sambil membuang nafas lega karena malam ini ia tidak harus bertempur dengan wajan dan kompor.

Sambil berbaring, ia melepaskan kaos kakinya lalu melemparnya sembarangan. Memandang langit-langit lalu memikirkan sesuatu.

Hamish tersenyum, senang dengan ide yang baru saja muncul di kepalanya. Ia bangkit dan segera mandi dan memgganti pakaian dengan.

Keluar dari kamar, Hamish menuju ke pintu luar. Ia keluar begitu saja, namun baru sampai pagar langkah kakinya terhenti mendengar Dilara memanggil namanya.

"Abang mau kemana?" Gadis itu berdiri diambang pintu mengenakan rok panjang dan baju berlengan panjang serta apron pink yang belum ia lepaskan.

"Mau beli makan," sahut Hamish sambil berlalu tetapi ia masih bisa mendengar Dilara mengucapkan 'assalamualaikum' yang spontan ia jawab dalam hati.

Hamish kembali dengan membawa 13 bungkus nasi Padang yang ia beli tidak jauh dari panti asuhan. Dengan senyum sumringah, ia membayangkan wajah bahagia anak-anak panti mendapatkan makanan istimewa.

Hamish tiba saat penghuni panti baru saja menyelesaikan doa sebelum makan. Hamish bisa mendengar amin saling bersahutan dari ruang makan yang terletak di bagian belakang panti.

"Belum mulai makan, kan?" tanyanya sambil meletakkan dua kantong kresek yang ia bawa di atas meja. Ia mengeluarkan satu per satu bungkusan nasi padang dan membagikannya kepada setiap orang

"Kamu habis ngerampok warung Padang?" seru ibu Ida setelah membuka bungkusannya.

"Kalau mau merampok, rampok bank biar banyak uang. Ini sekali makan juga ilang, gak bersisa!" Ibu Ida menyindir sambil memperhatikan nasi Padang yang ada di depannya.

"Bang, abang dapat uang dari mana?" Dilara yang tahu benar Hamish tidak memiliki uang bertanya penuh selidik.

Ia memandang Hamish dan bungkusan nasi Padang di depannya dengan curiga. "I —ini dari uang halal kan, Bang? Maaf, tapi Lara gak bisa makan kalau sumber uangnya gak jelas. Takut jadi darah dan daging yang buat hidup gak berkah." Dilara mendorong bungkusan di depannya menjauh.

Hamish di sejenak, mencoba mencerna ucapan Dilara. Haram? "Haram itu uang hasil mencuri, bukan?" tebaknya.

"Ya, gak cuman mencuri sih, Bang! Pokoknya dapet uangnya itu dengan cara haram. Mencuri, malak, nodong, nyopet." Dilara menjelaskan.

Hamish termangu mendengarkan penjelasan Dilara. Sedang ibu Ida menyela, "Gak usah ceramah! Kalau mau makan, kalau gak ya udah kamu makan tempe tahu aja, tuh!" Ibu Ida menyantap nasi padangnya dengan penuh semangat pun begitu dengan Dani.

Anak-anak yang lain menunggu ijin dari Dilara yang masih setia menunggu penjelasan Hamish.

"Aku habis dapat rejeki tadi. Waktu cari kerja gak sengaja ketemu teman lama. Dia kasih aku uang."

Dilara memicingkan mata, mencari kebohongan dalam mata Hamish. Gadis itu bertanya untuk memastikan, "Bener?"

"Benerlah! Malah tadi dia yang nganterin aku balik!"

Anak-anak bersorak mendengar penjelasan Hamish. Mereka segera membuka bungkusan mereka masing-masih dan menyantap nasi padang dengan gembira.

Hamish menarik kursi kosong yang berseberangan dengan Dilara. Ia memperhatikan Dilara yang tidak kunjung membuka bungkusan nasi padangnya.

"Ada apa? Kamu gak percaya?" Sebelah alis Hamish terangkat heran dengan sikap gadis itu. Menurut pengalamannya wanita sangat suka berikan perhatian, barang mewah dan mahal.

Tetapi berbeda dengan Dilara yang justru enggan makan makanan mahal malah memikirkan dari mana asal makanan itu.

Diam-diam Hamish memperhatikan Dilara yang tengah asyik menikmati makanannya. Sesekali ia berbincang dengan gadis kecil yang duduk disebelahnya. Senyum dan binar mata Dilara begitu meneduhkan membuat Hamish terlena untuk sesaat.

"Bang…." Merasakan ujung bajunya ditarik pelan, Hamish menoleh melihat ke sebelahnya

Seorang gadis kecil berusia lima tahun berdiri disebelah kursi Hamish dengan wajah memelas.

"Ada apa, Mila?" tanya Hamish lembut kepada gadis kecil yang ditinggalkan di depan pintu panti waktu ia bayi. Bahkan menurut Dilara, Mila baru berusia beberapa hari saat ditemukan di depan pintu oleh mendiang ayahnya.

"Abang Hamish, mau gak bacain dongeng buat Mila." Tatapan Mila penuh harap.

Hamish melihat Dilara bingung. Ia tidak tahu caranya membacakan dongen selain itu yang terpenting, ia tidak suka anak-anak.

Hamish menggerakkan alisnya memberi kode kepada Dilara agar membantunya menolak permintaan Mila.

Namun gadis itu justru berkata, "Iya, Mila. Nanti malam Abang Hamish bacain cerita buat Mila, ya?"

Hamish mendelik terkejut. What?!

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Tyas
ceritanya menarik....
goodnovel comment avatar
Devtielia Roza
bagus, menarik
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Sang Pewaris Tersembunyi   S3 - Model Bikini

    “Kak Hala?” ucap Dava berbisik melihat istrinya berjalan masuk studio dengan seorang lagi yang ia kenal adalah sahabat Hala.“Nona Hala? Kamu sudah datang?” Kevin berubah sopan saat melihat Hala. Ia melepaskan tangan Dava lalu merapikan jaketnya.“Aku antar ke ruang make up,” tawar Kevin ramah. Wajah garangnya berubah menjadi senyum ketika bicara dengan Hala. Lu gue yang tadi ia gunakan kini menjadi aku kamu membuat kesan ia sudah sangat mengenal Hala.“Bentar mas Kevin, aku ngomong sebentar sama Dava.”Kevin menoleh melihat Dava dengan mata menyipit. “Nona kenal dia?” Hala mengangguk pelan. “Dia, kan cucunya —” Dava menarik tangan Hala sebelum gadis itu menyelesaikan ucapannya. Membawanya menjauh dsri Kevin dan kru yang lain agar bisa bicara dengan bebas. “Kak Hala lupa pesan papa? Gak ada yang boleh tahu siapa aku?” Dava berbisik. Ia menoleh melihat sekitar memastikan tidak ada telinga yang menguping pembicaraan mereka. Hala menepuk jidatnya, hampir saja ia keceplosan. “Kak Hal

  • Sang Pewaris Tersembunyi   S3 - Staff Gudang

    “Posisi yang tersedia hanya bagian gudang. Bagaimana?” Wanita berwajah serius melihat Dava dari balik kacamata bulatnya. Dengan kemeja putih dan celana panjang bahan berwarna hitam, Dava yang duduk di depan meja HRD hanya bisa mengangguk pasrah. Mengingat pesan papa sebelum ia berangkat tadi. Ini adalah salah satu cara untuk membuktikan dirinya. Dava bekerja di salah satu anak perusahaan Djaya Grup yang bergerak di bidang periklanan. Dani sudah mengatur semuanya, tidak ada yang tahu kalau Dava adalah cucu dari pemilik perusahaan kecuali sang CEO yaitu ayahnya sendiri. “Baik, kamu bisa mulai bekerja hari ini. Ayo, saya antar ke gudang.” Wanita berwajah tegas itu berdiri dari duduk. Merapikan blazer lalu mengambil ponselnya. Ia mendahului Dava keluar dari ruangan, menunjukkan kepada Dava gudang yang ia maksud. Sambil menuntun Dava menuju area kerja, HRD menjelaskan setiap ruangan yang mereka lewati. Gedung ini memiliki 5 lantai. Lantai tiga dan empat adalah lantai khusus untuk b

  • Sang Pewaris Tersembunyi   S3 - Pergi Tengah Malam

    “Dav, gerah!” Hala menyibak selimut yang tadi menutupi tubuhnya.Setelah makan di restoran Jepang tadi, Dava dan Hala memutuskan langsung pulang karena mereka ada kuliah pagi.Walau menghabiskan hampir 500 ribu, Dava menganggap itu untuk menyenangkan Hala yang sudah mengalah untuk tidak membeli AC.Sekarang, Hala mendekatkan kipas portable kecil miliknya. Meletakkan benda itu tepat di sebelah kepalanya.Dava yang tidur di lantai berdiri di sebelah ranjang memperhatikan sang istri sambil menggeleng pelan.“Jangan taruh disitu, Kak! Nanti rambutnya nyangkut terus kepala jadi pusing.” Dava memberikan saran. Dengan langkah gontai Dava berjalan mendekati jendela kemudian membukanya dengan lebar agar angin malam masuk ke dalam kamar.Dari tempatnya berdiri. Dava bisa melihat hamparan bintang yang menghiasi langit hitam. Sejak dulu ia memang suka dengan langit malam yang cerah seperti ini. Ia bahkan meminta Dani untuk membuatkan rumah pohon di belakang rumah agar ia bisa menikmati langit

  • Sang Pewaris Tersembunyi   S3 - Kartu Curian!

    “Sore, Kakak! Mau cari apa?” sapa pramuniaga ketiaka Dava dan Hala masuk ke toko elektronik di sebuah mall. Pria itu memperhatikan wajah dan penampilan Dava dan Hala yang masih muda langsung menawarkan ponsel pintar dan laptop tetapi keduanya kompak menggeleng. “Kami mau cari AC.” Dava menjawab. Ia mengedarkan pandangan ke seluruh area toko mencari pendingin udara. “Oh… ada di lantai dua.” Pelayan toko itu sedikit terkejut, anak muda seperti mereka mencari pendingin udara. Pramuniaga itu melakukan tugasnya, ia mengantarkan Dava dan Hala tempat pendingin udara dan juga kulkas.Dava dan Hala mulai mencari AC yang mereka inginkan. Jika Dava melihat harga lain dengan Hala yang melihat merk-nya.Beberapa kali Dava menggeleng tidak setuju dengan pilihan Hala karena istrinya memilih pendingin udara berharga puluhan juta dengan PK besar.“Mas-nya cari AC yang kayak apa?” tanya pramuniaga itu pada akhirnya karena Dava tidak kunjung menemukan barang yang ia inginkan.Untuk kamar 5x5 meter.

  • Sang Pewaris Tersembunyi   S3 - Salah Sendiri Pilih Dava!

    Dava tiba lebih dulu di rumah kontrakan yang sudah dibayar Hamish untuk satu tahun ke depan. Ia menggunakan motor trill-nya lengkap dengan jaket jins dan kaca mata hitam. Penampilan yang membuat ketampanan Dava meningkat. Dava melepaskan kacamata hitamnya. Dari atas motor trill memperhatikan rumah sederhana yang ayah mertuanya sewakan untuknya dan Hala. “Apa-apa ini? Mana mau kak Hala tinggal di rumah kecil begini.” Dava menggumam sendiri. “Tapi gak apa-apa. Semakin sulit hidup kak Hala, semakin cepet dia minta cerai.” Dava menyeringai. Rencana-rencana kecil untuk memuluskan tujuannya melintas di kepala. Sudut bibir Dava terangkat membayangkan Hala yang merengek minta kembali ke istana keluarga Akbar. Dava baru turun saat mobil mewah Hamish terlihat di ujung gang. Dengan hati-hati, sopir mengendarai mobil di gang yang tidak terlalu lebar. Jangan sampai mobil tuan Hamish Akbar tergores walau sedikit. Dava segera menghampiri mobil, mengeluarkan koper-koper dan beberapa dus berisi

  • Sang Pewaris Tersembunyi   S3 - Pengantin Baru

    “Lancang sekali kamu menikahi Hala!” Madhava hanya bisa menunduk ketika sang paman — Hamish Akbar berteriak kepadanya di depan semua anggota keluarga termasuk di depan papa dan mamanya. Di sebelah pakde Hamish, istrinya — budhe Dilara sedang menenangkan pria yang sedang murka itu. Di kursi yang lain, Dani dan Selena tidak bisa membela anaknya sama sekali. Mereka hanya diam tidak berani menyela Hamish. Bukan keinginan Dava menikahi sepupu angkatnya sendiri. Tetapi, Hala-lah yang memintanya. Kenapa ia tidak menolak, karena menolak permintaan Hala adalah hal yang dilarang. Ayah Dava sendiri yang membuat peraturan itu. Sejak kecil, Dava selalu mengabulkan apa yang Hala minta termasuk ketika Hala meminta untuk menikah dengannya. “Anak bau kencur sudah berani mikir nikah. Nanti Hala mau kamu kasih makan apa, hah? Kamu pikir pakdhe gak tahu kelakuan kamu diluar sana?” Hamish kembali berteriak. “Dan, kasih tahu anak kamu itu!” Kini Hamish beralih kepada Dani yang sejak tadi hany

  • Sang Pewaris Tersembunyi   S2 ~ Akhir Cerita dan Awal Baru

    “Pokoknya, kalau udah besar nanti, kita beneran nikah, ya?” Hala sedang memeluk lengan adiknya — Madhava. Keduanya sedang bermain pura-pura menikah tetapi gadis tujuh tahun anak Hamish malah meminta Madhava berjanji akan menikahinya kelak. “Gak mau! Kakak Hala, kan kakak aku.” Demi Tuhan, Madhava tidak ingin memainkan permainan ini tetapi papanya sudah melarang kata ‘tidak’ untuk Hala.Artinya, apapun yang Hala mau, harus Dava kabulkan termasuk saat memainkan permainan pernikahan ini. Maka dengan terpaksa Dava mengikuti kemauan Hala. Melihat ayah ibunya merayakan hari pernikahan mereka, Hala jadi ingin melakukan permainan pernikahan ini. Tidak ada anak sebayanya selain Dava, maka jadilah hari ini Madhava sebagai teman bermain Hala. Hamish, Dilara, Dani dan Selena sedang berkumpul bersama adik-adik mereka yang lain. Mereka sedang menunggu kabar dari Amar. Istri Amar sedang berjuang untuk melahirkan putri pertama mereka.“Nanti kalau sudah ada anak Amar, rumah ini jadi rame banget.”

  • Sang Pewaris Tersembunyi   S2 ~ Madhava Mahanta

    “Yank, nanti kamu melahirkannya operasi aja, ya?” tawar Dani. Ia dan Selena sedang santai di ranjang sambil menonton drama Korea kesukaan istrinya.“Kenapa? Kalau masih bisa normal, ya normal aja, Mas!” ujarnya sambil memuji aktor Korea yang ia tonton.“Semoga nanti kamu gantengnya kayak oppa itu, ya nak!” Selena mengusap perutnya yang sudah membuncit. “Hah? Kok kayak dia?” Dani menunjuk layar televisi besar yang ada di kamar mereka. “Kan, aku papanya!” serunya tidak terima.“Emangnya aku gak ganteng?” Dani tidak terima. Enak saja, ia yang susah membuat adonan, Selena malah berharap anak mereka mirip aktor Korea.Selena tertawa melihat Dani yang merajuk. Sejak ia hamil, suaminya menjadi lebih serius. Susah sekali diajak bercanda.Selena mendekap suaminya karena tak kunjung tersenyum padahal ia sudah mengatakan kalau ia hanya bercanda.Suami aku yang paling ganteng. Nanti anak kita juga pasti ganteng kayak kamu.” Sebagai penutup rayuan, Selena mengecup singkat bibir Dani.Berhasil!P

  • Sang Pewaris Tersembunyi   S2 - Jatah Ditahan Sampai Lahiran!

    “Papa!” Selena mengurai pelukannya memperhatikan Putra dengan mata berkaca-kaca penuh haru. Bagaimana tidak, kabar terakhir yang ia dengar, ayahnya drop setelah kebangkrutan perusahaan keluarga mereka. “Papa baik-baik aja?” Selena tidak percaya yang ia lihat saat ini adalah Putra yang sehat, segar dan bugar. “Memangnya kamu gak senang lihat papa sehat?” candanya. Selena mengerutkan alisnya. Heran melihat Putra yang bisa bercanda dengan santai. Biasanya papa selalu serius dan jarang sekali tersenyum. Bukan tanpa alasan Putra sangat bahagia. Selama Selena menghilang, ia melihat sendiri kalau Dani bekerja keras mencari putrinya. Itu membuatnya sadar kalau Selena mendapatkan lelaki yang tepat sebagai suami. Selain itu, hubungannya dengan Hamish juga jauh lebih baik setelah pria itu berhasil menyelamatkan perusahaannya. Ia bahkan rela mengeluarkan banyak uang. ‘Keluarga ada yang utama.’ Kata-kata Hamish waktu itu menyadarkan Putra ia sebenarnya lebih sering mengabaikan keluarganya k

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status