Adventurer (Para Petualang). Sebagai mantan petualang di dunia game, tentu saja Scarra memiliki fantasi tentang mereka.
Adalah orang-orang yang mencari dunia yang tidak diketahui dan menjelajah kesekeliling dunia.
Scarra memiliki ekspektaksi besar terhadap mereka (para petualang), yang memainkan perannya dengan cara yang benar seperti di Crown Island.
Tetapi setelah mengalami beberapa konflik dengan mereka (para petualang) di dunia ini, pandangan tentangnya menjadi sedikit berbeda.
Mereka tidak lebih dari seorang tentara bayaran yang melawan monster. Bahkan lebih buruk lagi, mereka malah lebih terkesan seperti seorang bandit, yang tak sungkan menindas dan merapas barang orang lain yang lebih lemah dari mereka.
Beberapa petualang mungkin mirip dengan versi ideal Scarra tentang adventurer.
Yaitu orang-orang yang menjelajahi bangunan-bangunan tua dari kastil yang hancur oleh demon, dan mencari harta karun di dunia rahasia.
Tapi te
Jangan lupa like, coment, and share nya ya teman-teman. Thanks.
Pria yang menyapa itu mengenakan armor chainmail, dilengkapi dengan pelindung besi di kedua bahunya dan sekilas penampilannya terlihat seperti warrior. "Mereka adalah kelompokku." Pria itu menunjuk ke salah satu pojok ruangan, tepat ke sebuah meja dengan tiga orang yang sedang duduk menunggu. "Jika kamu tertarik, mungkin kita bisa berbincang sebentar. Setidaknya untuk saling memperkenalkan." "Karena itu adalah pekerjaan kelas A, mungkin aku bisa mempertimbangkannya, tapi setelah aku tahu mengenai detailnya. "Aku mengerti. Kalau begitu, mari ikut aku. Kita akan membicarakannya bersama dengan yang lainnya." Scarra mengangguk pelan, dan mereka pun berjalan menghampiri meja tersebut. Meja itu nampak terlihat cukup sepi, itu mungkin karena lokasinya yang berada di pojok dan bukan merupakan jalur lalulalang. Benar-benar tempat yang cocok untuk berdiskusi. "Silahkan duduk." Pria yang terlihat seperti pemimpin itu mempersilahkan, dan S
Ada dua rute dari Kota Acela menuju desa Nara, jika berpergian dengan menggunakan gerobak yang ditarik oleh kuda. Setelah ke selatan, teruslah ke kanan dan berjalan di tepian hutan. Atau ke barat lalu belok ke selatan. Kali ini rute yang pertama adalah yang dipilih. Meski kemungkinan bertemu dengan monster-monster di sepanjang tepian hutan itu besar sekali, itu tak lantas membuat mereka merasa cemas. Karena secara teknis, mereka tidaklah masuk ke dalam hutan. Lebih tepatnya, mereka bepergian menelusuri perbatasan antara hutan dan dataran, jadi monster-monster yang mungkin akan ditemuinya pastinya tidak akan terlalu kuat. Dengan kemampuan kelompok, mereka seharusnya bisa mengatasinya. Ditambah lagi, dengan mengambil rute ini, perjalanan mereka menuju desa Nara akan sangat menghemat waktu. Sebuah gerobak kuda pun telah mereka sewa dari Assosiasi Guild. Gerobak itu sangat kecil namun cukup untuk mengangkut seluruh perbekalan. Mere
Serigala itu semakin dekat namun semuanya nampak tertahan, mereka menunggu aba-aba dari pemimpin mereka, yaitu serigala putih. "Scarra, bagaimana dengan formasi tempurnya?" Elion meminta saran kepada hunter yang berperingkat lebih tinggi darinya. Itu bukan berarti dia tidak memiliki strategi, tapi lebih kepada sikap menghormati. "Aku serahkan padamu." "Baiklah kalau begitu, aku akan maju ke depan untuk memancing mereka. Balbou, Allion tolong bantu aku dari belakang. Sementara itu, Scarra, bisakah kamu melindungi mereka dan menghabisi serigala yang lolos dariku?" "Apa itu tidak apa, menahan serigala sebanyak itu sendirian?" Scarra merasa tidak yakin Elion bisa melakukkannya. "Jangan khawatir, walau begini, aku juga cukup kuat. Aku perlu tenagamu untuk melawan Sneak Loftnes nanti." "Yosh! Itu berarti kita lakukan seperti biasanya." Balbou menyela. Tak ada angin tak ada hujan, Mumu tiba-tiba merangkul tangan Scarra, dia be
Siang itu mereka melanjutkan perjalanannya. Mengikuti jalan yang tersembunyi oleh padang rerumputan. "Menurut peta ini, tidak lama lagi kita akan tiba di desa Nara." Tutur Elion dengan nada kurang bersemangat. Merespon hal itu, para anggota yang lain hanya mengangguk. Selain dari itu mereka tidak memiliki reaksi lain, mereka hanya berjalan tanpa berkata apapun. Ada suasana yang benar-benar canggung diantara mereka, itu Elion yang membuat suasana menjadi seperti ini. Elion nampak murung, menyembunyikan suasana hatinya dengan tundukkan kepalanya. Kejadian tadi ternyata masih mengganggu pikirannya. Mumu terus melihat ke arahnya dengan mata memandang rendah, dia ingin sekali menghiburnya, namun dia tidak menemukan kata yang tepat, jadi dia tidak bisa berkata apapun. Dengan keadaan itu, kelompok tersebut berjalan maju tanpa bicara sepatah katapun, hingga merekapun tiba di satu bukit dengan cepat. Tapi tidak, itu tidak cukup tinggi u
Nampaknya, bangunan yang paling tinggi dengan bendera-bendera yang menjuntai itu adalah bangunan Guild Petualang (Adventurer Guild). Yang mana, Adventurer Guild akan dapat ditemukan pada setiap desa, baik itu desa kecil maupun besar. Asossiasi ini dihadirkan untuk menampung dan mengembangkan para petualang yang mungkin terdapat di setiap desa. Mereka nantinya akan membantu, menjaga dan melindungi desa sesuai dengan apa yang diminta para penduduknya. Tentu, permintaan dari para penduduk desa akan dapat di tingkatkan atau dinaikan ke tingkat di level pusat (Hunter Guild). Jika saja para petualang yang ada tidak mampu untuk menyelesaikannya. Dan kasus ini terjadi pada misi yang diambil oleh kelompol Ruiness. "Tuan-tuan, mari ikut saya." Pria itu membawa mereka menuju Adventurer Guild. Hari itu, langit sudah mulai gelap, saat pria itu membuka pintu dan masuk tanpa ragu. Penerangan di dalamnya cukup sedikit, membuat cahaya d
Di luar bangunan, para penduduk desa sudah ramai berkumpul.Mereka adalah para pria, dengan masing-masing membawa tombak tanpa mata pisau - lebih seperti tongkat biasa.Namun kebanyakan dari mereka, nampak seperti membawa alat seadanya. Memberi kesan seperti mengambil apapun yang mereka temukan.Bisa terhitung orang-orang yang sedang berkumpul disini, para pria dengan pakaian lusuh itu adalah rakyat biasa.Sebagian dari mereka telah dihinggapi dengan keputusasaan, dan itu mengalirkan kepada sekitarnya. Mereka nampak tidak memiliki semangat tempur sama sekali dan seakan hanya ingin pulang ke rumah mereka.Ini adalah wajah sebenarnya dari mereka sebagai rakyat biasa. Namun, mau bagaimana lagi. Pada awalnya, mereka memang dikumpulkan dengan paksa, mereka harus mempertaruhkan nyawa mereka dalam pertempuran berdarah demi keluarga.Scarra memperhatikan mereka dan i
Scarra berlari dengan kecepatan yang menakjubkan, sebuah kecepatan yang tidak dimiliki oleh siapapun di sana. Tak hanya berlari, Scarra juga mengayunkan senjatanya dengan kecepatan luar biasa, menebas para goblin yang dilewatinya menjadi dua bagian. Melihat pemandangan yang mengagetkan ini, troll tidak sadar telah berhenti mendekatkan jaraknya. Makhluk itu mengokohkan kuda-kudanya, melakukan sebuah persiapan seperti seorang pemain baseball yang hendak memukul bola. Troll itu mengeluarkan geraman seperti campuran dari raungan dan juga teriakan, mengangkat pentungan di tangannya untuk menghadapi Scarra yang datang menyerang. Tapi semuanya tahu bahwa gerakan itu terlalu pelan. Scarra dengan mudah mendahului serangan itu, dengan sabetan secara horizontal setelah dia cukup dekat. Tubuh bagian atas dari troll itu berputar di udara dan mendarat cukup jau
Seketika udara bergetar dengan suara-suara retakan, para goblin merasakan sebuah lingkarang magic menjadi aktif di atas kepalanya. Sesaat selanjutnya, seperti cahaya kembang api yang melesat ke udara sebelum sumbunya meledak, begitu terang dan kecil sekecil bola mata. Namun yang berbeda adalah cahaya itu jatuh ke tanah secara perlahan seperti kertas. Sungguh tak menarik dan semua goblin menghiraukannya. Tapi siapa sangka, cahaya yang dihiraukan semua orang itu adalah awal dari sebuah ledakan dahsyat terjadi. 'BOOMM' adalah kata yang tepat untuk menggambarkan ledakan ini. Ledakan layaknya bom atom ketika cahaya kecil itu menyentuh dasar tanah, yang seketika meluluhlantakkan barisan belakang goblin. Mereka masih di tengah pertempuran, tapi kedua pihak berhenti bergerak seakan waktu telah berhenti. Mereka menyaksikan pemandangan yang menakjubkan ini tanpa bersuara.