Budak itu masih terduduk di lantai, ia menatap Scarra dengan kedua tangannya menyilang menutupi dadanya.
Tubuhnya tidak terlalu tinggi bahkan ia sedikit kurus, namun bola matanya bersinar begitu indah, mata itu berwarna hijau, sama seperti bola mata milik para kaum Elf.
Dengan rambut putihnya yang terurai sebahu, budak itu terlihat sangat cantik. Namun beberapa bekas luka di tubuhnya, telah menutupi kecantikannya.
Di tengah perjalanan, tiba-tiba langkah Scarra terhenti.
"Ada apa, Tuan?" Tanya Yuki.
"Hmm... Rasanya... Tidak mungkin jika aku membawanya dengan penampilan seperti ini." Scarra memandangi Yuki.
"Ayo, ikut aku!" Scarra menarik Yuki dan membawanya masuk ke sebuah toko.
"Tu-Tuan... Kenapa?! Ada apa?!" Tanya Yuki seraya sedikit cemas.
Sesampainya mereka di dalam toko, seseorang pun menghampirinya dan kemudian menyapanya. Dia adalah pemilik toko tersebut.
"Ola hallo, tuan tampan. Selamat datang di Butik Jirah Elodia! Butik termodis Sejagad Raya! Jadi... Apa ada yang bisa ekeu bantu?" Sambut pemilik toko tersebut yang kemudian diakhiri dengan kedipan mata.
Penjaga toko itu adalah seorang pria, namun pakaian serta perilakunya terlihat sangat kewanita-wanitaan."
"Eh! Bu-Butik... Jirah?" Scarra mencoba menahan tawa.
Pemilik toko tersebut menatap mesum ke arah Scarra. Ia memperhatikan tubuh Scarra dari atas hingga kebawah.
"Uhh...." Desahnya, seraya menggigit salah satu jari jemarinya.
Scarra terdiam mematung, keringat dingin perlahan keluar dari keningnya. "Sial, sepertinya aku salah masuk toko."
Melihat Scarra yang hanya terdiam mematung, pemilik toko itu pun lantas mendekatinya. Ia memutari Scarra dan memperhatikan tubuhnya dari dekat.
"Apa... Tuan mencari jirah?" Bisik pemilik toko sambil sedikit meraba.
"Uuh... Tubuh anda kekar sekali! Tapi jangan khawatir, ekeu punya satu jirah yang paling bagus! Bakal sedikit ketat sih, tapi itu pasti cocok di tubuh Anda. Hihihi...." Terangnya seraya sedikit tertawa mesum.
"Ah, tidak-tidak. Bukan aku, tapi dia!" Menunjuk ke arah Yuki.
"Eh! A-Aku?!" Yuki terkejut.
Mendengar hal itu, sikap sang pemilik toko pun seketika berubah. "Oh, dia?" Tanya sang pemilik toko dengan tatapan yang sinis.
"Hmm... Jadi, mau cari baju yang seperti apa? Eh, kamu cari sendiri aja deh...." Ujar pemilik toko, seraya berlalu pergi meninggalkan mereka berdua.
"Tuan, apa aku tidak salah dengar?" Tanya Yuki.
"Kenapa?"
"Aku kan...."
"Kalau alasannya karena uang, jangan khawatir, aku yang akan membayarnya. Kamu tinggal pilih saja mana yang kamu suka."
"Ta-Tapi...?"
"Mau menolak permintaan tuanmu lagi?"
"Eh!" Yuki terkejut, ia menatap sang penyelamat hidupnya dengan wajah kemerah.
"Oi, Yuki?!"
"Eh! Maaf-Maaf. A-Anu... A-Aku mau. Ma-Mana mungkin aku menolak permintaan dari tuanku." Jelas Yuki terbata-bata seraya tersipu malu.
"Hahaha... Baguslah. Tunggu apa lagi? Ayo cepat pilih!"
"Baik!" Dengan kegirangan Yuki pun memilih beberapa pakaian yang ada di sana, lalu ia pun mencobanya satu persatu.
10 menit berlalu
"Kalau ini, bagaimana?" Berputar-putar memperlihatkan baju tersebut dari segala sisinya.
Saat itu pakaian yang Yuki gunakan adalah jenis pakaian dari class maid.
Pakaian ini memiliki design yang sangat mirip dengan baju sekolah siswi jepang di tingkat menengah.
Pakaian itu memiliki dasar warna hitam. Roknya pendek sepaha dan stokingnya transfaran hingga ke lutut.
Pajang bajunya hanya hingga ke pusar, lengannya pendek dan kerah atasnya terbuka lebar.
Scarra menelan ludahnya kencang-kencang, ia tak mampu mengedipkan matanya.
"Se-Se-Sempurna!" Ucapnya terbata-bata.
Yuki tersipu malu, ia menundukkan kepalanya seraya mengepalkan kedua tangannya.
Scarra yang melihat hal itu hanya tersenyum seraya berperang melawan pikiran mesumnya.
***
Setelah memilih beberapa pakaian, Scarra dan Yuki kemudian melanjutkan perjalanannya. Mereka mencari sebuah tempat makan yang telah Yuki rekomendasikan.
Yuki berlari mendahului Scarra, ia kemudian menunjuk satu kedai yang ada di hadapannya. Kedai itu bernama Dining Tales.
"Tuan, itu dia tempatnya! Tempat yang tadi aku ceritakan!" teriaknya begitu bersemangat.
Terlihat jelas di hadapan Scarra, dua buah payudara bergejolak layaknya ombak ketika Yuki melewatinya.
"Hwaa.... Mengerikan!" Darah keluar dari hidung Scarra.
BRAAGG
Pintu dibuka. Scarra dan Yuki mulai memasuki kedai tersebut.
Saat itu dengan penampilan barunya, Yuki telah mencuri perhatian orang-orang yang ada di kedai tersebut.
Satu persatu mereka melirik ke arah Yuki. Seolah terpesona akan kecantikannya. Dan mereka pun terus menatapnya seraya saling berbisik.
"Ca-Ca-Cantik sekali! Wanita itu cantik sekali!"
"Mengagumkan!"
"Oi, bukankah wanita itu budaknya Baron?" Bisik salah satu petualang ke petualang yang lain.
"Baron? Tidak mungkin! Setahuku, Baron tidak pernah menjual budak-budaknya, apa lagi jika secantik itu!"
"Tapi... Wanita itu, rambutnya putih!"
"Dasar bodoh! Memangnya wanita yang rambutnya putih itu cuma satu, apa?!" Menjitak kepala temannya.
"Wah... Dia cantik sekali! Aku jadi ingin memilikinya!" Sahut petualang lain seraya memikirkan hal-hal mesum.
"Sadarlah cabul! Budak seperti itu... Kau tidak akan mampu mendapatkannya!"
Salah satu hunter berdiri dari tempat duduknya, "Tuan, budakmu cantik sekali! Apa kau mau menjualnya?" Tanya hunter tersebut.
Scarra terdiam dan hanya tersenyum.
"Jika kau mau, aku akan membayarnya dengan harga yang pantas." Sambung hunter tersebut.
"Hahaha... Tidak, terimakasih."
"Janganlah terburu-buru, cobalah pikirkan dulu." Hunter itu menghampiri Scarra, dan berdiri tepat di sampingnya.
"Aku sudah memikirkannya, loh." Tegas Scarra dengan muka ramahnya
Penginapan Erissan. "Eh... Hanya tersisa satu kamar lagi?" Scarra menoleh ke arah Yuki yang saat itu sedang menunggunya di sofa, dan ia terlihat cukup kelelahan. "Hmm... Apa boleh buat." Scarra mengambil kamar yang tersisa itu. "Maaf, sudah membuatmu menunggu." "Eh, tidak-tidak. Aku tidak apa-apa. Tuan tidak seharusnya berkata seperti itu." Yuki jadi salah tingkah. "Ja-Jadi, kamarnya... Apa tuan mendapatkannya?" Lanjut Yuki terbata-bata. "Ini...." Menunjukan kunci kamar. "B-Baiklah." Yuki beranjak dan berjalan mengikuti Scarra. Saat itu langkah Yuki cukup pelan, kepalanya tertunduk
[Aula Pertemuan Guild Gagak Hitam] "Dimana Kousei? Kenapa dia belum datang juga?" Dalam pertemuan itu Kyo Ren telah datang lebih awal, dan ia telah menunggu cukup lama. *Kyo Ren - Hunter Rank S peringkat 4* "Bersabarlah, Ren. Oh ya, kalau di ingat-ingat, ini sudah menjadi kali ke tiga ujian Hunter diadakan. Tapi sampai saat ini, aku masih belum pernah melihatnya." Celetuk Shiro membuka pembicaraan. *Shiro - Hunter Rank S peringkat 5* "Hmm... Dari awal aku bergabung saja, hingga sekarang, aku tidak pernah tau seperti apa sosoknya." *Kazu - Hunter Rank S peringkat 9* Kyo Ren berdiri dari tempat duduknya, "Tunggu sebentar! Apa kalian sedang membicarakan Master yang itu...?" "Menurut mu siapa lagi? Memangnya ada Master yang lain lagi?" Jawab Kazu. "Sudah kuduga! Sekarang coba kalian pikirkan, selama ini semua perintah siapa yang perintahkan? Setiap keputusan siapa yang putuskan
Kousei mulai memasuki Arena dan ia pun duduk di kursi para petinggi, dengan didampingi oleh Ken dan Kai di belakangnya. Di jajaran kursi itu, terdapat pula para tamu VIP. Mereka merupakan para bangsawan terpandang di Kota Acela. "Hey lihat! Bukankah itu Master Kousei?!" Teriak salah satu penonton. "Iya benar, Ken dan Kai juga ada disana!" Timpal penonton yang lain. Kousei melambaikkan tangannya, ia mencoba menyapa seluruh penonton. Dan seketika, para penonton pun bersorak gemuruh. Seraya menyapa, Kousei pun mengaktifkan skill pendeteksi aura miliknya. Ia memperhatikan dan mengawasi setiap aura yang terpancar dari para penonton. Hal itu ia lakukan guna menghindari masuknya p
Menjelang pertandingan kedua dimulai, dengan cepat para Hunter Class Mage Gagak Hitam memasuki arena. Dengan sihir gabungan, mereka pun mulai merekonstruksi kembali arena yang sudah cukup hancur itu. "Para hadirin sekalian, apa kalian masih bersemangat?!" Tanya Shiro, dan di jawab dengan sorakan yang bergemuruh. "Selanjutnya! Mari kita panggil. Inilah dia, Maggie! The Exotic Witch!" Sambut Shiro. "Maggie! Maggie! Maggie!" Para penonton bersorak memanggil namanya. "Aku duluan!" Ujar Maggie kepada para peserta yang lain. "Maggie!" Panggil Tsuhira. Seketika Maggie pun menoleh. "Beri si Lion sang apalah itu, pelajaran!" Sambung Tsuhira dengan emosi yang membara. "Kamu pasti bisa!" Timpal Nero menyemangati. Tanpa mereka sadari, rasa cemas yang mereka rasakan telah membuat mereka menjadi saling peduli. "Ya!" Magg
Pertandingan selanjutnya, Tsuhira melawan Lion. Tsuhira adalah seorang Destroyer. Dia adalah pengguna dua senjata. Satu senjatanya berelemenkan Api dan yang satunya berelemenkan Es. Dengan kedua senjatanya tersebut, Tsuhira terus melancarkan serangannya dan berusaha memojokan Lion. Ledakan Api yang keras serta bongkahan Es yang tajam pun tercipta, setiap kali ia menghempaskan senjatanya. Meski dampak seranganya tidak terlalu berarti, akan tetapi senjata elemen Es nya mampu membuat Lion cukup kerepotan. "Sebatas inikah kekuatan Hunter Elit peringkat ke #7?!" Teriak Tsuhira setelah serangannya berhasil membekukan salah satu kaki Lion. "Kau bahkan tak mampu mengimbangi kecepatanku!" Sambungnya, seraya berlari dan lalu melompat menghantam kepala Lion. BBAAMM Lion berhasil menahan serangan tersebut dengan perisainya. Namun perisainya pun seketika membeku, merambat hingga ke tangannya. Dan kini setengah
Saat itu, sesaat sebelum Kousei melompat, terlebih dahulu dirinya telah menebalkan dinding pelindung miliknya. Sehingga kini para penonton pun tidak dapat melihat apa-apa yang terjadi di dalam Arena. Hal itu tentu membuat gaduh di bangku para penonton. Mereka berteriak dan saling bersautan, sehingga keadaan pun mulai menjadi ricuh. *** "Siapa kau sebenarnya?!" Tanya Kousei. "Benarkan, apa aku bilang! Dari awal aku sudah punya firasat buruk tentang orang ini!" Terang Kyo Ren kepada anggota yang lain. "Cepat jawab!" Tegur Ken. "Ma-Maaf, sepertinya... Aku sudah berlebihan, ya?" Jawab Scarra. "Jangan bergerak!" Bentak Ken dan Kai serentak, saat melihat Scarr
Selepas acara penobatan selesai, Kousei langsung bergegas pergi ke salah satu ruangannya, yang juga masih berada di dalam Arena. Kousei berjalan begitu senyap dengan langkahnya yang juga cukup cepat. Kegelisahan nampak terlihat jelas pada dirinya, Kousei seperti mengkhawatirkan sesuatu. Ken dan Kai yang menemaninya di belakang tentu menyadari hal itu, namun mereka lebih memilih untuk diam daripada mempertanyakannya. Setibanya di dalam ruangan, Kousei langsung membuka jendela ruangan tersebut. Hamparan Kota Acela yang begitu luas, damai dan juga ramai dipandanginya dengan helaan nafas yang cukup panjang. Ken dan Kai saling melirik. Mereka merasa hal ini tidak biasa. Pasalnya, selama ini, dihadapannya mau pun orang-orang, Kousei tak pernah memperlihatkan kegelisahannya.
Itu sangat pagi ketika Yuki bangun. Dia diam-diam meninggalkan tempat tidur, agar tidak membangunkan Scarra yang masih tidur di sampingnya. Udara di luar sangat dingin, dan itu membuatnya ingin kembali ke tempat tidur yang masih hangat dari dua tubuh mereka. Tempat tidur berderit ketika dia bangkit, tetapi Scarra terlalu lelah untuk bereaksi. Dia tidur seperti orang yang sedang pingsan. Yuki menguap dan menggeliat. Payudara yang telanjang ikut berguncang. Wajah Yuki memerah, dan dia mengambil pakaiannya yang jatuh di lantai. Hari ini akan menjadi awal baru bagi Yuki. Sekarang dia harus mulai mengatur hidupnya untuk Scarra, dengan membuat jadwal yang lebih teratur. Berbelanja, menyiapkan makanan dan lain hal sebagainya, akan menjadi rutinitasnya saat ini dan juga untuk kedepannya. Jika saja saat ini Yuki masih menjadi budaknya Baron, dia pasti tidak akan sebahagia ini dan mungkin tidak akan tidur senyenyak ini. Yuki mengenakan p