Share

Episode - 5

Budak itu masih terduduk di lantai, ia menatap Scarra dengan kedua tangannya menyilang menutupi dadanya.

Tubuhnya tidak terlalu tinggi bahkan ia sedikit kurus, namun bola matanya bersinar begitu indah, mata itu berwarna hijau, sama seperti bola mata milik para kaum Elf.

Dengan rambut putihnya yang terurai sebahu, budak itu terlihat sangat cantik. Namun beberapa bekas luka di tubuhnya, telah menutupi kecantikannya.

Scarra terperangah, matanya melotot dan ia tidak menyangka. Wanita itu sebenarnya memiliki paras yang cantik, namun penampilannya yang kumel telah membuat Scarra tidak menyadarinya.

"A-Anu... Te-Terimakasih!" Ucap wanita itu dengan mata yang berlinang.

Scarra mengulurkan tangannya, dan membantunya berdiri. "Namamu...?"

"Yu-Yuki, tuan." Jawab Yuki terbata-bata.

"Ah... Yuki, ya... Nama yang imut." Gumam Scarra di dalam hatinya. "Ini... Ambillah."

Yuki terperanga, ia menatap Scarra dengan penuh keheranan. Bagaimana tidak, cincin seharga 100 keping emas itu, diberikan begitu saja kepadanya.

"Eh! Apa Anda tidak salah, tuan?"

"Tidak, sudah kuputuskan. Sekarang kamu bebas." 

"Be-Benarkah...?" Tanya Yuki memastikan.

"Ya!" Jawab Scarra seraya tersenyum, dan kemudian ia pun berlalu pergi.

Yuki sangat senang namun di sisi lain ia juga cukup cemas. Yuki tidak tahu harus pergi kemana, ia sudah tidak punya tempat untuk kembali.

Di tengah keramaian kota, Yuki berjalan seorang diri tanpa tujuan yang jelas dan ia telah berjalan cukup jauh.

Hingga kemudian, sesuatu hal telah membuat langkahnya terhenti. Ia berhenti tepat di depan sebuah gerobak roti, yang saat itu sedang ditinggal pergi oleh pemiliknya.

Setelah melirik kesana-kemari, Yuki pun mendekati gerobak tersebut.

Dengan perlahan dan cukup hati-hati, Yuki kemudian menjulurkan tangannya. Ia mencoba mengambil beberapa potong roti yang ada di sana.

Namun tiba-tiba, dari arah belakang, seseorang muncul dan lalu menghentikannya. Pria itu mencengkram tangan Yuki.

"Aw, sakit! Lepaskan! Aku tidak berniat mencurinya!" Teriak Yuki kepanikan.

"Maaf, cengkramanku terlalu kuat, ya?" Pria itu pun melepaskan cengkeramannya.

"Eh! Suara ini... Tu-Tuan...?" Scarra sebenarnya belum benar-benar pergi, ia mengikuti Yuki dan terus memperhatikannya dari kejauhan.

"Ayo, ikut aku!" Pinta Scarra dengan nada sedikit memaksa.

"Ja-Jangan, tuan... Aku mohon, jangan laporkan aku."

"Hahaha... Memangnya siapa yang mau melaporkanmu? Aku hanya ingin mengajakmu makan, sebentar saja. Kamu mau, kan?"

"Eh?!" Yuki menatap Scarra dengan wajahnya yang memerah.

Saat itu Yuki ingin sekali mengatakan "Ya" dan ia bahkan hampir saja mengatakannya. Namun kesadaran akan statusnya telah memberatkannya.

 

"Ti-Tidak-tidak...." Yuki menggelengkan kepalanya. "Aku tidak pantas! Budak sepertiku tidak pantas makan bersama Anda!" Jawab Yuki seraya menundukkan kepalanya.

"Ah... Jadi, kamu tidak mau makan denganku, ya?"

"Eh! Tidak-tidak... Bu-Bukan itu maksudnya...."

"Jadi, tunggu apa lagi?! Ayo kita pergi!" Scarra langsung menarik tangan Yuki, dan kali ini ia tidak memberikannya kesempatan untuk menjawab.

Mau tak mau, dan meskipun sedikit ragu, akhirnya Yuki pun menurutinya. 

 

***

Di tengah perjalanan, tiba-tiba langkah Scarra terhenti. 

"Ada apa, Tuan?" Tanya Yuki.

"Hmm... Rasanya... Tidak mungkin jika aku membawanya dengan penampilan seperti ini." Scarra memandangi Yuki.

"Ayo, ikut aku!" Scarra menarik Yuki dan membawanya masuk ke sebuah toko. 

"Tu-Tuan... Kenapa?! Ada apa?!" Tanya Yuki seraya sedikit cemas.

Sesampainya mereka di dalam toko, seseorang pun menghampirinya dan kemudian menyapanya. Dia adalah pemilik toko tersebut.

"Ola hallo, tuan tampan. Selamat datang di Butik Jirah Elodia! Butik termodis Sejagad Raya! Jadi... Apa ada yang bisa ekeu bantu?" Sambut pemilik toko tersebut yang kemudian diakhiri dengan kedipan mata.

Penjaga toko itu adalah seorang pria, namun pakaian serta perilakunya terlihat sangat kewanita-wanitaan."

"Eh! Bu-Butik... Jirah?" Scarra mencoba menahan tawa.

Pemilik toko tersebut menatap mesum ke arah Scarra. Ia memperhatikan tubuh Scarra dari atas hingga kebawah.

"Uhh...." Desahnya, seraya menggigit salah satu jari jemarinya.

Scarra terdiam mematung, keringat dingin perlahan keluar dari keningnya. "Sial, sepertinya aku salah masuk toko."

 

"Kenapa diam saja, tuan?" Tanya pemilik toko dengan nada sedikit menggoda. 

Melihat Scarra yang hanya terdiam mematung, pemilik toko itu pun lantas mendekatinya. Ia memutari Scarra dan memperhatikan tubuhnya dari dekat.

"Apa... Tuan mencari jirah?" Bisik pemilik toko sambil sedikit meraba.

"Uuh... Tubuh anda kekar sekali! Tapi jangan khawatir, ekeu punya satu jirah yang paling bagus! Bakal sedikit ketat sih, tapi itu pasti cocok di tubuh Anda. Hihihi...." Terangnya seraya sedikit tertawa mesum.

"Ah, tidak-tidak. Bukan aku, tapi dia!" Menunjuk ke arah Yuki.

"Eh! A-Aku?!" Yuki terkejut.

Mendengar hal itu, sikap sang pemilik toko pun seketika berubah. "Oh, dia?" Tanya sang pemilik toko dengan tatapan yang sinis.

"Hmm... Jadi, mau cari baju yang seperti apa? Eh, kamu cari sendiri aja deh...." Ujar pemilik toko, seraya berlalu pergi meninggalkan mereka berdua.

"Tuan, apa aku tidak salah dengar?" Tanya Yuki.

"Kenapa?"

"Aku kan...."

"Kalau alasannya karena uang, jangan khawatir, aku yang akan membayarnya. Kamu tinggal pilih saja mana yang kamu suka."

"Ta-Tapi...?"

"Mau menolak permintaan tuanmu lagi?"

"Eh!" Yuki terkejut, ia menatap sang penyelamat hidupnya dengan wajah kemerah.

"Oi, Yuki?!"

"Eh! Maaf-Maaf. A-Anu... A-Aku mau. Ma-Mana mungkin aku menolak permintaan dari tuanku." Jelas Yuki terbata-bata seraya tersipu malu.

"Hahaha... Baguslah. Tunggu apa lagi? Ayo cepat pilih!"

"Baik!" Dengan kegirangan Yuki pun memilih beberapa pakaian yang ada di sana, lalu ia pun mencobanya satu persatu.

 

"Tuan... Bagaimana?" Tanya Yuki dengan pakaian barunya seraya tersenyum.

 

 

"Sudah kuduga... Dia sangat cantik!" Wajah Scarra matang memerah, kala ia menatap Yuki dengan pakaian barunya.

 

 

"Tuan...?"

 

"Eh, emm... Coba yang lain!"

 

 

"Baiklah." 

10 menit berlalu 

"Kalau ini, bagaimana?" Berputar-putar memperlihatkan baju tersebut dari segala sisinya.

Saat itu pakaian yang Yuki gunakan adalah jenis pakaian dari class maid.

Pakaian ini memiliki design yang sangat mirip dengan baju sekolah siswi jepang di tingkat menengah.

Pakaian itu memiliki dasar warna hitam. Roknya pendek sepaha dan stokingnya transfaran hingga ke lutut. 

Pajang bajunya hanya hingga ke pusar, lengannya pendek dan kerah atasnya terbuka lebar.

Scarra menelan ludahnya kencang-kencang, ia tak mampu mengedipkan matanya.

"Se-Se-Sempurna!" Ucapnya terbata-bata.

Yuki tersipu malu, ia menundukkan kepalanya seraya mengepalkan kedua tangannya. 

Scarra yang melihat hal itu hanya tersenyum seraya berperang melawan pikiran mesumnya.

***

Setelah memilih beberapa pakaian, Scarra dan Yuki kemudian melanjutkan perjalanannya. Mereka mencari sebuah tempat makan yang telah Yuki rekomendasikan. 

Yuki berlari mendahului Scarra, ia kemudian menunjuk satu kedai yang ada di hadapannya. Kedai itu bernama Dining Tales.

"Tuan, itu dia tempatnya! Tempat yang tadi aku ceritakan!" teriaknya begitu bersemangat. 

Terlihat jelas di hadapan Scarra, dua buah payudara bergejolak layaknya ombak ketika Yuki melewatinya.

"Hwaa.... Mengerikan!" Darah keluar dari hidung Scarra.

BRAAGG

Pintu dibuka. Scarra dan Yuki mulai memasuki kedai tersebut.

Saat itu dengan penampilan barunya, Yuki telah mencuri perhatian orang-orang yang ada di kedai tersebut.

Satu persatu mereka melirik ke arah Yuki. Seolah terpesona akan kecantikannya. Dan mereka pun terus menatapnya seraya saling berbisik.

"Ca-Ca-Cantik sekali! Wanita itu cantik sekali!"

"Mengagumkan!"

"Oi, bukankah wanita itu budaknya Baron?" Bisik salah satu petualang ke petualang yang lain.

"Baron? Tidak mungkin! Setahuku, Baron tidak pernah menjual budak-budaknya, apa lagi jika secantik itu!"

"Tapi...  Wanita itu, rambutnya putih!"

"Dasar bodoh! Memangnya wanita yang rambutnya putih itu cuma satu, apa?!" Menjitak kepala temannya.

"Wah... Dia cantik sekali! Aku jadi ingin memilikinya!" Sahut petualang lain seraya memikirkan hal-hal mesum.

"Sadarlah cabul! Budak seperti itu... Kau tidak akan mampu mendapatkannya!"

Salah satu hunter berdiri dari tempat duduknya, "Tuan, budakmu cantik sekali! Apa kau mau menjualnya?" Tanya hunter tersebut.

Scarra terdiam dan hanya tersenyum.

"Jika kau mau, aku akan membayarnya dengan harga yang pantas." Sambung hunter tersebut.

"Hahaha... Tidak, terimakasih."

"Janganlah terburu-buru, cobalah pikirkan dulu." Hunter itu menghampiri Scarra, dan berdiri tepat di sampingnya.

"Aku sudah memikirkannya, loh." Tegas Scarra dengan muka ramahnya

"Begini saja...." Sang hunter kemudian mengeluarkan satu kantong kecil yang berisikan emas di dalamnya.

 

BRUUKK

Kantong emas itu ia letakan di atas meja, tepat di hadapan Scarra.

 

"Sepuluh keping emas! Aku akan memberimu sepuluh keping emas ini, untuk budak itu." Tawar hunter tersebut.

 

"Se-Sepuluh... Emas?!" Para petualang yang sedang menguping pembicaraan itu pun seketika terkejut.

 

"Membuka tawaran dengan sepuluh keping emas...? B-Bukankah... Itu terlalu tinggi?!"

 

"Hanya untuk seorang budak, tentu saja itu terlalu tinggi! Sepertinya, hunter itu sudah tidak waras!"

 

"Mungkinkah... Ada sesuatu pada budak itu yang tidak bisa kita lihat?" Para petualang terheran-heran, mereka silih bersautan dan keadaanpun mulai gaduh.

 

"Sebenarnya siapa hunter itu?!"

 

"Seseorang yang rela mengeluarkan hartanya sebanyak itu hanya demi seorang budak, bukankah itu sudah jelas...? Hunter itu, dia pasti dari keluarga bangsawan!"

 

Sahutan dari para petualang itu sedikitnya telah memberi Scarra informasi. Informasi yang telah membuatnya terduduk lemas kala mendengarnya.

 

"Apa mereka bilang... Sepuluh keping emas... Terlalu tinggi? Sial, aku bahkan memberi orang itu seratus keping emas." Sesal Scarra di dalam hatinya.

 

"Jadi, bagaimana... Apa kau mau menjualnya?"

 

Scarra menyenggol salah satu gelas yang ada di sampingnya, dan ia melakukannya dengan sengaja.

 

Gelas itu terjatuh dan kemudian pecah. Suaranya membuat semua orang yang ada di dalamnya seketika terkejut. Namun tak ada satupun dari mereka yang berani berkomentar.

 

"Jawabanku yang tadi itu... Apa masih kurang jelas?" Tanya Scarra dengan wajah dinginnya.

 

"Ah-Ahaha, baiklah-baiklah... Aku mengerti."

 

Dengan wajah yang sedikit pucat dan tanpa berkata-kata, hunter itu pun kemudian kembali ke tempat duduknya.

 

Ia bergabung kembali bersama para kelompoknya.

 

"Ada apa, Dion? Kau yakin ingin melepaskannya?" Tanya salah satu anggota kelompoknya.

 

"Sayang sekali, budak itu sangat cantik. Aku pun sampai ingin memilikinya." Sahut anggota yang lain.

 

"Kalian tadi sudah dengar sendiri, kan? Pria itu menolak tawaranku." Jawab Dion dengan ekspresi datarnya seraya menggigit daging ditangannya.

 

"Eh! Bukankah kau selalu mendapatkan apapun yang kamu mau? Meski seringkali harus dengan cara yang kotor?"

 

"Ya, benar... Kau seperti bukan dirimu saja."

 

"Cukup katakan saja, kita pasti akan membantumu seperti biasa."

 

"Diamlah dan habiskan saja makanan kalian! Kita akan segera pergi dari sini!" Tegur Dion.

 

"Eh?!" Para anggota Dion saling melirik satu sama lain, mereka keheranan. Dion tidak seperti dirinya yang biasanya.

 

"Apa-apaan tadi itu...? Aura pembunuhnya kuat sekali," Gumam Dion di dalam hatinya.

 

Selama percakapan itu Yuki hanya tertunduk diam dan terlihat sangat cemas.

 

Scarra memahaminya, Ia pun lantas menenangkan Yuki serta kemudian meyakinkannya.

 

Scarra berjanji bahwa ia tidak akan menjual Yuki kepada siapapun. Ia telah memutuskan untuk menerima Yuki sebagai budaknya.

 

Keputusan itu pun membuat Yuki lega, dan ia mulai kembali bersemangat.

 

Dan saat itu mereka pun mulai memesan semua makanan terbaik di kedai itu.

 

Mereka memakannya dengan begitu lahapnya, seraya berbincang, bercanda dan saling tertawa bersama. Hingga tidak terasa hari pun mulai semakin gelap.

 

 

Bersambung..

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status