Reksa duduk bersandar di atas ranjangnya yang besar sambil memeluk tubuh Elmira yang sama telanjangnya dengan dirinya. Mereka baru saja menyelesaikan satu sesi percintaan mereka, bahkan nafas mereka pun masih tersengal.
"Aku menyukai Sabrina. Dia gadis kecil yang ceria," ucap Elmira.
"Aku jadi ingin anak perempuan yang cantik dan lucu, terlihat menggemaskan bukan," sambung Elmira.
Reksa mengusap perut telanjang Elmira. "Di sini sebentar lagi, aku yakin akan tumbuh seorang putra untukku." Kata Reksa sambil mengecup bahu telanjang Elmira.
"Bukankah lebih menyenangkan jika anak kita seorang perempuan?" sahut Elmira dengan nada ceria.
"Aku membutuhkan seorang putra untuk kelak menjadi pewarisku." Sahut Reksa dengan nada tak terbantahkan membuat Elmira sedikit takut.
"Tentu aku akan melahirkan seorang putra untukmu," sahut Elmira.
"Aku sudah mendaftarkanmu ke perguruan tinggi terbaik di kota ini." Ucap Reksa membuat Elmira menoleh padanya.
Langkah Elmira terhenti ketika ia berpapasan dengan Andini. Elmira tersenyum menyapa Andini, "belum tidur?" "Apa kuliahmu sampai larut malam seperti ini?" ucap Andini sinis. Elmira menggeleng. "Tadi Reksa mengajakku menemui para koleganya yang datang dari luar negri," sahut Elmira. Mata Andini memicing. "Bertemu kolega?! Dan apa, kau memanggil Tuan Reksa hanya dengan sebutan nama?! Kau tak sopan sekali!" "Iya ... Reksa sendiri yang menyuruhku seperti itu," sahut Elmira membuat Andini tersenyum sinis ke arahnya. "Bagaimana bisa Tuan Reksa mengajakmu bertemu kolega dari luar negri. Apa kau sudah lancar berbahasa asing?!" tanya Andini sedikit meremehkan. Elmira menggeleng, "saat ini aku belum bisa, tapi aku akan giat belajar agar cepat bisa," ucapnya optimis. "Bahkan seharusnya kau pun tak pantas dijadikan sebagai selir. Bagaimana bisa Tuan Reksa memungutmu dari sebuah desa terpencil dan menjadikanmu seorang istri. Ini sungg
"Andini!!"Andini terkejut mendengar seruan atas namanya. Melihat siapa yang memergokinya berbuat kasar pada Elmira membuat tubuhnya gemetar karena rasa takut.Elmira berdiri dengan dibantu Inti dan Margi, sedangkan Andini tetap pada posisinya."Apa yang kau lakukan, Andini!" seru Yasinta dengan geraman tertahannya."Sa--saya tidak bermaksud. Saya ...," ucap Andini terbata karena panik."Setelah sarapan temui Ibu di kamar." Ucap Yasinta lalu pergi meninggalkan kedua menantunya."Ini gara-gara mulut lancangmu. Dasar perempuan rendah!" Desis Andini lalu pergi ke ruang makan diikuti Margi di belakangnya."Anda baik-baik saja, Nyonya?" tanya Inti khawatir."Aku baik-baik saja. Tidak apa, ayo kita segera ke ruang makan," ucap Elmira.Selesai makan pagi, Elmira diantar oleh Reksa menuju kampus. Di dalam mobil hanya keheningan yang menyelimuti mereka berdua. Elmira enggan berbicara dengan Rek
Reksa memerintahkan pada para pelayannya untuk menyiapkan banyak makanan dan bingkisan yang akan di bagikan kepada fakir miskin di luaran sana atas kabar gembira yang baru saja ia dengar langsung dari mulut dokter pribadi yang telah memeriksa keadaan istrinya.Elmira terkejut lalu bersiap akan duduk, namun Ibu Yasinta melarangnya. "Berbaringlah, wajahmu masih terlihat pucat.""Iya, Ibu.""Aku turut bahagia atas kehamilanmu. Jaga kandunganmu baik-baik," ucap Yasinta yang diangguki oleh Elmira."Selamat atas kehamilanmu, Elmira. Aku
Elmira duduk di bangku taman ditemani Inti-pelayan pribadinya untuk menikmati senja setelah seharian penuh melakukan banyak aktifitas yang menguras cukup banyak energi.Meski hamil muda tak lantas membuat dirinya hanya berdiam diri di kamar. Ia tetap berangkat kuliah dari pagi hingga siang. Sampai rumah ia juga harus les privat. Ia punya tekad yang kuat agar bisa pandai hingga ia pun tak merasa malu saat bersanding dengan Juragan Reksa Dhanuar."Boleh aku duduk?" Elmira mendongak ketika tiba-tiba Delia berdiri di hadapannya."Tentu.""Di mana Sabrina? Bukankah biasanya dia bersamamu?" tanya Elmira saat Delia sudah duduk di bangku depannya."Iya, dia sedang bermain bersama pengasuhnya," sahut Delia."Bagaiman
Andini mengendap-endap berjalan menuju taman belakang. Kali ini ia tak mengajak Margi-pelayan pribadinya. Sampai di balik pohon beringin tua, ia menyerahkan segepok uang pada seorang perempuan."Jangan sampai ada yang tahu. Ingat, jika sampai kamu tertangkap basah maka pantang bagimu menyebut namaku." Desis Andini lalu berjalan ngengendap menuju rumah."Nona ... Anda dari mana?"Andini terkesiap saat Margi muncul di depannya."Kau membuatku terkejut saja!!" Seru Andini melotot pada Margi.Bukannya takut, Margi malah celingukan ke arah belakang majikannya. "Nona dari taman belakang berjalan mengendap-endap ... saya jadi curiga ....""Hentikan omong kosongmu!!" Sentak Andini berlalu meninggalkan Margi yang terdiam di tempat."Dasar bodoh!!" Umpat Andini sambil meneruskan langkahnya."Andini ....""Ibu?!" Andini terkejut lalu tersenyum terpaksa kala tahu siapa yang kini tengah meman
Elmira duduk termenung di balkon kamarnya. Semilir angin malam terasa dingin menusuk tulang, seperti hatinya yang kini terasa dingin. Setetes air mata membasahi pipinya.Bagaimana bisa siang hari bercinta dengannya lalu sore harinya bercinta dengan wanita lain. Elmira merasa marah, tapi tentu ia tak bisa megungkapkannya. Ia sendiri yang telah secara sadar menikahi pria beristri. Lalu saat kini suaminya juga bercinta dengan istrinya yang lain ia begitu merasa cemburu. Ia memandang kosong ke arah langit, tangannya mengelus perutnya yang masih rata. Dirinya harusnya bersyukur karena di antara istri-istri Reksa ia lah istri yang paling diistimewakan. Dia dinikahi atas dasar cinta bukan atas dasar perjodohan. Ia juga dinikahi secara sah dan kini ia berkesempatan diberi anugrah dengan mengandung sang buah hati."Belum tidur?"Elmira segera menghapus air matanya saat mendengar suara
Elmira membuka matanya saat hari sudah pagi. Ia meyingkirkan tangan yang melingkari tubuhnya. Berjalan pelan ia menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Setelah selesai mandi dan berpakaian ia mendudukan dirinya di depan meja rias miliknya."Selamat pagi ...." Sapa Reksa lalu mengecup pipi istrinya saat istrinya itu sedang memakai riasan di wajahnya.Senyum kaku Elmira persembahkan untuk suaminya pagi ini."Kau sudah siap dan tak berniat membangunkanku?!" ucap Reksa tanpa mendapat balasan dari Elmira."Baiklah, aku mandi dulu." Sambung Reksa lalu berjalan menuju kamar mandi.Elmira membuang nafasnya kasar lalu bersiap keluar kamar dengan membawa tas dan bukunya meninggalkan Reksa yang masih berada di kamar mandi."Nyonya ... selamat pagi," sapa Inti yang sudah siap menunggu di depan kamarnya."Selamat pagi, Inti ...." Sahut Elmira lalu menyerahkan tas dan bukunya pada Inti."Bagaimana tidur Anda, Nyonya?" tanya Int
Reksa berjalan tergesa menuju kamarnya. Ia sudah tak sabar memberikan sesuatu hadiah yang baru saja ia beli untuk istri tercintanya. Membuka pintu perlahan indra penglihatannya menangkap pelayan pribadi istrinya sedang memijat kepala istrinya yang kini tengah terpejam di atas sofa besar yang berada di kamarnya. Menggunakan bahasa isyarat ia menyuruh pelayannya pergi dan dengan perlahan ia menggantikan tugas pelayannya yang kini sudah pergi."Inti ... kenapa pijatanmu tak seenak tadi. Apa kau sudah lelah?" tanya Elmira tanpa membuka matanya."Jika lelah berhentilah. Kau bisa istirahat di kamarmu, aku bisa mengurus diriku sendiri," sambung Elmira saat tak mendapat sahutan dari pelayannya."Anda baik sekali Nyonya Elmira Dhanuar ...." Ucap Reksa membuat Elmira seketika membuka matanya."Kau?!" Elmira menegakkan tubuhnya. Reksa tersenyum lalu beralih duduk di sebelah Elmira."Apa kali ini juga tak ada senyuman atau ciuman untuk menyambutku pulang?" Rek